Advertisement
Hanya ada 7 Siswa, Belajar Mengajar di SD Jatimulo Bantul Seperti Les Privat
Advertisement
Harianjogja.com, BANTUL–SD Negeri 1 Jatimulyo terletak di daerah perbatasan antara Bantul dengan Gunungkidul. Kedua daerah tersebut hanya dipisahkan Sungai Oyo. Jarak sekolah tersebut dengan Sungai Oyo hanya sekitar 500 meter.
Pegawai SD Negeri 1 Jatimulyo, Giyanto menuturkan setiap hari ada tujuh orang murid datang ke sekolah tersebut. Mereka adalah anak dari warga setempat. Ada satu orang murid kelas 2, satu orang murid kelas 3, dua orang murid kelas 4, dan tiga orang murid kelas 5 SD.
Advertisement
Setiap hari ketujuh pelajar tersebut belajar di kelas dengan ditemani dua orang guru kelas dan seorang guru agama. Masing-masing guru tersebut mengajar dua kelas. Satu orang guru mengajar kelas 2 dan 3, dan lainnya mengajar kelas 4 dan 5.
Pelajar dua jenjang kelas yang berbeda tersebut belajar dalam ruangan yang sama setiap hari. Guru yang ada harus serba bisa, mengajar dua jenjang materi dalam satu waktu.
“Untuk pelajarannya, karena sekarang muridnya sedikit, sistemnya seperti les privat,” paparnya, Jumat (17/1/2025).
Giyanto menyebutnya sebagai les privat. Guru dan pelajar disana mampu berinteraksi dengan akrab untuk bertukar dan saling mengisi pengetahuan masing-masing. Guru tersebut pun menjamah sejauh mana pengetahuan yang dituangkan mampu ditangkap akal tujuh pelajar tersebut.
Sementara Plt Kepala Sekolah SD Negeri 1 Jatimulyo, Yulli Dia Putri menilai jarak sekolah yang lebih dekat ke Gunungkidul membuat sekolah tersebut kekurangan pelajar. Beberapa anak yang tinggal di sekitar sekolah lebih memilih bersekolah di Gunungkidul.
“Dua tahun ini tidak ada yang mendaftar [sebagai pelajar baru],” ujarnya.
BACA JUGA: Soal Perkembangan Sekolah Rakyat, Ini Kata Mensos RI
Belum lagi, Yulli menilai keberadaan sekolah swasta yang ada di Gunungkidul yang memberi layanan antar jemput untuk pelajar membuat orang tua murid lebih terpikat sekolah tersebut ketimbang SD Negeri 1 Jatimulyo.
Selain itu, Yulli juga menyayangkan rencana penggabungan sekolah yang tidak kunjung mendapat kejelasan mempengaruhi minat orang tua mendaftarkan anaknya ke SD Negeri 1 Jatimulyo. Yulli menilai rencana tersebut membuat masyarakat khawatir keberlanjutan pendidikan anaknya ketika disekolahkan di sana. Alhasil hanya ada tujuh pelajar yang bersekolah disana saat ini.
Secara pribadi Yulli agaknya keberatan dengan rencana penggabungan sekolah tersebut. Dia masih menaruh harapan akan keberlanjutan sekolah tersebut. Yulli menyakini sekolah tersebut masih dibutuhkan masyarakat sekitar.
“Masyarakat yang rumahnya dekat di SD Negeri 1 Jatimulyo mungkin masih ingin menyekolahkan [di SD Negeri 1 Jatimulyo]. Buktinya, masih ada anak yang mau sekolah, meski jumlahnya hanya sedikit,” katanya.
Meski begitu, Yulli tidak menutup mata mengenai realita yang ada. Dia sadar betul bahwa apabila hanya ada tujuh pelajar yang sekolah disana, maka pengelolaan pendidikan akan cukup sulit dipenuhi.
“Kalau tidak ada siswa yang masuk, mau tidak mau di regrouping. Kalau tidak ada murid, ya apa yang mau diajar oleh guru, tetapi selama ada murid diharapkan terus berjalan,” ujarnya.
Sementara Kepala Bidang SD Disdikpora Bantul, Edy Sutrisno mengaku rencana penggabungan SD Negeri 1 Jatimulyo cukup sulit diputuskan. Letak geografis sekolah tersebut yang dinilai cukup jauh dari SD negeri terdekat masih menjadi pertimbangan tiada akhir.
“Itu [SD Negeri 1 Jatimulyo] kalau [digabungkan] dengan SD Negeri Semuten. Namun, jarak antara SD Negeri 1 Jatimulyo dengan SD Negeri Semuten jauh,” katanya, Jumat (10/1/2025).
Sejauh ini, ada dua sekolah yang menjadi pertimbangan untuk digabung dengan SD Negeri 1 Jatimulyo. Sekolah yang jaraknya paling dekat dengan SD Negeri 1 Jatimulyo, yaitu SD Negeri Semuten dan SD Negeri Banyuurip. Sayangnya, walaupun kedua sekolah tersebut berada satu kalurahan dengan SD Negeri 1 Jatimulyo, jarak kedua sekolah tersebut sekitar 2 kilometer dari SD Negeri 1 Jatimulyo.
Jarak yang dinilai masih cukup jauh tersebut membuat Edy khawatir. Dia khawatir apabila rencana penggabungan tersebut direalisasikan, pelajar akan kesulitan untuk menjangkau sekolah tersebut.
“Sebetulnya dasar regrouping [sekolah] untuk efisiensi. Secara geografis [SD Negeri 1 Jatimulyo] memang tidak memungkinkan untuk di regroup. Kalau kemungkinan betul di regroup, risiko [keberlangsungan proses belajar mengajar] anaknya,” ujarnya.
Edy mengaku penggabungan sekolah dilakukan untuk efisiensi pengelolaan pendidikan. Beberapa pertimbangan dalam melakukan penggabungan sekolah antara lain kekurangan siswa dan guru. Dengan jumlah siswa yang terbatas, Edy mengaku sekolah tersebut menjadi prioritas untuk digabungkan.
“Memang hanya sedikit [jumlah siswa], sehingga seperti buah simalakama, kalau sampai di regroup, mau kemana [siswa],” ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Peran Donald Trump di Kesepakatan Gencatan Senjata Hamas dan Israel di Gaza
Advertisement
Bali Masuk 20 Besar Destinasi Wisata Terbaik di Asia Tahun 2025
Advertisement
Berita Populer
- Tabrak Pohon Cemara Tumbang, Pengendara Sepeda Motor Meninggal di Timur Pantai Pelangi
- Marak Pencurian dengan Modus Pecah Kaca, Polres Bantul Imbau Pemilik Kendaraan Lebih Hati-Hati
- Bidik Performa Maksimal di Putaran Kedua, Penggawa PSS Digembleng Latihan Dua Kali Sehari
- Harga Tiket Jasa Transportasi Kerap Melejit Jelang Lebaran, Pustral UGM Usulkan Sejumlah Saran
- Buntut Keracunan di Sukoharjo, Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan : SOP Pelaksanaan MBG Diperketat
Advertisement
Advertisement