Advertisement
Bolu Uleh-uleh Khas Putat Gunungkidul Bikinan Emak-emak yang Beromzet Miliaran

Advertisement
Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL—Ratusan jemari ibu-ibu dengan cekatan menjumputi bolu sekepalan tangan dan memasukkannya ke plastik. Melihat tangan mereka bekerja, mirip melihat mesin sortir otomatis. Cepat dan taktis.
Jumat, (9/8/2024) siang, Rumah Produksi Bolu Putat tak ramai, namun tak sepi juga. Ada belasan kendaraan roda dua terpakir di sisi selatan. Di sisi utara ada SD Negeri Sendangsari yang sepi.
Advertisement
Masuk ke dalam rumah produksi, aroma khas bolu dari dalam oven menyusup-menelisik rongga hidung. Hanya dengan menghidu aroma ini, imanjinasi rasa gurih tergambar jelas. Dari sisi pintu masuk, Sri Wahyuni, 34 tahun tampak sibuk melayani pelanggan dengan ditemani ibu-ibu yang mengepak bolu kelapa di sisi selatan meja kerjanya.
Wahyuni merupakan pamong Kalurahan Putat. Dia menjabat sebagai Kamituwo atau staf pembantu lurah yang bertugas berhubungan dengan masyarakat. Dia mengampu bidang pemberdayaan dan Desa Prima Gumregah.
Rumah produksi bolu kelapa ini berawal dari pelatihan untuk perempuan sebagai tahap awal pembentukan Desa Prima pada 2019 oleh Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Pengendalian Penduduk (DP3AP2) DIY.
Desa Prima menjadi salah syarat pembentukan kalurahan mandiri budaya yang ingin dicapai Kalurahan Putat. Namun, belum sempat berkembang, Pandemi Covid-19 datang. Desa Prima mati suri.
“Setelah pandemi, kami tidak ingin Desa Prima mati suri. Harus berdaya sesuai dengan tujuannya pemberdayaan perempuan,” kata Wahyuni, Jumat, (9/8).
Bersama sekitar 25 orang, Wahyuni dan perempuan Putat lain membuat olahan aneka keripik seperti keripik singkong dan pisang akhir 2020. Belum ada rumah produksi kala itu. Mereka membuat keripik di rumah salah satu anggota Desa Prima. Terlalu banyak saingan dan tak menghasilkan keuntungan, mereka mencoba menggali ide untuk menciptakan produk lain.
Di Kalurahan Putat, budaya memberi uleh-uleh ketika hajatan masih ada dan dilakukan banyak warga. Budaya uleh-uleh ini menjadi cikal bakal tercetusnya ide bolu kelapa.
Pada 2021, Wahyuni meminta pengadaan oven melalui dana keistimewaan. Momen lebaran menjadi kali pertama mereka membuat olahan kue kering seperti putri salju dan kastengel. Lokasi pembuatan kue ini ada di lokasi baru, yang saat ini dipakai sebagai rumah produksi.
BACA JUGA: KISAH INSPRATIF: Warga Gunungkidul Bikin Ramuan Empon-empon untuk Lele Tidak Amis
Pendampingan DP3AP2 DIY masih berlanjut. Ibu-ibu kemudian mendapat pelatihan pembuatan kue chiffon. Hanya pembuatannya cukup sulit dibandingkan dengan bolu panggang.
Dengan mempertimbangkan teknis pembuatan dan rasa, maka Wahyuni menyepakati bolu panggang sebagai produk yang akan dikembangkan pada akhir 2022. Bolu panggang ini juga cocok untuk menjadi produk sebagai uleh-uleh.
Bolu kelapa ini kemudian dikenal banyak orang setelah salah satu anggota Desa Prima menggelar hajatan dan menjadikan bolu sebagai uleh-uleh. Pesanan dari berbagai warung masuk dan rumah produksi kebanjiran order.
Akhir 2022, omzet rumah produksi masih jutaan, di bawah Rp10 juta. Pada 2023 awal, omzet melejit; akhir tahun, rumah produksi meraup omzet sekitar Rp990 juta, hampir Rp1 miliar. Sedangkan omzet dari awal 2024 hingga Juli menyentuh lebih dari Rp1 miliar. Pada Juli 2024 saja, omzet mencapai sekitar Rp390 juta. Prediksi hingga akhir tahun dapat mencapai Rp2 miliar. Per bolu dibanderol dengan harga Rp800 apabila mengambil langsung di rumah produksi.
Omzet ini kemudian dikurangi untuk pajak sebesar 0,05% dan biaya bahan baku. Laba bersih yang ada kemudian dibagi 5% untuk kas kelompok desa prima, 10% perawatan mesin, 15% operasional, 10% pendapatan asli desa, dan sisanya upah pekerja.
Melejitnya omzet ini tidak terlepas dari strategi pengelola dengan memberi komisi ke anggota yang berhasil dapat mendatangkan pelanggang. Per paper bag, anggota mendapat Rp1.000. Di dalam paper bag ini juga tercantum ucapan terima kasih dan kontak pemesanan.
Tantangan Pasar
Konsistensi untuk mendapat omzet miliar rupiah itu nyatanya juga diuji dengan munculnya kompetitor-kompetitor. Bahkan, ada beberapa kompetitor merupakan mantan anggota rumah produksi/ Desa Prima.
