Advertisement

Fusarium Bikin Harga Cabai di Sleman Melejit

Catur Dwi Janati
Kamis, 16 Januari 2025 - 18:17 WIB
Arief Junianto
Fusarium Bikin Harga Cabai di Sleman Melejit Tanaman cabai - Ilustrasi - Freepik

Advertisement

Harianjogja.com, SLEMAN—Harga cabai yang kini melejit hingga melebihi Harga Pembelian Pemerintah (HPP) Kementerian Pertanian membuat Pemkab Sleman menempuh sejumlah langkah untuk menstabilikan harga cabai. 

Kepala Bidang Hortikultura dan Perkebunan Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan (DP3) Sleman, Immawan Nur Syaifuddin Ahmad menjelaskan instabilitas harga komoditas cabai terjadi karena dipengaruhi oleh faktor cuaca. Cuaca ekstrem dan intensitas curah hujan yang tinggi menyebabkan tanaman mati atau mengalami penyakit layu (fusarium).

Advertisement

Kondisi tersebut, kata Immawan, hampir terjadi di semua daerah yang menjadi sentra cabai di Jawa. Meski begitu, Immawan menegaskan jika ketersediaan cabai di Kabupaten Sleman per harinya masih mencapai kurang lebih 1-2 ton. "Kondisi harga cabai saat ini tinggi di atas ketentuan HPP Kementan, wajar. Karena pasokan cabai di pasar berkurang banyak akibat dari pertanaman cabai di petani yang rusak atau mati karena hujan dengan intensitas tinggi selama Desember 2024 lalu," kata Immawan, Kamis (16/1/2025).

Di Sleman, tanaman cabai dapat dipanen sepanjang tahun. Akan tetapi cuaca ekstrem, hujan deras dan intensitasnya tinggi pada periode Desember 2024-Januari 2025 membuat banyak tanaman mati terkena busuk batang dan fusarium mencapai 70%.

Akibatnya, produksi atau panen menurun.  "Tetapi kecenderungan harga akan turun di bulan depan, sudah ada panenan di sentra cabai Jawa timur," ujarnya.

Komoditas cabai rawit yang dijual di pasaran dibedakan menjadi beberapa jenis, di antaranya cabai rawit ORI dan RM. Cabai rawit ORI adalah jenis cabai rawit yang berkulit tebal, lebih tahan lama, dan kurang pedas. Sedangkan cabai rawit RM (Gorga) cirinya berkulit tipis, tidak bisa bertahan lama, dan rasanya lebih pedas dibandingkan jenis ORI.

Tanam di Pekarangan

Berdasarkan data DP3 Sleman per 15 Januari 2025, harga lelang komoditas cabai rawit merah (RM cabai rawit) sebesar Rp62 ribu per kilo. Kemudian harga ORI cabai rawit mencapai Rp70 ribu per kilo dan ORI K cabai rawit sebesar Rp62 ribu per kilo. Selanjutnya, harga OER TAVI cabai rawit mencapai Rp63 ribu per kilo.

Sementara, harga ELX cabai merah keriting Rp48 ribu per kilo. "Kalau OER TAVI itu jenis cabai rawit tahan virus. Di pasaran ini masuk jenis ORI. Kalau ELX jenis cabai merah keriting yang tahan virus," terangnya. 

Menurut Immawan harga lelang cabai setiap harinya mengalami perubahan. Akan tetapi harga tersebut tidak berlangsung lama, sebab trennya disebut Immawan akan menurun.

Dari segi pemasaran, Perkumpulan Petani Holtikultura Puncak Merapi (PPHPM) memasarkan komoditas cabai ke pasar lokal sebesar 30% dan 70% diserap oleh pedagang lokal.

BACA JUGA: Harga Cabai Rawit Merah di DIY Diklaim Mulai Turun, Operasi Pasar Dinilai Tak Efektif

Pemerintah, kata Immawan, telah mengambil langkah strategis dalam menjaga stabilisasi harga dan ketersediaan cabai di Sleman.

Mitigasi yang dilakukan Pemkab Sleman di antaranya melaksanakan gerakan penanaman cabai di pekarangan. Aksi ini digalakkan pada 30 Oktober 2024 lalu dan proses pemanenan diperkirakan berlangsung pada awal Februari mendatang.

Selain itu, Pemkab Sleman juga mendorong Kelompok Wanita Tani (KWT) dan masyarakat, agar memanfaatkan pekarangan sebagai lahan menanam aneka sayuran, dan komoditas tertentu dengan harga pasaran yang mengalami kenaikan.

Untuk mendukung program tersebut, DP3 Sleman menyediakan sekaligus menyalurkan sejumlah bantuan, berupa bibit atau benih aneka sayuran termasuk benih cabai, polybag, dan pupuk organik. Bantuan itu dapat diakses oleh kelompok masyarakat melalui Bidang Ketahanan Pangan DP3 Kabupaten Sleman. "Kegiatan ini sudah berjalan beberapa tahun dan untuk saat ini beberapa KWT juga ada yang panen, seperti di KWT Mekar Lestari Kapanewon Gamping," kata dia. 

Sebelumnya Kepala Bidang Usaha Perdagangan Disperindag Sleman, Kurnia Astuti pada Minggu (5/1/2025) tak menampik hampir seluruh jenis cabai disebut Nia mengalami kenaikan harga. "Iya, karena cabai itu kan juga ada fungsi substitusi kan. Kalau cabai rawit naik, ya berarti banyak yang beralih ke cabe rawit hijau. Akhirnya kan semua terangkat harganya," ujarnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terkait

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Korban Hilang dari Kebakaran Glodok Plaza Jadi Sebelas Orang

News
| Kamis, 16 Januari 2025, 21:37 WIB

Advertisement

alt

Bali Masuk 20 Besar Destinasi Wisata Terbaik di Asia Tahun 2025

Wisata
| Selasa, 07 Januari 2025, 22:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement