Begini Kondisi Puluhan Siswi di Gunungkidul yang Sakiti Diri Sendiri untuk Ikuti Tren Tiktok
Advertisement
Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL—Kondisi puluhan siswi SMPN 2 Saptosari, Gunungkidul, yang menyayat tangan mereka dan menyakiti diri sendiri karena persoalan mental dan mengikuti tren Tiktok sudah membaik.
Perilaku self harm atau menyakiti diri sendiri itu disinyalir karena para siswi mengalami gangguan psikologis dan meniru tren di Tiktok. Kepala Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Saptosari, Ari Hermawan mengungkapkan self harm yang menimpa sejumlah siswi SMPN 2 Saptosari tersebut terungkap ketika Puskesmas Saptosari melakukan screening kejiwaan dan konsultasi bersama salah satu rumah sakit di Kapanewon Wonosari. Dari screening itu, puskesmas mengetahui bekas luka sayatan di tangan sejumlah siswi pada November 2023.
Advertisement
Seingat dia, ada 23 siswi yang melakukan self harm. Informasi itu dia dapat dari dokter jiwa yang menangani para siswa. “Dulu memang sasaran screening dan konsultasi ke SMPN 2 Saptosari,” kata kata Ari, Kamis (7/3/2024).
BACA JUGA: Harga Beras Turun Perlahan, Harga Gula Pasir dan Telur Justru Meroket Jelang Ramadan
Setelah kejadian tersebut, puskesmas lantas mendampingi puluhan murid dan membetuk tim konselor di sekolah tersebut. Kini, kondisi para siswi mulai membaik.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan (Dispendik) Gunungkidul, Nunuk Setyowati, mengatakan siswi SMPN 2 Saptosari menyayat tangan mereka pada November 2023.“Sekolah bekerja sama dengan puskesmas untuk mengadakan bimbingan. Kejadiannya bulan November 2023,” kata Nunuk.
Dia mengatakan peristiwa menyakiti diri sendiri itu terjadi di rumah dan terungkap berkat laporan salah satu orang tua siswa pada November 2023. Setelah self harm tersebut, SMPN 2 Saptosari memberikan pendampingan terhadap para siswi bersama tim kesiswaan, guru bimbingan konseling (BK) dan berkolaborasi dengan Puskesmas Saptosari.
BACA JUGA: Proyek Pengolahan Sampah Pemkot Jogja Ditolak, Lurah Sebut Warga Tak Mau Diajak Studi Banding
Nunuk menjelaskan self harm dilakukan oleh siswi karena meniru tren di Tiktok dan rata-rata para pelajar tersebut kurang mendapat perhatian orang tua mereka yang bekerja di tempat yang jauh. Beberapa siswi tinggal bersama kakek-nenek.
Konselor sebaya atau peer counselor juga dibuat oleh SMPN 2 Saptosari dan Puskesmas Saptosari sebagai upaya pendampingan. Arahnya lebih kepada tindakan preventif.
“Puskesmas telah melakukan pendampingan awal dan screening perkembangan siswa pada bulan Februari 2024 dan 4 Maret 2024. Di antaranya menyampaikan tentang materi kesehatan reproduksi, kesehatan mental, sosial emosional, dan lainnya pada siswa,” kata Nunuk dalam keterangan tertulisnya.
BACA JUGA: Sidang Gugatan Anwar Usman di PTUN, MK Ajukan Bantahan
Dia menambahkan Puskesmas Saptosasi memiliki program dengan melibatkan tim UKMS untuk mengadakan pelatihan bagi siswa konselor sebaya. Pada tanggal 6 Maret 2024, Puskesmas Saptosari bersama media datang ke sekolah untuk mendampingi siswa.
“Media mendengar informasi tentang self harm yang terjadi pada November 2023 dan mengkonfirmasi kepada wakaseknya. Wakasek menyampaikan informasi kebenaran peristiwa yang terjadi pada waktu itu, namun juga menyampaikan bahwa semua sudah selesai dan siswa mendapatkan pendampingan,” katanya.
Di lain pihak, Wakil Kepala SMPN 2 Saptosari, Mujiono tidak menjawab panggilan telepon harianjogja.com.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- Jadwal Terbaru KRL Jogja-Solo Jumat 22 November 2024, Berangkat dari Stasiun Tugu, Lempuyangan dan Maguwo
- Jadwal SIM Keliling di Kulonprogo Jumat 22 November 2024
- Heroe-Pena Optimistis Kantongi 40 Persen Kemenangan
- Jadwal Terbaru KRL Solo-Jogja Jumat 22 November 2024: Berangkat dari Palur Jebres, Stasiun Balapan dan Purwosari
- Program WASH Permudah Akses Air Warga Giricahyo
Advertisement
Advertisement