Buka Tutup Depo Sampah di Jogja, Pemkot Pakai Strategi Permainan Dakon
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Desentralisasi pengolahan sampah di DIY mulai dilakukan sejak 1 Mei 2024 lalu. Depo sampah sebagai tempat penampungan sampah sementara juga dimungkinkan akan lebih cepat penuh, tak terkecuali di Kota Jogja. Untuk itu, operasional depo sampah kembali diatur.
Sub Koordinator Kelompok Substansi Penanganan Persampahan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Jogja Mareta Hexa Sevana menuturkan jam buka tutup depo diatur sesuai dengan kemampuan pengolahan sampah di TPS 3R Nitikan. Jika pada hari itu TPS 3R Nitikan tak lagi sanggup mengolah sampah, maka depo akan ditutup sementara. Jika dipaksakan, dia khawatir mesin justru akan terkendala.
Advertisement
Dengan begitu, jadwal buka tutup depo kini fleksibel dan tak lagi berpatokan pada jadwal tiga hari buka satu hari tutup seperti sebelumnya. Di sisi lain, Mareta menuturkan akan menerapkan strategi. Dia menyebut strategi ini sebagai strategi dakon. "Mana depo yang kosong kami geser ke sana. Jadi supaya tidak tertumpu di satu titik atau dua titik. Fleksibel, sangat kasuistik sekali di depo. Karakter membuangnya kan juga beda-beda, kami monitoring-nya harian. [Informasi buka tutup] biasanya langsung dengan penjaga depo," ujar Mareta.
Dia menyebut, kondisi depo saat ini tak semuanya sepenuh Depo Pengok atau Depo Mandala Krida. Beberapa depo sampah kondisinya justru lebih kosong dibanding depo sampah lainnya. Misalnya saja Depo Sampah Utoroloyo yang letaknya di dalam makam. Belum lagi beberapa penggerobak juga memilih untuk membuang sampah langsung di TPS 3R Nitikan ketimbang di depo.
"Penggerobak yang dulu pernah dibentuk saat awal gerakan zero sampah anorganik juga agak bergeser lagi. Sekarang tinggal kemampuanya penggerobak itu mereka lebih nyaman buang ke mana. Yang di Nitikan ini lumayan mbludak karena (penggerobak) tahu kalau di Nitikan pasti diolah. Banyak yang dari depo geser ke Nitikan," jelasnya.
BACA JUGA: Dua TPS 3R Belum Beroperasi, Sampah di Kota Jogja Diolah Swasta Pakai Sistem Tipping Fee
Strategi dakon ini akan diterapkan dengan menjalin komunikasi intensif dengan para mandor di masing-masing sektor. Nantinya, mandor diminta melaporkan depo mana saja yang cenderung lebih lega dibanding depo lainnya. Maka, sampah yang sudah penuh akan ditampung sementara di depo itu.
"Kami sudah mulai pakai sistem dakon. Mana yang percepatannya paling tinggi nanti digeser ke titik yang memang lebih sering kosong. Sekarang hampir merata, tapi setidaknya tidak banyak yang cepat luber," katanya.
Mareta mengimbau masyarakat untuk kembali menggencarkan gerakan Mbah Dirjo dan pemilahan sampah. Sebab, sejauh ini sampah organik rumah tangga adalah sampah yang paling banyak ditemui. Jika Mbah Dirjo dan pemilahan sampah bisa dijalankan, maka pengurangan sampah bisa terwujud dengan lebih efektif. "Mbah Dirjo, Gerakan Zero Sampah Anorganik kalau dijalankan betul saya yakin lumayan menurunkan sampai 50 persen kalau efektif. Karena sampah organik dimasukkan dalam biopori pasti dia kempes," ungkapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Gunung Ibu di Halmahera Erupsi, Keluarkan Api Setinggi 350 Meter
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- Korban Apartemen Malioboro City Syukuri Penyerahan Unit, Minta Kasus Tuntas
- Tak Gelar Kampanye Akbar Pilkada Sleman, Tim Paslon Harda-Danang Bikin Kegiatan Bermanfaat di 17 Kapanewon
- Kembali Aktif Setelah Cuti Kampanye, Ini Pesan KPU Kepada Bupati Halim dan Wabup Joko Purnomo
- Semarak, Ratusan Atlet E-Sport Sleman Bertarung di Final Round E-Sport Competition Harda-Danang
- Tahun Ini Hanya Digelar Sekali, STTKD Mewisuda 691 Lulusan
Advertisement
Advertisement