Advertisement
Ratusan Narapidana Lapas Kelas II A Jogja Ikut Manasik Haji, Ada yang Ingin Umrah Saat Bebas Nanti

Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Ratusan warga binaan atau narapidana (napi) Lapas Kelas II A Yogyakarta Wirogunan mengikuti Manasik Haji. Kegiatan ini menjadi salah satu bagian dari pembinaan keagamaan para napi.
Suasana berbeda tampak terlihat di Al Fajar, masjid di dalam kompleks Lapas Wirogunan, Selasa (3/6/2025) pagi. Puluhan warga binaan mengenakan busana ihram serba putih, busana yang wajib dikenakan oleh jemaah haji. Penampilan itu sangat kontras dengan kulit tubuh beberapa napi yang dipenuhi tato, bahkan ada yang sampai area muka.
Advertisement
Sementara ratusan napi lainnya juga berada di dalam masjid tersebut walau tidak mengenakan ihram, turut mengikuti pengarahan manasik haji yang sedang disampaikan oleh seorang ustaz. Pengarahan di dalam masjid ini mengawali rangkaian manasik haji yang menjadi simbol wukuf di Padang Arafah pada tanggal 9 Dzulhijjah.
Rangkaian selanjutnya, para peserta keluar masjid singgah atau mabit di Muzdalifah atau halaman masjid, untuk persiapan perjalanan ke Mina. Di situ para peserta mengambil biji jagung yang merupakan pengganti kerikil untuk nanti dilempar saat prosesi lempar jamrah.
Lempar jamrah dilakukan saat Matahari terbit di hari Iduladha. Dalam manasik haji ini, lempar jamrah dilangsungkan di lapangan tenis Lapas Wirogunan. Dipandu ustaz, para napi dengan antusias melempar biji jagung dari genggamannya ke sasarannya.
Selanjutnya para peserta melaksanakan Tawaf Ifadah yang merupakan salah satu rukun haji yang wajib dilakukan oleh setiap jemaah. Tawaf Ifadhah dilaksanakan dengan cara mengelilingi replika Ka’bah di tengah lapangan tersebut sebanyak tujuh kali.
Selesai tawaf, para peserta Lapas Wirogunan melakukan Sai, yakni berlari-lari kecil tujuh kali bolak-balik antara bukit Shafa dan Marwah yang terletak di dalam Masjidil Haram, Mekkah. Terakhir para peserta kembali ke dalam masjid.
Salah satu warga binaan peserta manasik haji, berinisial EA, menyampaikan dirinya bersyukur bisa mengikuti manasik haji ini. “Ini adalah pengalaman pertama seumur hidup saya, yang sampai menitikkan air mata. Saya bersyukur kepada Allah SWT atas rezeki-Nya yang luar biasa,” ujarnya.
Manasik haji walau hanya simulasi, menurutnya memberikan pengalaman nyata seperti ibadah haji sesungguhnya. “Sungguh, kegiatan ini menggetarkan hati saya, hingga saya bisa membayangkan seolah-olah berada langsung di Makkah Al-Mukarramah,” ungkapnya.
Warga binaan yang sudah hampir setahun berada di Lapas Wirogunan ini bulan depan akan bebas. Selama di lapas, ia mengaku mendapat banyak pelajaran berharga. “Dua ilmu utama yang saya pelajari selama di sini, ilmu yang mungkin tidak saya dapatkan di sekolah manapun, ilmu sabar dan syukur,” kata dia.
Setelah bebas dari lapas pun ia memiliki rencana untuk menunaikan ibadah umrah bersama keluarganya. “Saya bertekad, dengan daya dan upaya, serta pertolongan Allah, saya akan menanamkan dalam hati bahwa saya bisa umrah,” ujarnya.
Program Pembinaan
Kepala Lapas Wirogunan, Marjiyanto, menuturkan manasik haji ini merupakan bagian dari program pembinaan kepribadian di Lapas Kelas IIA Yogyakarta. “Pembinaan kepribadian ini lebih menekankan pada penguatan sikap, perilaku, dan keimanan warga binaan, khususnya yang beragama Islam,” katanya.
Manasik haji kali ini merupakan kedua kalinya dilaksanakan di Lapas Wirogunan dengan peserta WBP yang beragama Islam. “Warga binaan sangat antusias. Hari ini, ada perwakilan sebanyak 50 orang warga binaan yang mengenakan pakaian ihram. Sisanya tetap mengikuti kegiatan, meskipun tidak memakai pakaian ihram karena keterbatasan jumlahnya,” ujarnya.
Di antara napi yang ikut manasik haji, terdapat beberapa napi dengan hukuman mati dan hukuman seumur hidup. “Untuk narapidana dengan hukuman mati ada tiga orang, dan yang menjalani hukuman seumur hidup ada enam orang,” ungkapnya.
Hal ini menunjukkan semangat dan harapan dari para napi yang divonis hukuman mati dan hukumanm seumur hidup. “Dengan adanya KUHP baru, dimungkinkan adanya perubahan hukuman, misalnya pidana mati bisa berubah menjadi seumur hidup, atau dari seumur hidup menjadi 20 tahun,” kata dia.
Selain manasik haji, pada Iduladha nanti Lapas Wirogunan juga akan menyelenggarakan Salat Id di lapangan Lapas Wirogunan. Dalam perayaan hari raya kurban tersebut, Lapas Wirogunan akan menyembelih dua ekor sapi yang merupakan bantuan dari warga binaan dan dari masyarakat luar. “Dagingnya akan dimasak dan dibagikan ke seluruh warga binaan,” ungkapnya.
Kepala Sub Seksi Bimbingan Kemasyarakatan dan Perawatan Lapas Wirogunan, Arvian Dwi Nugroho, menuturkan total ada 213 warga binaan yang mengikuti manasik haji kali ini. “Tujuannya agar warga binaan mempunyai pengalaman. Ketika mereka bebas dan mau naik haji, mereka sudah punya gambaran. Paling tidak sudah ada keinginan untuk menunaikan haji,” katanya.
Selain manasik haji, dalam pembinaan keagamaan, Lapas Wirogunan juga memiliki sejumlah program, diantaranya pelatihan membaca Iqra’ dan Al-Qur’an, tahfiz atau hafalan Al-Qur’an, pelatihan hadrah, khutbah dan tausiyah.
“Mulai tahun lalu, kami juga membuka pelajaran kitab kuning yang dibimbing oleh ustaz dari luar. Namun, karena keterbatasan waktu dan kompleksitas kitab kuning, hanya warga binaan yang memiliki niat kuat dan ketekunan tinggi yang bisa mendalami materi ini,” ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

9 Desa di Jateng Jadi Proyek Percontohan Penanggulangan Kemiskinan, Ini Daftarnya
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Lawson Sajikan Kopi Pilihan yang Digemari Kaum Muda
- Diprediksi Sedot 450.000 Wisatawan pada Libur Sekolah, Dispar Sleman Proyeksikan Perputaran Uang Sentuh Rp1,2 Triliun
- Disdikpora Bantul Buka Posko Aduan SPMB 2025, Libatkan Dinsos dan Dukcapil
- Disperindag DIY Resmikan KINANTI, Inovasi Layanan Publik yang Merangkul Pelaku IKM
- Periksa Kehamilan hingga Operasi Gratis dengan BPJS
Advertisement
Advertisement