Advertisement

Bawang Merah Jadi Cara Kalurahan Parangtritis Tingkatkan Kesejahteraan Warga

Stefani Yulindriani Ria S. R
Minggu, 17 September 2023 - 19:07 WIB
Arief Junianto
Bawang Merah Jadi Cara Kalurahan Parangtritis Tingkatkan Kesejahteraan Warga Ilustrasi petani bawang merah menyirami tanaman bawang merah di Srigading, Sanden. - Harian Jogja/David Kurniawan

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Kalurahan Parangtritis, Kapanewon Kretek, Bantul mengembangkan potensi pertanian bawang merah menggunakan teknik agro electrifying. Dalam sekali panen, petani dapat menghasilkan 15 ton bawang merah per 1 hektare lahan.  

Lurah Parangtritis, Topo menyampaikan tahun ini petani Kalurahan Parangtritis melakukan pola tanam dengan sistem padi-palawija-palawija. Dalam pola tanam palawija, menurutnya petani akan menanam bawang merah lalu cabai. 

Advertisement

Untuk penanaman bawang merah, menurutnya dilakukan selama dua kali dalam setahun yakni pada musim hujan dan kemarau. “Kalau musim penghujan di tanah yang lebih tinggi, kalau musim kemarau ini semua bisa ditanami,” katanya. 

Menurut Topo, dalam sekali penanaman bawang merah diperkirakan membutuhkan waktu sekitar 60 hari pada musim kemarau, sementara pada musim penghujan akan kurang dari 60 hari.

BACA JUGA: BPS: Bawang Merah Alami Deflasi di Seluruh Wilayah

Selama kemarau, menurut Topo penanaman bawang merah dapat dilakukan di lahan dengan berbagi ketinggian, sementara pada musim penghujan, untuk menghindari genangan air maka akan dilakukan pada lahan yang lebih tinggi. 

Dalam sekali panen menurut Topo petani bawang merah akan menghasilkan minimal 15 ton bawang per 1 hektar lahan, sementara saat ini menurutnya ada sekitar 150-200 lahan pertanian bawang. Untuk pertanian bawang merah menurutnya dapat ditanam di berbagai kontur lahan, termasuk lahan berpasir.  “Kalau kemarau hasilnya lebih, biasanya 1 hektare minimal 15 ton, sekitar 150-200 hektar lahan, karena di lahan pasir sekarang banyak ditanami,” katanya. 

Hasil produksi bawang merah pun telah dikirim ke berbagai daerah, dan telah ada tengkulak yang menampung bawang merah tersebut. Meskipun panen dalam jumlah yang cukup tinggi, menurut Topo harga bawang merah belum cukup tinggi. “Harganya sangat murah Rp.15 ribu per kilo sudah paling bagus,” katanya. 

Saat ini pun hampir seluruh dusun di Kalurahan Parangtirtis merupakan petani bawang merah, kecuali beberapa warga yang bergerak di sektor pariwisata. Topo pun berharap pertanian bawang merah kedepannya dapat mendukung peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir. 

“Ya pasti untuk meningkatkan pendapatan masyarakat kita tempuh dari sektor pertanian, pariwisata, perdagangan dan lain harus kita kejar. Keberhasilan tergantung situasi dan kondisi, itu jadi tolak ukur pemerintah kalurahan. Kalau bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat berarti pemerintahannya bisa berjalan dengan baik, kalau stagnasi kita berarti belum bisa menjalankan sebagaimana mestinya,” katanya. 

Sementara Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) DIY, Sugeng Purwanto menyampaikan teknik agro electrifying telah diterapkan pada sekitar 200 lahan pertanian bawang merah di Kalurahan Parangtritis.

Dengan teknik tersebut, energi listrik akan digunakan untuk menggerakkan alat penyemprot tanaman, Penggunaan listrik pun dinilai dapat menghemat energi bahan bakar minyak (BBM) yang diperlukan. “Dengan penggunaan listrik ada efisiensi kegiatan usaha hingga 70 persen [penggunaan BBM],” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Konsumsi Sabu, Artis Rio Reifan Ditetapkan Tersangka

News
| Senin, 29 April 2024, 15:47 WIB

Advertisement

alt

Komitmen Bersama Menjaga dan Merawat Warisan Budaya Dunia

Wisata
| Kamis, 25 April 2024, 22:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement