Advertisement
Waspadalah! Caleg Kalah Pemilu Punya Potensi Alami Gangguan Jiwa
Direktur RSJ Grhasia Ahmad Akhadi saat memberikan paparan soal kesehatan mental di Kampus 3 UAD, Jumat (24/11) - harianjogja/ Alfi Annissa Karin
Advertisement
Harianjogja.com, UMBULHARJO—Kabar soal caleg stres dan depresi lantaran kalah dalam kontestasi politik sepertinya menjadi berita yang selalu mencuat setiap momen pilkada.
Berkaca pada gelaran pilkada sebelumnya, RSJ Grhasia mencatat setidaknya ada belasan caleg se-DIY yang memeriksakan diri usai dinyatakan kalah. Seluruhnya hanya melakoni rawat jalan.
Advertisement
Direkrur RSJ Grhasia Ahmad Akhadi menuturkan sejatinya pihaknya telah melakukan persiapan. Misalnya dengan turut melakukan pengujian potensi gangguan jiwa pada bakal calon legislatif. Pengujian dilakukan dengan instrumen Minnesota Multiphasic Personality Inventory (MMPI).
BACA JUGA: 2.463 Orang di Sleman Gangguan Jiwa
Hasil pengujian selanjutkan akan diinterpretasikan oleh para ahli RSJ Grhasia. Nantinya, kondisi kejiwaan akan diketahui apakah dalam tingkat yang absolute, moderate, atau mild.
"Ketika sudah berpotensi, tinggal partainya mau melanjutkan pencalonan apa tidak," ujar Ahmad saat ditemui di Kampus 3 UAD, Jumat (24/11).
Dia menambahkan, di sisi lain tak ada persiapan khusus. Termasuk dari sisi tenaga medis atau fasilitas lainnya. Semua dia siapkan sebagaimana mestinya. Hanya saja, Ahmad memastikan pihaknya akan menjaga kerahasiaan terkait identitas caleg yang mengakses layanan kesehatan jiwa di RSJ Grhasia.
"Kami keep silent karena ini menyangkut kerahasiaan kedokteran," imbuhnya.
Scooring Stress
Menurut Ahmad, caleg yang depresi lantaran kalah pemilu merupakan hal yang normal. Ini lantaran caleg telah berkorban banyak hal. Belum lagi adanya tekanan karena telah dikenal oleh masyarakat luas.
Kekalahan caleg pada kontestasi pilkada juga terbilang memiliki scoring stress yang tinggi. Hal-hal lain yang memiliki scoring stress yang tinggi di antaranya berpisah dengan pasangan hingga mengalami bencana.
"Itu bisa saja terjadi pada kita ketika mengalami atau memperoleh faktor eksogenus yang memiliki scoring stress-nya tinggi. Itu besar banget (scoring stress). Sudah ketemu masyarakat, ngerti-ngerti ora dadi," ungkapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
119 Juta Orang Diprediksi Bepergian Saat Natal-Tahun Baru
Advertisement
KA Panoramic Kian Diminati, Jalur Selatan Jadi Primadona
Advertisement
Berita Populer
Advertisement
Advertisement



