Advertisement
Polisi Ungkap, Sebelum Beraksi Pelaku Kriminal di Jogja Konsumsi Obaya
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Polresta Jogja terus meningkatkan penindakan dan pencegahan peredaran obat berbahaya (obaya). Selain dampak negatif bagi kesehatan, obaya juga diketahui menyebabkan banyak penggunanya nekat melakukan kejahatan.
Kasat Rersnarkoba Polresta Jogja, AKP Ardiansyah Rolindo Saputra, menjelaskan hal ini terbukti dari banyaknya pelaku kriminal di Kota Jogja yang didapati mengkonsumsi obaya. “Gangguan kamtibmas yang sering muncul di wilayah Kota Jogja itu rata-rata para pelaku boleh dikatakan 50 persen ke atas itu menggunakan obaya,” ujarnya, Jumat (13/9/2024).
Advertisement
BACA JUGA: Pulang Nugas di Warung Kopi, Mahasiswi Ini Kena Begal di Timbulharjo, Sewon
Menurutnya, banyak dari pelaku kriminal tersebut menggunakan obaya untuk mendukung mereka dalam menjalankan aksinya. “obat-obatan itu sebagai dopping atau penunjang dalam mereka melakukan aksinya,” ungkapnya.
Dari sejumlah pengungkapan kasus obaya, ia melihat pelakunya rata-rata masih di bawah 30 tahun. Menurutnya, anak muda menjadi sasaran penjualan obaya karena harganya yang cukup terjangkau. “Jadi mereka itu untuk sasaran, karena obat jenis obaya ini harga cukup murah jadi memang sasaran boleh dikatakan oleh para pengguna yang menengah ke bawah,” paparnya.
Ia menuturkan harga dari pemasok, sebotol obaya isi 1.000 butir maksimal Rp1,5 juta bahkan ada yang hanya Rp1,1 juta satu botol. “Targetnya ke orang yang membutuhkan, biasanya dia mau enak mau murah. Rata-rata ya pelajar mahasiswa dan orang-orang menengah ke bawah,” kata dia.
Berdasarkan pengakuan para pengguna, ia mendapati banyak pengguna obaya memiliki masalah pribadi atau keluarga, sehingga stress dan lari ke obaya. “Terkadang curhatan daripada salah satu tersangka penyebab dia menggunakan itu broken home, karena rumah tangga yang kurang harmonis sehingga dia mengkonsumsi obaya,” ujarnya.
Adapun cara-cara peredaran obaya ini kebanyakan dijual secara online melalui akun palsu sosial media. “Ada yang via facebook, via Instagram. kedoknya kadang beda tapi ketika masuk ke dalam ternyata ada transaksi jual beli narkotika jenis apapun itu. Biasanya dia dari medsos lanjut ke kontak,” ungkapnya.
Ia mengakui kesulitan dalam mengembangkan kasus peredaran obaya ke atas, karena dalam melakukan transaksi, mereka bermain aman. “Setelah dan sebelum, mulai dari hp, transaksi tidak ada petunjuk sama sekali. Makanya di sini mereka memang sudah berpengalaman dan main aman. Sudah disetting sedemikian rupa sehingga kita kesusahan pengembangan yang lebih besar,” katanya.
Karena targetnya yang kebanyakan anak muda dan masih di bawah pengawasan orang tua, maka ia mengimbau agar keluarga berperan penting dalam pencegahan penggunaan obaya. “Kepada semua orang tua atau keluarga harus berperan penting terhadap anak-anaknya yang masih bersekolah, harus dijalin komunikasi dua arah,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Jusuf Kalla Sebut Pendidikan Buat Muslim di Barat Naik Kelas, Atasi Islamophobia dengan Prestasi
Advertisement
Bali Masuk 20 Besar Destinasi Wisata Terbaik di Asia Tahun 2025
Advertisement
Berita Populer
- Atasi Penyebaran Penyakit Mulut dan Kuku, Pemda DIY Ajukan 100 Ribu Dosis Vaksin ke Kementan
- Kodim Bangun Dapur Umum untuk Makan Bergizi Gratis di Bantul
- Kuota Haji DIY 2025 Tetap, Biaya Diprediksi Turun
- Gembira Loka Zoo Raih Apresiasi atas Pengelolaan Satwa dan Upaya Konservasi Gajah Sumatera
- Pelaku Penjambretan di Gamping Sleman Ditangkap, Diduga Sempat Minum Miras Sebelum Beraksi
Advertisement
Advertisement