Meski ada sedikit rasa kecewa, Wahyuni mengaku tidak dapat melarang mereka untuk membuat produk yang sama bahkan memasarkan di pasar yang sama seperti di Pasar Piyungan dan Prambanan. Atas situasi ini, Wahyuni bersama anggotanya mencoba memproduksi bolu kelapa dengan rasa beragam seperti pandan, mocca, dan cokelat.
Dari sisi infrastruktur penunjang, Desa Prima akan membangun rumah produksi baru di belakang rumah produksi eksisting. Kata Wahyuni, ada fasilitasi rumah produksi baru dari Paniradya Pati Paniradya Kaistimewan DIY, Aris Eko Nugroho. Rumah ini akan dibangun sesuai standar Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
BACA JUGA: Kisah Sukses UMKM Peyek Gunungkidul Dagangannya Tembus 19 Outlet Alfamart
Pembangunan rumah produksi baru ini masih menunggu persetujuan alih lahan tanah kas desa (TKD) dari lahan pekarangan. Adapun pumah produksi lama akan digunakan untuk showroom dan ruang pertemuan.
“Paniradya sudah mengalokasikan Rp500 juta. Tapi Rp100 juta untuk pembelian sarana-prasarana. Sudah kami belikan oven baru, rak, meja stainless, dan lainnya,” ucapnya.
Saat ini, anggota Desa Prima ada 63 orang dengan 52 orang di antaranya ikut jadi anggota rumah produksi. 52 orang ini terbagi menjadi tiga kelompok. Per hari, ada dua kelompok yang bekerja.
“Sekarang itu, shift satu kelompok tiga, shift dua kelompok satu. Kelompok dua libur. Besok, shift satu pagi itu kelompok dua, dan shift dua siang untuk kelompok tiga,” lanjutnya.
Target resep per kelompok adalah 8.000 – 10.000 bolu. Dengan begitu, dua shift per hari ada 18.000 – 20.000 bolu yang harus diproduksi. Jumlah produksi bolu per hari bergantung pada orderan.
Pemberdayaan
Sebelum rumah produksi bolu kelapa sebesar sekarang, Wahyuni mengaku bahan-bahan baku pembuatan bolu diambil dari Kalurahan Putat seperti telur dan kelapa. Adapun bahan baku lain yang didatangkan dari pabrik, didatangkan melalui kerja sama dengan Koperasi Kalurahan Putat.
Seiring berjalannya waktu, kebutuhan kelapa semakin banyak. Mau tidak mau, rumah produksi mendatangkan kelapa dari luar daerah. Adapun kebutuhan telur masih dapat dicukupi dari peternak di Kalurahan Putat.
Pemberdayaan terhadap perempuan utamanya anggota Desa Prima juga dilakukan hingga ketahanan keluarga, dan kesehatan. Materi diberikan oleh DP3AP2 DIY dan Ikatan Apoteker Indonesia.
“Ada juga pelatihan public speaking. Kalau ada pertemuan, MC itu harus gantian. Nah, kalau ada sesi wawancara ya gantian,” pungkasnya.
Pemberdayaan ini dapat berjalan lancar apabila pendampingan terus diberikan dan didukung oleh semangat ibu-ibu/ anggota rumah produksi. Pendampingan dapat berwujud dana hingga materi edukasi.
Selama menjadi manajer rumah produksi, Wahyuni merasa seperti orang tua yang perlu memahami karakter dan mengelola emosi tiap anggota. Gotong royong atau toleransi satu dengan anggota lainnya membuat Wahyuni merasa senang.
“Ada yang jadi tenaga relawan sosial, dia mengantar per makanan lansia. Baru bisa gabung ketika shift satu pukul 09.00 WIB, tidak apa-apa. Kami sambut bareng-bareng, susah bareng, senang bareng,” lanjutnya.
Salah satu anggota rumah produksi, Sari Ermawati, 37 tahun menyampaikan bahwa Rumah Produksi Bolu Putat menjadi rumah keduanya. Tidak hanya mendapat pelatihan melalui pengembangan skil, dia merasa senang berada di rumah produksi.
Ermawati yang masuk kelompok tiga mulai bekerja pukul 05.00 WIB hingga sebelum pukul 12.00 WIB untuk sekitar 35 resep. Apabila 50 resep yang dikerjakan, maka dia dapat pulang sekitar pukul 14.00 WIB.
“Beberapa waktu lalu anak saya kan sakit, saya izin sepekan tidak ikut produksi. Rasanya itu sudah sangat rindu sama teman-teman,” kata Ermawati.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Advertisement

Destinasi Wisata Puncak Sosok Bantul Kini Dilengkapi Balkon KAI
Advertisement
Berita Populer
- Gandeng Tim Penggerak PKK, Pemkab Sleman Kembangkan Batik Lokal
- 13 Ribu Hewan Kurban Disembelih di Bantul, 285 Berpenyakit Cacing Hati
- Hari Raya Kurban, Bupati Harda Kiswaya Pantau Pembagian Hewan Kurban di Dua Tempat
- Polda DIY Salurkan Puluhan Hewan Kurban, Sasar Panti Asuhan hingga Pondok Pesantren
- Daftar Kereta Api Berangkat dari Jogja, 99 Ribu Kursi Disiapkan untuk Long Weekend Iduladha 2025
Advertisement
Advertisement