Kulonprogo Akan Menggelar Festival Kopi Menoreh, Catat Tanggal dan Tempatnya
Advertisement
Harianjogja.com, KULONPROGO—Dinas Pertanian dan Pangan (DPP) Kabupaten Kulonprogo akan menggelar puncak Festival Kopi Menoreh di Rest Area Kembang Tebu, Jatimulyo, Girimulyo pada Sabtu (23/9/2023). Festival tersebut menjadi wujud dukungan DPP bagi pelaku agribisnis kopi di Kulonprogo.
Kepala Bidang Perkebunan DPP Kulonprogo, Heni Hernawati, mengatakan bahwa selain sebagai dukungan pengelolaan kopi dari on-farm ke off-farm atau hulu ke hilir, festival tersebut juga menjadi sarana komunikasi dan koordinasi pengusaha kopi.
Advertisement
“Kopi milik Kulonprogo yang namanya Kopi Menoreh juga bisa dikenalkan lewat festival itu. Dukungan kami yang lain juga ada berbentuk saprodi [sarana produksi pertanian],” kata Heni dihubungi, Sabtu (16/9/2023).
Dari on-farm, DPP memberikan bantuan saprodi, sementara off-farm ada bantuan dari APBN berupa alat pengolah dan pemasaran kopi. Tahun 2023, terdapat tujuh kelompok yang mendapat bibit dan saprodi dengan rincian dana enam kelompok dari Dana Keistimewaan dan satu kelompok dari APBD. Kemudian, off-farm hanya ada satu kelompok yang mendapat peralatan seperti alat roasting sampai timbangan. “Kalau yang off-farm yang dapat Taruna Tani Asta Brata di Kalinongko, Pagerharjo,” katanya.
BACA JUGA: Perbaikan Jembatan Glagah Rampung Desembar, Motor dan Sepeda Dilewatkan Jembatan Ini
Sampai saat ini, setidaknya DPP Kulonprogo mencatat ada 3.500 KK atau petani kopi yang tersebar di lima kapanewon yaitu Samigaluh, Kalibawang, Girimulyo, Kokap, dan sedikit Pengasih. Petani kopi tersebut dalam berkegiatan bernaung di Kelompok Tani (KT) Pembudidaya Kopi setempat.
Heni berharap petani pembudidaya kopi memiliki motivasi untuk menata kebun sehingga ada keberlanjutan lahan. Dengan begitu tanaman kopi dapat direhabilitasi dan produktivitas didongkrak.
“Peningkatan skill juga kami harapkan dari pelaku kopi Kulonprogo. Di festival kan ketemu pelaku kopi lain. Pasarnya jadi lebih terbuka,” ucapnya.
Heni juga mengaku terdapat beberapa kendala yang ditemui dalam upaya mengembangkan kopi di Kulonprogo. Menurut dia, masih banyak petani yang belum memiliki komitmen dan fokus terhadap pengembangan kopi.
“Petani di Kulonprogo itu punya pola pikir bahwa semua tanaman harus ditanam atau tidak punya tanaman prioritas. Kalau semua tanaman ditanam di satu lahan jadi tidak optimal. Antartanaman yang berbeda akan bersaing. Produksi kopi jadi tidak maksimal,” lanjutnya.
Tegas dia, perlu adanya penataaan kebun dengan tanaman prioritas. Dengan begitu produktivitas tanaman seperti kopi dapat dicapai secara optimal.
Sementara itu, Lurah Pagerharjo, Widayat, mengaku pihaknya memang mendapat bantuan alat pengolah kopi yang terdiri dari beberapa jenis.
“Kami dapat pulper dan huler, sama alat-alat barista penyaji, expreso. Di Pagerharjo memang banyak petani kopi. Sekarang juga terus mengembangkan,” kata Widayat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
687 Warga Negara Asing Terjaring Operasi Jagratara, Pelanggaran Izin Tinggal Mendominasi
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- Lima Truk Dam Asal Jogja Buang Sampah ke Saptosari Gunungkidul, Sopir Diamankan Polisi
- Catat! Malam Jumat Kliwon Pekan Depan Ada Sendratari Sang Ratu di Parangkusumo
- 124 Warga Sidomulyo Sleman Terima Ganti Rugi Tol Jogja-Solo Seksi 3 Sebesar Rp53 Miliar
- Tok! Eks Dirut PT Tarumartani Divonis 8 Tahun Penjara atas Dugaan Korupsi Rp8,7 Miliar
- 500 Kiai dan Nyai Sebut Harda-Danang sebagai Pilihan Tepat untuk Sleman Baru
Advertisement
Advertisement