Advertisement

PRODUKSI FILM BUDAYA: Ada Potensi Besar Film Pendanaan Disbud DIY

Media Digital
Senin, 29 April 2024 - 16:17 WIB
Sunartono
PRODUKSI FILM BUDAYA: Ada Potensi Besar Film Pendanaan Disbud DIY Dari kanan ke kiri. Bambang Utara Mukti, Budi Irawanto, Himawan Pratista, Sunlie Thomas Alexander, dan Basundara Murba Anggana dalam Talk Show Gala Premier Film Hasil Kompetisi Pendanaan 2023 di Hotal Grand Kangen Jogja, Sabtu (27/4). - Harian Jogja/Sirojul Khafid.

Advertisement

JOGJA—Film-film hasil pendanaan dari Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY berpotensi besar dan panjang perjalanannya ke depan. Program rutin tahunan ini merilis lima film di 2024 hasil dari pengerjaan 2023.

Dinas Kebudayaan (Disbud) DIY merilis lima film, tiga di antaranya berjenis fiksi yaitu Bakmi Kangen Rasa, Mancing Mayit, dan Suintrah. Sementara, dua film lainnya berjenis dokumenter berjudul Lampahing Cakra dan Dolanan Kota.

Advertisement

Kurator Pendanaan Film Disbud DIY, Budi Irawanto, mengatakan secara umum semua film memenuhi ekspektasi para kurator. Karya tersebut hasil dari kerja keras sineas dan supervisor. "Saya lihat film-film ini potensial, meski bukan target, layak berpartisipasi di sejumlah festival film," kata Budi dalam Talk Show Gala Premier Film Hasil Kompetisi Pendanaan 2023 di Hotal Grand Kangen Jogja, Sabtu (27/4).

Dalam mencari ide cerita, ada serangkaian proses yang perlu dilewati para sineas. Pada pendanaan film 2023, ada tahap baru berupa diskusi panel atau one on one meeting. Proses itu untuk menggali dan memastikan proposal ide cerita yang nantinya lolos cukup layak dan kuat.

"Kami ingin menggali lagi, karena saat presentasi idenya brilian, tetapi kadang enggak muncul. Sementara, saat diskusi one on one bisa lebih muncul. Ada yang jagoan presentasi tapi setelah digali idenya tidak siap," katanya.

Supervisor Pendanaan Film Disbud DIY, Bambang Utara Mukti, mengatakan ide cerita yang lolos perlu ada nilai yang kuat dan unik, ada capaian artistik dan unsur lainnya. Setelah lolos seleksi, proses supervisi dalam produksi film juga dinamis. Dari lima supervisor, semuanya punya selera sampai sudut pandang yang berbeda. Begitupun dengan para sineas, punya keunikan yang beragam dalam proses produksi. "Kami menawarkan masukan ke sineas, ada yang langsung mengiyakan, ada yang masih berargumen," kata Bambang.

Kata Penonton

Produser film, Basundara Murba Anggana, mengatakan saat menonton lima film hasil pendanaan dari Disbud DIY, dia cukup menikmati. Kelebihan lima film tersebut terkait kekayaan tema dan ceritanya.

Di film Dolanan Kota, Anggana merasa tergelitik, karena film berasal dari dinas di lingkungan Pemda DIY, namun isinya juga mengkritik pengelola Malioboro, yang sama-sama bagian dari pemerintah daerah. "Untuk film Mancing Mayit memiliki eksperimen yang menarik."

Penulis dan kritikus film, Sunlie Thomas Alexander, mengomentari film Bakmi Kangen Rasa yang menurutnya menarik namun klise secara cerita. "Tentang persoalan bapak yang mewariskan pekerjaan ke anak namun menolak dan sebagainya. Bukan hal yang baru, durasinya juga terlalu singkat. Konflik batin anak tidak tergarap," katanya.

Untuk film Lampahing Cakra, kritikus film dari Montase, Himawan Pratista, mengatakan narasumber dokumenter yang merupakan pemilik seni leak cukup menarik. Terlebih, narasumber berada di lingkungan Islam yang ketat. Himawan mengaku baru tahu kisah itu meski sudah lama tinggal di Jogja.

Sayangnya, informasi dalam film tidak lengkap. Sedangkan untuk film Suintrah, Himawan menyatakan film tersebut baru terdiri dari konsep dan cerita dasar. Apabila ingin melihat atau mengetahui lebih dalam, misal latar belakang cerita, karakter, dan sebagainya, maka perlu ada versi panjang.

Pendanaan Film 2024

Pendanaan Film dari Disbud DIY rutin setiap tahunnya. Sampai saat ini, sudah ada sekitar 120 film yang muncul dari program tersebut. Di 2024, Disbud kembali membuka kesempatan pada sineas film Jogja untuk mengajukan ide ceritanya. Sebagai gambaran, proposal yang lolos 2023 memperoleh pendanaan Rp180 juta.

Dalam menyeleksi ide cerita, Budi Irawanto mengatakan film perlu mengusung identitas dan karakter tentang kebudayaan DIY. Meski demikian, sineas jangan melihat kebudayaan DIY secara klise, seperti tentang gamelan dan sejenisnya. Perlu melihat kebudayaan DIY dalam perspektif yang berbeda.

Sedangkan untuk dilm dokumenter perlu ada riset yang matang dan mendalam. "Ini sangat penting, kami meminta untuk memberi beberapa contoh footage yang sudah diambil. Dalam dokumenter itu sangat penting, kesiapan pembuat film tentang subjeknya," kata Budi yang juga Juri Festival Film Indonesia tahun 2024. Pendaftar pendanaan film Disbud DIY bisa mengajukan segala konsep film, termasuk eksperimental. Namun, sineas perlu punya kemampuan untuk eksekusi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Soal Kaesang Mau Ikut Pilkada, Grace Natalie: Sudah Cukup Umur Maju Bupati atau Walikota

News
| Rabu, 15 Mei 2024, 14:07 WIB

Advertisement

alt

Tidak Hanya Menginap, Ini 5 Hal Yang Bisa Kamu Lakukan di Garrya Bianti Yogyakarta

Wisata
| Senin, 13 Mei 2024, 15:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement