Pecah Ranting Hiburane Rakyat Program Inisiasi Dinkes Sleman Sukses Tekan Stunting dan Dongkrak Ekonomi
Advertisement
SLEMAN—Pecah Ranting Hiburane Rakyat yang merupakan akronim dari Pencegahan Rawan Stunting Hilangkan Gizi Buruk Tingkatkan Ekonomi Rakyat, merupakan program inisiasi Dinas Kesehatan Sleman untuk menekan angka angka stunting dan menurunkan angka risiko pada ibu hamil di Kabupaten Sleman.
Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinkes Sleman, Esti Kurniasih mengungkapkan Dinas Kesehatan punya beberapa program yang diberikan untuk meningkatkan gizi masyarakat. Tak hanya anak, program peningkatan gizi ini juga menyasar ibu hamil.
Advertisement
"Anak khususnya balita, ada juga program untuk anak usia sekolah tapi juga ada untuk ibu hamil terutama ibu hamil yang mempunyai kriteria status gizinya bermasalah," kata Esti, Minggu (8/9/2024).
Khusus ibu hamil, program peningkatan gizi akan menyasar ibu hamil dengan kasus anemia maupun ibu hamil dengan status Kurang Energi Kronis (KEK). KEK salah satunya ditandai dengan lingkar lengan atas ibu hamil yang kurang dari 23 sentimeter.
Dua sasaran di atas, yakni ibu hamil dan anak menjadi sasaran program peningkatan gizi dengan Pemberian Makanan Tambahan (PMT). Pendanaan program ini berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) melalui Dana Alokasi Khusus (DAK) non-fisik atau yang disebut Bantuan Operasional Kesehatan (BOK).
Dari APBD, Dinkes Sleman memiliki program Pecah Ranting Hiburane Rakyat. Alokasi anggarannya berkisar Rp500 juta-Rp700 juta per tahun.
Sasaran Pecah Ranting Hiburane Rakyat mencakup anak balita dengan masalah status gizi juga ibu hamil yang mengalami anemia dan masuk kategori KEK. "Program itu dilaksanakan oleh semua Puskesmas di Kabupaten Sleman," tutur Esti.
Prosedurnya, puskesmas mengusulkan sasaran yang bermasalah gizi ke Dinas Kesehatan. Selanjutnya Dinas Kesehatan berkolaborasi dengan Dinas Sosial (Disos) dan Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan Sleman Pertanian.
Nantinya Disos yang akan memberikan anggaran untuk pembelian PMT ini, wujudnya adalah protein hewani yang nanti disalurkan melalui Warung Sembada atau E-Warung. Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan Sleman nantinya akan menjadi pemasok bahan dasar PMT seperti telur, ikan, ayam dan sebagainya.
"Jadi setelah puskesmas mengusulkan ke Dinas Kesehatan, Dinas Kesehatan memberikan datanya ke Disos untuk divalidasi. Validasinya dilakukan supaya tidak mendapatkan sumber anggaran yang berbeda, jadi tidak ada dobel anggaran," ujarnya.
Misalnya bila sasaran telah mendapatkan bantuan Program Keluarga Harapan (PKH), tidak boleh menerima PMT dari program Pecah Ranting Hiburane Rakyat.
"Sasaran (warga) mengambil (PMT) ke E-Warung itu. Sudah kami jadwalkan, Senin-Selasa nanti diambil hari Senin. Kemudian menu Rabu-Kamis diambil di hari Rabu. Menu Jumat-Sabtu-Minggu diambil di hari Jumat," katanya.
Program PMT Lokal
Sementara bantuan peningkatan gizi sumber yang bersumber dari dana Kementerian Kesehatan berbentuk program PMT lokal. Anggaran tersebut dibelanjakan oleh puskesmas bersama kader kemudian nanti diolah menjadi makanan jadi. Olahan makanan yang sudah jadi selanjutnya diantar langsung ke sasaran.
Supaya tidak dobel, sasarannya pun dibedakan. Jika Pecah Ranting Hiburane Rakyat menyasar anak yang sudah stunting, bantuan program PMT lokal dari Pemerintah Pusat menyasar anak yang berisiko stunting.
"Berisiko itu jadi dia belum stunting tapi dia mempunyai risiko stunting. Misalnya status gizinya kurang," katanya.
Secara prinsip, Dinas Kesehatan tidak membatasi jumlah sasaran program Pecah Ranting Hiburane Rakyat. Merujuk pada data-data sebelumnya, Esti menyebut angka sasaran dalam program Pecah Ranting Hiburane Rakyat cenderung dinamis, naik turun.
"Fluktuatif, kadang naik, kadang turun per tahunnya. Yang mengakses Pecah Ranting Hiburane Rakyat itu jumlahnya naik turun, karena tadi ada persyaratan yang harus dipenuhi," jelasnya.
Di lapangan program peningkatan gizi yang dilakukan Dinkes Kesehatan menunjukkan hasil yang positif. Hal itu terbukti dari angka prevalensi stunting Kabupaten Sleman dari tahun ke tahun menunjukkan penurunan. Penurunan ini ditunjukkan dari hasil survei Kementerian Kesehatan maupun puskesmas.
Terus Menurun
Berdasarkan data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) Kementerian Kesehatan, angka stunting Kabupaten Sleman terus menurun dari tahun ke tahun. Pada 2021 angka stunting Sleman berada di kisaran angka 16%. Angka ini selanjutnya turun pada 2022 menjadi 15%. Terakhir pada 2023, penurunan angka stunting cukup tajam menjadi 12,4%.
Selain survei dari Kementerian Kesehatan, Esti mengungkapkan jika puskesmas secara rutin juga melakukan pemantauan pertumbuhan dan perkembangan anak di posyandu. Pemantauan ini dilaporkan rutin setiap bulan melalui Elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (EPPGBM). Dari pencatatan EPPGM, angka stunting juga terpantau terus menurun di Kabupaten Sleman.
"Terakhir di tahun 2023 kemarin kita ada di angka 4,51. Sebelumnya kita Tahun 2022 ada di angka 6,88," katanya.
Tak hanya itu, pencanangan program Pecah Ranting Hiburane Rakyat juga terbukti berpengaruh positif pada peningkatan gizi pada ibu hamil. "Itu 50 persen dari sasaran itu mengalami kenaikan status gizi dari mereka yang KEK dan dari mereka yang anemia itu 50 persen gizinya menjadi normal," ungkapnya.
Sementara pada 50% sasaran lainnya ada faktor lain yang menyebabkan status gizi ibu belum bisa meningkat. Faktor lain ini ada banyak, salah satunya bisa berupa penyakit yang diderita oleh ibu hamil. "Tentu ini kami akan berkolaborasi untuk penanganan penyakitnya sehingga itu akan berpengaruh kepada gizinya," ujarnya.
Di luar aspek gizi, Pecah Ranting Hiburane Rakyat juga terbukti mendongkrak ekonomi UMKM, baik itu pedagang E-Warung maupun petani maupun peternak yang menyuplai bahan pangan program ini.
Mengingat pentingnya program ini, Esti berharap ke depannya Pecah Ranting Hiburane Rakyat masih bisa terus diadakan lantaran terbukti membantu menurunkan angka prevalensi stunting maupun meningkatkan ekonomi rakyat.
"Harapannya program ini akan tetap akan ada ke depannya, karena ini sudah terbukti sangat membantu menurunkan prevalensi stunting, bisa menurunkan risiko pada ibu hamil," katanya. (***)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
75.265 Desa Bakal Bertransformasi menjadi Desa Digital pada 2025 Mendatang
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Tri Wulan Ketiga 2025, Kantor Inspektorat Bantul Pindah ke Gedung Perpusda Bantul Lama
- Belum Jelas, Pemkab Sleman Pastikan Pembahasan UMK Sleman 2025 Molor
- Buaya yang Ditemukan di Kelurahan Bener Dibawa ke BKSDA
- Terbukti Tidak Netral Saat Pilkada, Kepala Dukuh di Wukirsari Terima Surat Teguran dari Lurah
- Diperbaiki, Jl. Bhayangkara Wates Ditutup Sampai Pertengahan Desember
Advertisement
Advertisement