Advertisement

Promo Desember

Ada 24 Kasus Bunuh Diri di Gunungkidul Tahun Ini, Dewan: Perlu Alokasi Penanggulangan Depresi

Andreas Yuda Pramono
Minggu, 15 Desember 2024 - 18:07 WIB
Arief Junianto
Ada 24 Kasus Bunuh Diri di Gunungkidul Tahun Ini, Dewan: Perlu Alokasi Penanggulangan Depresi Ilustrasi korban. - Freepik

Advertisement

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL—Sejak Januari hingga awal Desember 2024, Polres Gunungkidul mencatat ada 24 kasus bunuh diri terjadi di wilayah Bumi Handayani. Tercatat, Kapanewon Karangmojo dan Wonosari menjadi wilayah paling banyak kasus bunuh diri.

Kasi Humas Polres Gunungkidul, Iptu Suranto mengatakan kasus bunuh diri paling banyak terjadi pada Februari dan Juni, masing-masing empat kasus. Lalu, Januari ada satu; Maret ada tiga; April nihil kasus; Mei ada tiga; Juli ada dua; Agustus, September, Oktober, masing-masing satu kasus; November dan Desember, masing-masing dua kasus.

Advertisement

Apabila melihat dari kewilayahan, Kapanewon Karangmojo dan Wonosari menjadi lokasi paling banyak terjadi kasus bunuh diri, masing-masing tiga kasus. Sisa sebaran kasus ada di Saptosari satu kasus, Playen dua kasus, Semin satu kasus, Paliyan dua, Tepus dua kasus, Ngawen dua kasus, Tanjungsari dua kasus, Girisubo satu kasus, Ponjong dua kasus, Panggang satu kasus, Patuk satu kasus, dan Gedangsari satu kasus.

Sementara berdasarkan jenis kelamin, laki-laki lebih banyak menjadi pihak yang bunuh diri dengan 16 orang.

Beberapa sebab bunuh diri, yaitu utang dan sakit menahun. Sebagai contoh, seorang pria berinisial S, 45, asal Tambakromo, Ponjong, bunuh diri pada Jumat (7/6/2024). S beberapa kali melakukan percobaan gantung diri. Menurut keterangan yang polisi dapat, S memiliki banyak utang.

Persoalan ekonomi juga menjadi latar belakang bunuh diri di Sampang, Gedangsari pada Senin (2/12/2024).

BACA JUGA: Kasus Bunuh Diri di Bantul 2024 Meningkat Hampir 3 Kali Lipat, Dinkes Kekurangan Psikolog Klinis

Anggota Komisi B DPRD Gunungkidul, Ery Agustin S mengatakan telah ada komunitas atau forum yang bergerak di bidang kesehatan jiwa di Gunungkidul. Hanya, komunitas ini macet, karena dukungan oleh Pemkab surut. “Soalnya Pemerintah Kabupaten juga dananya terbatas. Kami menyoroti itu. Sekarang kan fokus pembangunan pada infrastruktur fisik,” kata Ery.

Ery menambahkan kesehatan jiwa menjadi salah satu isu yang perlu ditanggapi serius. Pasalnya, jiwa yang terganggu, pada tingkatan tertentu masuk tahap depresi, akan membuat seseorang tidak produktif.

Meski ada keterbatasan anggaran, Ery mengaku pencegahan kasus bunuh diri atau penanganan depresi perlu dilakukan bersama-sama. Pemerintah tidak dapat melakukannya sendiri.

Masyarakat juga perlu terlibat. Kepedulian seseorang akan mencegah pikiran untuk bunuh diri. “Kami akan berupaya menggenjot itu [alokasi untuk program penanganan depresi]. Masyarakat itu kalau sedikti-sedikit galau kan mau cari pemasukan susah juga,” katanya.

Catatan Redaksi:

Berita ini tidak ditujukan untuk menginspirasi siapapun melakukan hal serupa. Bila Anda atau teman Anda menunjukkan adanya gejala depresi yang mengarah ke bunuh diri, silakan menghubungi psikolog atau layanan kejiwaan terdekat. Anda juga bisa menghubungi nomor hotline Halo Kemenkes melalui nomor hotline 1500-567, SMS 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat email [email protected].

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terkait

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Natal dan Tahun Baru Tetap Bekerja? Begini Aturan Uang Lembur bagi yang Bekerja Saat Libur

News
| Minggu, 15 Desember 2024, 18:37 WIB

Advertisement

alt

Waterboom Jogja Rayakan Ulang Tahun ke-9, Ada Wahana Baru dan Promo Menarik

Wisata
| Jum'at, 13 Desember 2024, 21:37 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement