Advertisement

Inflasi Gunungkidul Februari 2024 Sebesar 2,69 Persen

Andreas Yuda Pramono
Jum'at, 01 Maret 2024 - 19:47 WIB
Maya Herawati
Inflasi Gunungkidul Februari 2024 Sebesar 2,69 Persen Pertumbuhan ekonomi - Ilustrasi - Freepik

Advertisement

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL—Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Gunungkidul mencatat inflasi di Bumi Handayani pada Februari 2024 terhadap Februari 2023 sebesar 2,69% (year-on-year/yoy). Inflasi tersebut dapat diketahui melalui perhitungan persentase perubahan indeks harga konsumen (IHK).

Kepala BPS Gunungkidul, Joko Prayitno menerangkan IHK adalah indeks yang mengukur perubahan harga eceran barang dan jasa secara umum yang diwakili sekeranjang barang dan jasa yang memiliki proporsi paling besar dan penting dalam pengeluaran rumah tangga.

Advertisement

“Persentase perubahannya apabila positif akan menimbulkan inflasi. Sedangkan perubahan negatifnya disebut deflasi,” kata Joko dalam konferensi pers di Kantor BPS Gunungkidul, Jumat (1/3/2024).

Penyumbang utama inflasi bulan Februari 2024 secara yoy adalah kelompok makanan, minuman, dan tembakau dengan andil 2,69%. Pada kelompok itu, komoditas utama penyumbang inflasi yaitu beras dengan andil 1,17%, buncis 0,24%, cabai merah 0,21%, dan bawang putih 0,13%.

Selain itu ada kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya dengan andil 0,13%. Komoditas penyumbang utama inflasi pada kelompok tersebut adalah emas perhiasan.

Kemudian untuk komoditas penghambat inflasi pertama yaitu bawang merah -0,11%, bensin -0,06%, terong -0,05%.

Sementara capaian inflasi secara bulanan atau (month-to-month/mtm) pada Februari 2024 terhadap Januari 2024 sebesar 0,43%. Joko menjelaskan penyumbang utama inflasi mtm adalah  kelompok makanan, minuman, dan tembakau dengan andil 0,40%. Komoditas penyumbang utama inflasi antara lain beras dengan andil 0,24% dan cabai merah 0,07%.

BACA JUGA: Rekapitulasi Suara Rampung, KPU Jogja Lanjut Susun SK Penetapan Jumlah Kursi Legislatif

“Sedangkan komoditas yang menghambat inflasi pertama bawang merah dengan andil -0,04 persen,” katanya.

Lebih jauh, Joko mengatakan BPS Gunungkidul juga membandingkan angka inflasi di daerah sekitar seperti Wonogiri, Kota Surakarta, dan Kota Jogja. “Paling rendah Kota Jogja, lalu Gunungkidul, Kota Surakarta, dan disusul Wonogiri,” ucapnya. 

Disinggung perihal inflasi menjelang ramadhan, kata Joko kecederungan belanja masyarakat meningkat. Harga komoditas seperti bahan pokok lantas naik. Menurut Joko, komoditas yang perlu diantisipasi adalah cabai rawit. Meski sempat turun, harga cabai rawit mulai terjadi pergerakan lagi.

“Itu juga tergantung dari Pemerintah. Misal kalau komoditas sudah tersedia di lapangan bisa juga dikendalikan. Tapi tren musiman [ramadhan] naik,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Kerusakan Akibat Gempa Garut Terjadi di Empat Kabupaten, Terparah Bandung

News
| Minggu, 28 April 2024, 19:57 WIB

Advertisement

alt

Komitmen Bersama Menjaga dan Merawat Warisan Budaya Dunia

Wisata
| Kamis, 25 April 2024, 22:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement