Peringatan Tragedi Kanjuruhan di Jogja, Massa Gelar Aksi Solidaritas
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Elemen masyarakat dari Jaringan Solidaritas Tragedi Kanjuruhan Jogja menggelar aksi peringatan 1 Oktober Hari Duka Sepak Bola, di Tugu Jogja, Minggu (1/10/2023).
Aksi ini dilatarbekalangi oleh tragedi tewasnya 135 penonton serta melukai lebih dari 500 orang dalam laga Arema FC vs Persebaya Surabaya dalam lanjutan Liga 1 setahun yang lalu di Stadion Kanjuruhan, Malang.
Advertisement
Dalam aksinya para peserta membentangkan spanduk panjang bertuliskan '1 Oktober Hari Duka Sepak Bola' dan meminta agar insiden itu diusut tuntas. Mereka juga mengajak masyarakat luas untuk menolak lupa dengan salah satu insiden paling kelam dalam sejarah sepak bola tanah air itu. Koordinator Aksi, Muhammad Fakhrurrozi mengatakan 135 orang yang tewas dalam insiden itu termasuk di dalamnya perempuan dan 38 orang anak.
"Masa depan mereka direnggut oleh brutalitas aparat keamanan dan tidak becusnya panitia penyelenggara pertandingan," ujarnya.
Rangkaian aksi peringatan tragedi Kanjuruhan di Jogja disebutnya sudah dilaksanakan sejak Kamis (28/9/2023) silam.
Ada beragam kegiatan yang digelar untuk membuat masyarakat ingat dengan kejadian itu, salah satunya berupa sayembara tangkap angin di media sosial. Aksi sarkasme ini untuk menunjukkan kepada publik soal pemicu tewasnya ratusan orang yang disebut akibat dari kesalahan angin.
BACA JUGA: Berlaga Mulai Hari Ini, Timnas Bulu Tangkis Indonesia Incar Medali Emas di Nomor Individu
"Ada banyak elemen yang terlibat dalam aksi ini mulai dari kelompok suporter dan massa gabungan. Kami juga adakan nonton bareng dan doa bersama," katanya.
Fakhrurrozi menyebut, ada enam pesan tuntutan yang disampaikan pihaknya dalam aksi itu di antaranya menuntut agar tragedi Kanjuruhan ditetapkan sebagai pelanggaran hak asasi manusia (HAM) berat, menghentikan renovasi Stadion Kanjuruhan, menyetop penggunaan gas air mata dalam pertandingan sepak bola, penanganan kerumunan, dalam aksi demonstrasi dan penanganan apapun, dan membebaskan delapan tahanan Arek Malang tanpa syarat.
"Kami juga meminta agar negara mengusut tuntas kasus Kanjuruhan dan keterlibatan aktor lain dalam insiden itu serta menetapkan 1 Oktober sebagai Hari Duka Sepak Bola Nasional," katanya.
Salah satu keluarga korban Tragedi Kanjuruhan Nuri Hidayat yang ikut hadir dalam aksi itu menjelaskan, kesedihan keluarga korban tidak berhenti sampai mereka kehilangan sanak saudaranya dalam kejadian tersebut.
Bahkan sampai sekarang keluarga korban disebutnya masih mengalami intimidasi verbal dari berbagai macam pihak. "Sampai sekarang rasa keadilan masih jauh dari kami, itu yang membuat kami terus sakit," katanya.
Serangkaian upaya yang ditempuh untuk mendapatkan keadilan atas kejadian itu pun sudah dilakukan, tetapi justru yang didapat malah sebaliknya. "Memang banyak keluarga korban yang mendapat tali asih dari negara. Tapi menurut kami itu adalah sebuah takziah. Jadi kalau ada kata-kata tali asih itu sebagai ganti nyawa dari anakku pasti kami tidak terima," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
687 Warga Negara Asing Terjaring Operasi Jagratara, Pelanggaran Izin Tinggal Mendominasi
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- Dua Bus Listrik Trans Jogja Senilai Rp7,4 Miliar Segera Mengaspal
- Akan Dipulangkan ke Filipina, Begini Ungkapan Mary Jane Veloso
- Lima Truk Dam Asal Jogja Buang Sampah ke Saptosari Gunungkidul, Sopir Diamankan Polisi
- Catat! Malam Jumat Kliwon Pekan Depan Ada Sendratari Sang Ratu di Parangkusumo
- 124 Warga Sidomulyo Sleman Terima Ganti Rugi Tol Jogja-Solo Seksi 3 Sebesar Rp53 Miliar
Advertisement
Advertisement