Kawan.Kompak, Wahana Berjejaring Pasien Psoriasis dan Vitiligo untuk Sembuh Bersama
Advertisement
SLEMAN—Departemen Dermatologi Venereologi FK-KMK UGM menggelar talkshow bertajuk Kupas Tuntas Psoriasis dan Vitiligo Kawan.Kompak.
Peningkatan Kualitas Hidup Orang dengan Autoimun melalui Pemberdayaan Komunitas (Kompak) menjadi media berjejaring para penyintas psoriasis dan vitiligo untuk bangkit dan sembuh bersama.
Advertisement
Dokter Spesialis Dermatologi Venereologi dan Estetika, Shinta Trilaksmi Dewi mengungkapkan Dermatologi Venereologi FK-KMK UGM menginisiasi program pengabdian masyarakat pembentukan komunitas penyakit autoimun khususnya untuk penyakit psoriasis dan vitiligo.
Komunitas ini beranggotakan puluhan orang penderita psorias dan vitiligo dari beragam daerah yang menjadi wadah berbagi pengalaman.
"Tujuan dari pembentukan Kawan.Kompak adalah karena selama ini belum ada wadah, agar mereka mendapat dukungan karena temannya banyak, kemudian bisa mendapatkan informasi yang benar dari ahlinya," kata Shinta di Gedung Radiopoetro FK-KMK UGM, Selasa (29/10/2024).
Tak hanya didampingi dokter kulit, para penyintas juga bisa mendapat pendapat langsung dari psikolog. Pasalnya stres juga bisa berpengaruh pada penyakit ini. "Karena kalau penyakit autoimun itu sangat terkait dengan kondisi psikologis. Jadi dari penyakit autoimunnya sendiri bisa menyebabkan depresi, stres, rendahnya kepercayaan diri. Semakin mereka merasa stres itu ternyata memperparah penyakit autoimun," ujar dia.
Berpijak dari situ, Shinta menilai keberadaan support group sangat penting bagi para penyintas autoimun untuk saling berbagi informasi.
Psikolog Fakultas Psikologi UGM, Sri Kusrohmaniah menuturkan saat pertama kali mengetahui terjangkit penyakit autoimun seseorang bisa saja mengalami gejolak batin penolakan.
Penolakan ini, kata Sri, dapat muncul karena stigma yang muncul di masyarakat. "Penolakan bisa terjadi karena berbagai faktor, terutama karena adamya stigma terhadap semua penyakit. Apalagi penyakit yang berkaitan dengan faktor bisa terlihat oleh orang lain secara langsung," ujar dia.
Selain itu ketidaktahuan akan penyakit selanjutnya bisa memunculkan rasa ketakutan, kecemasan yang terkadang tidak disadari sebagai reaksi spontan atas sesuatu yang dianggap mengagetkan.
Untuk mengatasi penolakan itu ada banyak cara yang bisa dilakukan, salah satunya edukasi. "Edukasi kepada lingkungan, selain edukasi diri sendiri mengedukasi diri," tegasnya.
"Pengetahuan mengetahui ini [penyakit] apa mempengaruhi ketenangan kita di dalam menghadapi kondisi yang dialami.”
Kehati-hatian
Secara medis Staf Departemen Dermatologi Venereologi FK-KMK UGM sekaligus Ketua Pelaksana Kawan.Kompak, Arief Budiyanto menekankan unsur kehati-hatian dalam pengobatan psoriasis maupun vitiligo.
Penggunaan obat dan jenisnya harus diperhatikan secara cermat. "Di psoriasis hati-hati jangan sembarangan minum obat, karena kalau tidak hati-hati bisa memicu bisa memberat kalau dihentikan mendadak," ujar dia.
Beberapa obat keras juga tidak bisa dipakai ke berbagai permukaan kulit. Penggunaan obat keras ditegaskan Arief tidak boleh dioleskan di wajah. "Obat-obat itu harus sepengetahuan dokter. Obat-obatan jangan sembarangan psoriasis dan vitiligo bisa berbeda-beda.”
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Ini Daftar Wilayah yang Nihil Permohonan Sengketa Pilkada di MK Termasuk DIY
Advertisement
Mingguan (Jalan-Jalan 14 Desember) - Jogja Selalu Merayakan Buku
Advertisement
Berita Populer
- Polres Kulonprogo Lakukan Rekayasa Lalu Lintas di Kawasan Wisata Selama Libur Natal dan Tahun Baru
- TPS3R Caturharjo Jadi Satu-satunya Tempat Pengolahan Sampah di Bantul yang Fokus pada Sampah Plastik
- Kembangkan Komersialisasi Seni, ISI Jogja Jajaki Kolaborasi dengan Korea Selatan
- Sedayu General Hospital Segera Buka Pelayanan, Punya Cathlab dan Hyperbaric Center
- KPU Segera Tetapkan Bupati dan Wakil Bupati Sleman Terpilih, Ini Jadwalnya
Advertisement
Advertisement