Advertisement
Jumlah Pos Lalu Lintas Ternak Minim, DPKH Gunungkidul Akui Kesulitan Awasi Peredaran Ternak
Advertisement
Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL—Minimnya pos lalu lintas hewan ternak menjadi alasan Pemkab Gunungkidul kesulitan mengawasi peredaran hewan ternak, baik ke luar maupun masuk ke wilayah Bumi Handayani.
Kepala Bidang Bina Produksi Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (DPKH) Gunungkidul, Suyanto mengatakan pos lalu lintas di Gunungkidul hanya ada dua yaitu di Kapanewon Ngawen dan Bedoyo, Ponjong. Pos tersebut berada di bawah kewenangan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan DIY.
Advertisement
Padahal, pos lalu lintas ternak sangat penting untuk didirikan di pintu masuk Gunungkidul selain yang sudah ada saat ini. Dengan begitu, jumlah ternak masuk dan keluar dapat terdata secara akurat, termasuk kesehatannya.
“Memang akan baik ketika Gunungkidul punya pos lalu lintas di pintu masuk kabupaten. Ternak jadi terkontrol. Penghitungan populasi ternak juga mendasarkan pada data itu,” kata Suyanto ditemui di kantornya, Senin (10/6/2024).
Suyanto menambahkan jawatannya telah menyampaikan permohonan pendirian pos lalu lintas itu ke Sekretaris Daerah Gunungkidul sebulan lalu. Hanya, masih belum ada informasi lanjutan permohonan itu.
Kualitas ternak yang baik tentu berpengaruh terhadap permintaan pasar, terutama menjelang Iduladha, ketika permintaan ternak seperti sapi meningkat.
Dia menjelaskan, kebutuhan sapi di Gunungkidul sejauh ini mencapai 5.000 ekor. Adapun jumlah sapi penjantan siap kurban dari Gunungkidul pada 2024 mencapai 17.380 ekor, kambing 25.638 ekor, dan domba sekitar 1.700 ekor.
Adapun sapi-sapi di Gunungkidul, kata dia, banyak didistribusikan ke wilayah luar Gunungkidul, mulai dari Sleman, Bantul, hingga sejumlah daerah di Jawa Tengah macam Magelang, Kendal, Salatiga, Purwokerto, Grobogan, dan Purbalingga. “Jumlah sapi keluar dapat mencapai 60% dari total ketersediaan sapi,” ucap dia.
Sebelum dikirim, ternak tersebut perlu mendapat surat kesehatan hewan. Jika tidak ada surat tersebut, daerah tujuan biasanya akan menyampaikan komplain.
Sejauh ini, DPKH juga menemukan ternak masuk ke Pasar Hewan Siyono yang tidak memiliki surat kesehatan.
BACA JUGA: Jelang Iduladha, Kesehatan Ternak untuk Hewan Kurban Terus Dipantau
Meski begitu, Suyanto menyatakan bahwa ternak baik sapi, kambing, dan domba yang dijual di pasar hewan Gunungkidul sehat. Meski ada juga sapi yang pernah terkenak penyakit lato-lato, tetapi sapi tersebut sudah sembuh.
Hanya, dia menyarankan agar pembeli memotong dan membuang bagian yang terkena penyakit lato-lato karena bagian itu terasa pahit apabila dimakan.
Penyakit Ternak
Kepala DPKH Gunungkidul, Wibawanti Wulandari mengatakan jumlah ternak yang berpenyakit baik Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) serta Lumpy Skin Disease (LSD) atau lato-lato pada 2023 mencapai 3.377 ekor. Rinciannya, PMK sebanyak 1.771 ekor dan LSD sebanyak 1.606 ekor.
Dari ternak ber-PMK itu, sebanyak 42 ekor mati, 1.708 sembuh, dan 21 ekor potong paksa. Adapun dari ternak dengan LSD itu, sebanyak 20 ekor mati dan 1.586 sembuh.
"Kalau untuk Iduladha besok, imbauan saya agar pembeli memilih hewan yang sehat dan bila perlu minta surat keterangan kesehatan hewan," kata Wibawanti.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Kejagung Sebut Penetapan Tersangka Tom Lembong Tak Ada Unsur Politis
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Grand Zuri Malioboro Corporate Gathering Nobar Home Sweet Loan
- Pilkada 2024: Politik Uang Tak Pengaruhi Preferensi Pemilih di Kota Jogja
- Kongres FPRB Kota Jogja Libatkan Unsur Pentahelix
- Pemilik Apartemen Malioboro City Desak Pemerintah Pusat Intervensi Soal SLF
- Wastra Katresnan : Panggung Apresiasi Karya Desainer Lokal di Puncak KarnaVALL Batik Indonesia
Advertisement
Advertisement