Advertisement
Duh! Banyak Anak Muda Gunungkidul Mulai Alami Gangguan Kejiwaan, Sosialisasi Sasar Sekolah
Advertisement
Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL—Pusat Rehabilitasi Yakkum mencatat tren penderita gangguan kejiwaan terus meningkat. Khusus di Gunungkidul, pada 2021, jumlah orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) mencapai 1.444 orang.
Adapun, pada 2023, jumlahnya meningkat menjadi 1.612 orang. “Ada tren peningkatan. Bahkan sekarang juga menyasar ke anak-anak muda,” kata Manajer Proyek Kesehatan Jiwa Berbasis Masyarakat, Pusat Rehabilitasi Yakkum, Siswaningtyas Tri Nugraheni dalam sarasehan Penguatan Tim Pelaksana Kesehatan Jiwa Masyarakat (TPKJM), Selasa (10/10/2023) siang.
Advertisement
Sarasehan Penguatan Tim Pelaksana Kesehatan Jiwa Masyarakat (TPKJM) sengaja digelar Pemkab Gunungkidul dalam mengimplementasi kesehatan jiwa dan rehabilitasi sosial. Selain itu, acara tersebut digelar untuk memperingati Hari Kesehatan Jiwa sedunia.
Menurut Siswaningtyas, ODGJ maupun orang yang bermasalah dengan kesehatan jiwa memiliki hak sama dengan warga lainnya. Hal ini lantaran akses kesehatan merupakan hak universal yang bisa dijangkau oleh siapa saja. “Lewat sarasehan, kami ingin mengoptimalkan peran dari TPKJM untuk pencegahan dan penanggulangan di masyarakat,” katanya.
Menurut dia, gangguan kejiwaan ada tingkatan mulai dari ringan, sedang hingga berat. Untuk penanggulangan tidak hanya menyangkut masalah kesehatan karena juga menyasar ke masalah sosial di masyarakat.
“Makanya butuh partisipasi semua pihak. Sebab, risiko gangguan bisa terjadi kepada siapa saja. Semakin cepat ditangani, maka proses penyembuhannya akan lebih mudah,” katanya.
Siswaningtyas menambahkan, upaya pencegahan dan penanggulangan tidak lagi fokus dari rumah ke rumah. Namun, juga mulai menyasar ke sekolah-sekolah dikarenakan mulai banyak anak-anak di usia muda mengalami gangguan kejiwaan.
“Kececenderungannya ada peningkatan, apalagi pasca terjadinya Covid-19. Banyak anak muda yang mengalami gangguan kejiawaan. Makanya dalam pencegahan mulai disosialisasikan ke sekolah-sekolah,” katanya.
Kepala Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular, Dinas Kesehatan Gunungkidul, Musyanto mengatakan untuk anak-anak muda mengalami gangguan kejiwaan bukan berarti menjadi ODGJ. Pasalnya, yang terjadi karena pola perilaku yang menyimpang sehingga mengganggu kejiwaan.
Hal ini terlihat dari aktivitas seperti bolos sekolah, merokok bagi kalangan pelajar, kekerasan baik fisik maupun nonfisik, penyimpangan seksual dan lain sebagai. “Aktivitas yang menyimang masuk dalam gangguan kejiwaan. Tapi, tetap harus ditangani sehingga kondisinya tidak semakin parah,” katanya.
Bupati Gunungkidul, Sunaryanta berkomitmen dalam upaya meningkatkan kesehatan jiwa di masyarakat sehingga isu ini masuk dalam bagian pembangunan manusia seutuhnya di Bumi Handayani. Adapun langkah dilakukan dengan terus mengencarkan sosialisasi tentang kesehatan jiwa.
Selain itu, juga dilakukan upaya pencegahan stigma yang dapat memperburuk keadaan pasien hingga pengobatan dan rehabilitasi. “Perayaan Hari Kesehatan Jiwa kita diingatkan bagaimana memaknai dan membantu agar para pasien bisa sembuh sehingga dapat kembali hidup normal,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Kabar Susunan Kabinet Prabowo, Gerindra: Belum Ada yang Resmi
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Lengkap! Panduan Mencari Jalur Trans Jogja
- Prediksi Cuaca Jogja dan Sekitarnya Minggu 28 April 2024: Cerah Berawan!
- Museum Vredeburg Dipercantik, Ada Taman hingga Edupark Cocok untuk Bersantai hingga Swafoto
- Ritual Mitoni, Budaya Jawa Menjaga Ibu Hamil Agar Anak Lahir Sehat Bebas Stunting
- Pemkot Jogja Gelar Nobar Timnas Indonesia Vs Uzbekistan di Balai Kota
Advertisement
Advertisement