Advertisement

Promo November

800 Hektar Lahan Jagung di Gunungkidul Diserang Ulat Grayak

Andreas Yuda Pramono
Rabu, 21 Februari 2024 - 08:27 WIB
Sunartono
800 Hektar Lahan Jagung di Gunungkidul Diserang Ulat Grayak Foto ilustrasu ulat Grayak. - Pixabay.

Advertisement

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL—Sekitar 800 hektar lahan pertanian jagung di Kabupaten Gunungkidul yang terserang ulat grayak atau spodoptera frugiperda. Serangan itu tersebar dengan sejumlah kecamatan seperti Purwosari, Tanjungsari, Panggang, Saptosari, dan Tepus.

Petugas Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) DIY Sarno mengatakan ada tiga kriteria kerusakan terhadap kurang lebih 800 hektar lahan tersebut yaitu ringan, sedang, dan berat.

Advertisement

BACA JUGA : Hujan Deras Perparah Kondisi Tanaman Bawang Merah di Srigading, Panen Kurang dari 50 Persen

"Total se-Gunungkidul ada sekitar 800 hektar. Ada tiga kriteria, kalau ringan itu daun tanaman jagung luka satu dua lembar. Terus yang sedang serangannya lumayan banyak. Nah kalau sudah berat, serangan satu batang tanaman bisa sampai empat sampai delapan ulat,” kata Sarno dihubungi, Selasa (20/2/2024).

Sarno menambahkan ulat grayak tersebut mulai merebak di Indonesia sekitar tahun 2019. Ulat yang memiliki tanda seperti huruf Y di kepalanya tersebut, kata dia sangat menyukai tanaman jagung. Ulat jenis ini memiliki masa hidup sekitar 20 hari sebelum menjadi kepompong. Meski demikian, memiliki dampak daya rusak terhadap tanaman jagung, khususnya jika dalam satu batang ada empat ekor lebih ulat.

Apabila ulat tersebut berhasil menjadi kupu-kupu maka tanaman yang sama akan menjadi tempat bertelur. Dalam satu batang, ada sekitar 200 ekor telur yang nantinya menetas menjadi ulat grayak. Oleh sebab itu guna mencegah merebaknya ulat grayak, Sarno menyarankan petani agar menerapkan sistem tumpang sari di lahan mereka.

Selain itu, deteksi dini juga menjadi kunci penanganan seperti pembaluran abu dapur dan serbuk kayu ke daun tanaman jagung. Abu dapur dapat membuat kulit ulat terkelupas lalu mengering dan mati. Sedangkan serbuk kayu dapat menumbuhkan jamur pada ulat. Hanya saja, hal tersebut dapat dilakukan ketika ulat masih sangat muda.

Hal yang penting diantisipasi adalah ketika masuk musim tanam (MT) II, dan MT III antara lain melakukan monitoring/pengamatan rutin sejak dini. Dengan begitu tindakan pencegahan dan penanganan yang perlu diambil selanjutnya akan lebih mudah.

“Anggaran yang dimiliki Kabupaten terbatas. Makanya pengendalian dilakukan dengan mengambil bahan dari BPTP Provinsi,” katanya.  

BACA JUGA : Tanaman Bawang Merah Diserang Ulat dan Lalat, Petani Gunungkidul Waswas

Sekretaris Dinas Pertanian dan Pangan (DPP) Gunungkidul, Raharjo Yuwono mengatakan Pemkab Gunungkidul akan mendapat bantuan benih padi dan jagung hibrida. Bantuan tersebut dirancang untuk musim tanam II dan I tahun 2024/2025.

“Tanam April dan Juni serta tanam Oktober nantinya disesuaikan kemampuan lahan dan petani. Kami mengirim proposal benih untuk 7.000 ha di MT II dan 15.000 ha MT I besok Oktober masih proses,” kata Raharjo. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Pemerintah Segera Menyusun Data Tunggal Kemiskinan

News
| Jum'at, 22 November 2024, 23:07 WIB

Advertisement

alt

Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism

Wisata
| Selasa, 19 November 2024, 08:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement