Advertisement

Ilmu Hisab Rukyat Sering Dianggap Sulit, Ikadi DIY Gelar Pelatihan untuk Pengelola Masjid

Sunartono
Senin, 10 Februari 2025 - 07:07 WIB
Sunartono
Ilmu Hisab Rukyat Sering Dianggap Sulit, Ikadi DIY Gelar Pelatihan untuk Pengelola Masjid Peserta menyimak pemaparan ilmu hisab dalam pelatihan yang digelar di Gedung DPRD DIY, Minggu. - Istimewa.

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Ilmu hisab dan rukyat selama ini masih dianggap sulit oleh masyarakat. Kondisi itu sering memicu perdebatan ketika terjadi perbedaan dalam menentukan memasuki bulan puasa Ramadan maupun Syawal. Merespons hal tersebut katan Dai Indonesia (Ikadi) DIY menggelar pelatihan hisab rukyat bagi pengelola Masjid di wilayah DIY, Minggu (9/2/2025).

Ketua Ikadi DIY Endri Nugraha Laksana mengatakan ilmu hisab dan rukyat sering dianggap susah dan tidak disukai oleh banyak kalangan termasuk mahasiswa. Padahal ilmu ini sangat penting karena menentukan untuk memasuki Ramadan, Syawal hingga Dzulhijjah atau ibadah haji. Alasannya ilmu hisab tersebut hitungannya susah, namun saat ini sudah ada teknologi yang mendukung ilmu tersebut.

Advertisement

BACA JUGA : Salat Idulfitri di Bantul Dilaksanakan di 900 Titik

"Ilmu ini masing sering dihindari, termasuk kalangan mahasiswa karena memang hitung-hitungan agak sulit," katanya di sela-sela pelatihan di DPRD DIY, Minggu.

Hisab merupakan ilmu astronomi yang dihitung secara matematika dan fisika untuk mengetahui awal bulan Hijriah, akan tetapi untuk ilmu rukyat tidak hanya dihitung saja namun juga harus dibuktikan dengan melihat bulan secara visual. Di sisi lain ilmu hitung atau hisabnya harus tepat sehingga sebelum melakukan rukyat sudah dapat menentukan perkiraan posisi bulan di jam tertentu dan posisi sudutnya.

"Ini kalau bukan orang yang berilmu tentu sulit melakukan. Tak hanya berilmu namun juga harus jujur, dia benar-benar lihat bulan enggak? jangn-jangan tidak lihat, makanya di Indonesia ada banyak titik rukyat, misal di Jogja tidak terlihat namun di Pasuruan, Jakarta kelihatan. Tetapi sebelum rukyat harus memehami hisabnya jadi sebelum melihat bulan sudah tahun jam berapa, sudutnya berapa, karena kalau meneropong seharian tidak memungkinkan," ujarnya.

Pelatihan ini diikuti sebanyak 60 orang dari kalangan perwakilan Masjid di DIY. Ia berharap ilmu tersebut bisa diteruskan ke jemaah sehingga bisa saling memahami. Sehingga masyarakat bisa memahami ketika terjadi perbedaan pendapat memasuki puasa Ramadan maupun Syawal.

"Karena dalam Islam perbedaan itu tidak mungkin hilang, tetapi bagaimana kita bisa saling menghormati. Sehingga masyarakat harus dipahamkan, bahwa yang satu pakai metode hisab dan satunya pakai metode rukyat," katanya.

Seusai pelatihan pemahaman ilmu hisab tersebut, para peserta selanjutnya akan diajak melakukan praktik secara langsung dalam menggunakan metode rukyat. "Untuk pelaksanaan rukyat nanti menunggu ketika sudah memasuki Ramadan sehingga bulan sudah tampak," katanya.

BACA JUGA : Arab Saudi Awali Puasa Ramadan pada 11 Maret, Maroko 12 Maret 2024

Pelatihan Hisab Rukyat ini dibuka oleh Sa’ban Nuroni, Kepala Bidang Urusan Agama Islam (URAIS) Kemenag DIY dan diisi oleh narasumber yang ahli di bidang hisab rukyat. Di antaranya Endri Nugraha Laksana, memberikan materi pelatihan seputar Fikih Hisab Rukyat serta Rinto Anugraha selaku pakar astronomi Universitas Gadjah Mada.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Anggaran BMKG Dipangkas, Begini Nasib Program Mitigasi Bencana

News
| Senin, 10 Februari 2025, 20:37 WIB

Advertisement

alt

Liburan ke Garut, Ini Lima Tempat Wisata Alam Tersembunyi yang Layak Dinikmati

Wisata
| Senin, 27 Januari 2025, 21:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement