Advertisement

Mengenal BDSM, Ulah Pelaku yang Bikin Mahasiswa UMY Meninggal Dunia

Arief Junianto
Rabu, 22 November 2023 - 17:07 WIB
Arief Junianto
Mengenal BDSM, Ulah Pelaku yang Bikin Mahasiswa UMY Meninggal Dunia Ilustrasi. - Harian Jogja

Advertisement

Harianjogja.com, SLEMAN—Dalam sidang perdana kasus mutilasi yang menimpa Redho Tri Agustian, mahasiswa UMY yang digelar di Pengadilan Negeri Sleman, Selasa (22/11/2023), jaksa menyebutkan bahwa meninggalnya korban lantaran praktik BDSM yang dilakukan kedua pelaku, yakni Waliyin, 29 asal Magelang, Jawa Tengah dan Ridduan asal Jakarta.

Sebenarnya, apa itu BDSM? Berikut penjelasannya, dilansir dari berbagai sumber.

Advertisement

Anda pernah menonton film Fifty Shades of Gray? Jika sudah, maka Anda pun sudah memahami apa itu BDSM (bondage, dominance, sadism, and masochism).

BDSM menjadi salah satu orientasi seksual yang masih dianggap menyimpang oleh kultur dominan. Meski begitu, nyatanya ada pula sebagian orang  yang menganggap BDSM adalah sebuah ekspresi seksual yang wajar.

Menurut dua orang psikolog dari Tilburg University, Andreas Wismeijer dan Marcel van Assen lewat jurnal mereka Psychological Characteristics of BDSM Practitioners, BDSM merupakan praktik “permainan” erotis yang melibatkan perbudakan, dominasi, sadomasokisme, dan dinamika antar individu terkait lainnya.

Kegiatan dan hubungan dalam konteks BDSM sering ditandai oleh para peserta yang mengambil peran untuk saling melengkapi, tetapi tidak setara; dengan demikian, persetujuan dari kedua mitra menjadi sangat penting.

Adapun, istilah "tunduk" dan "dominan" sering digunakan untuk membedakan peran-peran ini: pasangan dominan mengambil kendali psikologis atas submisif. Istilah "atas" dan "bawah" juga digunakan: bagian "atas" adalah penghasut tindakan sedangkan bagian "bawah" adalah penerima tindakan.

BACA JUGA: Lewat HP Waliyin, Polisi Telusuri Grup Medsos Pelaku Mutilasi Sleman

Dalam perkembangannya, pemaknaan BDSM ini diarahkan pada aktivitas seksual yang melibatkan, misalnya, mengikat pasangan, permainan di mana satu pasangan mengontrol yang lain, atau memberi dan menerima rasa sakit untuk kesenangan.

Oleh sebab itu, praktik BDSM sejatinya tak bisa disamakan dengan aksi kekerasan seksual. BDSM ini bisa diartikan sebagai kegiatan dengan perilaku seks 'sadis' yang pelakunya melakukan hal kasar hingga ekstrem demi mendapatkan kepuasan seksual.

Sejarah BDSM

BDSM berasal dari istilah yang lebih singkat, yakni BD dan SM, yang mulai populer di Amerika Serikat pada 1960-an. Singkatan ini sering ditemukan dalam iklan baris yang mempromosikan seks atau kencan.

Namun, menurut Sigmund Freud (1889), BDSM yang dikenal sebagai sadomasokisme berawal dari kata sadism dan masokisme. Perilaku tersebut adalah patologi seksual yang muncul karena represi dan di luar kesadaran.

Saat ini BDSM menjadi sebuah gaya hidup ataupun alternatif sebuah perilaku seksual yang mengorientasikan budak dan tuan.

Adapun di Indonesia sendiri, pemerintah berencana mengatur perilaku orang yang melakukan BDSM.

BACA JUGA: Sidang Perdana Kasus Mutliasi Mahasiswa UMY, Pelaku Meniru Adegan di Video

Dalam draf Rancangan Undang-Undang tentang Ketahanan Keluarga yang salinannya beredar di masyarakat, pelaku BDSM akan direhabilitasi. Dalam draf tersebut, perilaku BDSM tertulis dalam pasal 74.

Regulasi Pemerintah

Dalam pasal tersebut menyebutkan Pemerintah Pusat dan pemerintah daerah melaksanakan penanganan kerentanan keluarga.

Penanganan yang dimaksud, yakni membantu dan mendukung keluarga agar memiliki kepentingan keluarga dalam menghadapi krisis keluarga.

Adapun, masalah krisis keluarga yang tersebut terdiri dari masalah ekonomi, tuntutan pekerjaan, perceraian, penyakit kronis, kematian anggota keluarga; dan penyimpangan seksual.

Nah, berdasarkan poin terakhir, yakni penyimpangan seksual, adalah merujuk aktivitas salah satunya BDSM.

Diketahui, kasus mutilasi yang menimpa Redho Tri Agustian kini mulai memasuki sidang perdana. Kasus dengan terdakwa Waliyin, 29 asal Magelang, Jawa Tengah dan Ridduan asal Jakarta tersebut terjadi pada Juli 2023 lalu.

Kasus itu terungkap setelah ditemukannya potongan tubuh korban di sejumlah lokasi yang berbeda.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Kasus DBD di Gunungkidul Mulai Menurun

Kasus DBD di Gunungkidul Mulai Menurun

Jogjapolitan | 41 minutes ago

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Jokowi Bersepeda di Jalan Sudirman-Thamrin Minggu Pagi

News
| Minggu, 05 Mei 2024, 12:17 WIB

Advertisement

alt

Mencicipi Sapo Tahu, Sesepuh Menu Vegetarian di Jogja

Wisata
| Jum'at, 03 Mei 2024, 10:37 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement