Advertisement

Dosen dan Mahasiswa FSP ISI Jogja Gelar Pertunjukan Gabungkan Sejumlah Unsur Seni

Yosef Leon
Sabtu, 28 September 2024 - 12:07 WIB
Maya Herawati
Dosen dan Mahasiswa FSP ISI Jogja Gelar Pertunjukan Gabungkan Sejumlah Unsur Seni Para dosen dan mahasiswa FSP ISI Jogja saat tampil membawakan pentas lakon berjudul Mahespati Sangkara pada Jumat (28/9 - 2024) malam di Laboratorium Seni kampus setempat. Dok. Ist (email)

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia (FSP ISI) Jogja menggelar pentas penutup dari lakon Trilogi Dwipantara dengan judul Mahespati Sangkara pada Jumat (28/9/2024) malam di Laboratorium Seni kampus setempat.

Pentas seni yang melibatkan kolaborasi ratusan mahasiswa dan dosen itu menggabungkan sejumlah unsur dalam seni pertunjukan yakni tari, teater, musik etnik, orkestra, pedalangan dan sentuhan visual dari program studi animasi dalam sebuah lakon kebangsaan yang sukses.

Advertisement

Pimpinan Produksi Setya Rahdiyatmi menjelaskan, lakon Trilogi Dwipantara merupakan metafora permasalahan bangsa Indonesia saat ini. Pada lakon pertama yang bertajuk Niskala Nawasena, digambarkan Raja Adhikara yang menjaga amanat kemerdekaan dari berbagai ancaman dengan sosok antagonis tokoh Ahengkara.

“Niskala sang generasi emas, anak muda pewaris bangsa memimpin perlawanan dengan tekad merebut kembali kemerdekaan yang hakiki," jelasnya dalam rilis.

Kemudian pada lakon kedua yang berjudul Ambarasta merupakan metafora untuk bela negara kepada generasi emas Indonesia. Niskala menjadi gambaran bumi Indonesia yang menawan di mata seluruh negara dan selalu menjadi perhatian dunia global.

Ambarasta mencoba untuk menumbuhkan cinta tanah air dan menanamkan semangat bela negara pada generasi muda Indonesia yang jadi langkah nyata untuk kepastian kehidupan generasi kita di masa mendatang.

Sementara pada lakon terakhir ini yakni Mahespati Sangkara mengisahkan perjuangan seorang pemuda bernama Aruta yang mengajarkan pentingnya memperjuangkan hak kemerdekaan dari segala bentuk penjajahan di mata dunia.

Pertunjukan ini seperti memberi pesan sebagai kesatuan negara yang besar sudah semestinya selalu dijaga dari ancaman dan gangguan dari pihak luar. Ancaman akan selalu datang bila lalai dan tidak bermawas diri.

BACA JUGA: Komunitas Baju Bekas Ingin Ada Pengecualian Terbatas untuk Kebijakan Larangan Impor

 “Kami mengemas semuanya dengan mengintegrasikan visual interaktif, memadukan tampilan LED dan seni panggung, serta interaksi aktor dengan animasi guna menciptakan pertunjukan yang imersif dan inovatif,” katanya.

Dekan FSP ISI Jogja Nyoman Cau Arsana menyebut, lewat pentas itu pihaknya ingin membuktikan bahwa fakultas tersebut berkomitmen sebagai lembaga seni yang kompeten. "Selain itu juga untuk memperkuat domain akademik yang menyentuh ruang kreativitas karya seni. Maka kami beterima kasih kepada pengkarya, pemeran, pengiring orkestra, panitia dan penari atas terwujudnya karya ini," ujarnya.

Rektor ISI Jogja Profesor Irwandi menyatakan, pentas ini jadi bukti sebuah proses kesenian dimana seniman menuangkan ide dan karya kepada audiens. "Maka saya mengapresiasi seluruh jajaran FSP ISI Jogja, semoga pentas ini jadi momentum baik untuk menyuarakan seni kepada masyarakat Indonesia dan dunia sebagaimana cita-cita kita agar ISI jadi world class university," katanya.  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Longsor Tambang Emas Ilegal Tewaskan 11 Orang di Solok, Basarnas Terapkan Evakuasi Estafet

News
| Sabtu, 28 September 2024, 13:27 WIB

Advertisement

alt

Menyusuri Assos, Permata di Aegean Utara Turki

Wisata
| Sabtu, 28 September 2024, 01:37 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement