Advertisement
Kisah Sri Suwarni: Merajut Usaha Melalui Sepatu dan Tas

Advertisement
Harianjogja.com, KULONPROGO—Usianya tidak lagi muda lantaran sudah menginjak kepala lima tetapi matanya masih awas dalam merajut. Tidak sekadar merajut untuk menyalurkan hobi semata. Rajutannya menjadi usaha sehari-hari sebagai penopang perekonomian keluarganya agar dapur dapat tetap ngebul. Itulah yang menjadi kesibukan Sri Suwarni sehari-hari, selain juga tetap berperan sebagai ibu yang mengurus anak dan rumah tangga.
Sudut ruang tamu rumahnya di Kalurahan Depok, Panjatan, Kulonprogo menjadi tempat ternyamannya dalam merajut. Berbagai inspirasi desain tas dan sepatu rajut lahir dari tangan dinginnya. Tepat di bawah jendela yang menyorot sinar matahari kala siang hari, perempuan asal Boyolali, Jawa Tengah ini duduk berselonjor. Jari-jari di kedua tangannya sangat cekatan dalam menyambung rajutan untuk dijadikan sebagai sepatu.
Advertisement
BACA JUGA: Prabowo Akan Kurangi Anggaran TNI Polri Demi Naikkan Gaji Hakim
"Sudah sejak sekitar 2018 usaha rajut ini saya geluti dan menjadi pasokan ekonomi keluarga juga," katanya kepada Harian Jogja saat ditemui di rumahnya, Rabu (11/6/2025).
Sri mengaku, merajut memang menjadi kesenangannya jauh sebelum menggeluti usaha ini. Baginya merajut dapat menjadi penghilang stres dalam melakoni kesibukannya sehari-hari. Sebagai seorang perempuan, ada kecintaan dan minat tersendiri dalam dunia fashion. Itulah yang akhirnya membawa rajutan yang dihasilkannya dalam wujud tas dan sepatu.
Perempuan berusia 52 tahun itu mengungkapkan, merajut ini menjadi pekerjaan yang kesekian selama hidupnya. Dia pernah bekerja sebagai karyawan di perusahaan, mendirikan CV yang bergerak di bidang konstruksi, hingga menjadi reseller pun pernah dilakoninya.
"Saya sebagai perempuan dari awal lulus sekolah tidak ingin membebani siapapun sampai sekarang rasa itu selalu tertanam selagi masih bisa dan mampu harus mandiri," tegas perempuan lulusan jurusan Manajemen Universitas Muhammadiyah Malang ini.
Sri mengatakan, apapun itu yang bisa dilakukannya akan dikerjakan dan memanfaatkan keahliannya selalu. Dia tidak pernah gengsi dengan gelar sarjana yang disandangnya. Tidak menjadikannya pilih-pilih dalam pekerjaan.
Ibu dua anak ini menceritakan, mengawali usaha rajut ini secara tidak sengaja. Sri awalnya tidak sengaja beli tas rajut. Lantaran bisa merajut akhirnya dia mencoba membuatnya sendiri. Tidak sengaja hasil buatannya itu diunggah ke media sosial malah ada yang menawar untuk membelinya.
Modal awalnya pun ala kadarnya lantaran memang rencananya dibuat untuk dipakai sendiri. "Waktu itu tidak sampai Rp100 ribu sepertinya modal pertama buat malah ada yang beli usai saya posting di facebook," ungkapnya.
Ketidaksengajaan itulah yang mengantarkannya menjadi perajin rajut seperti sekarang. Pekerjaan sebelumnya sebagai reseller ditinggalkannya. Kini fokus menjadi perajin rajut sepatu dan tas yang kesibukannya sudah cukup menyita waktunya sehari-hari.
Dari modal awal yang alakadarnya itu dapat menjadikan ladang pekerjaan baru baginya sehingga dilanjuti sampai sekarang. Tentunya, seiring berjalannya waktu, usaha rajut yang dijalaninya mulai membuahkan hasil. "Sekarang sudah bisa beli mesin jahit untuk menunjang merajut dan etalase untuk tempat menyimpan hasil karya rajutan saya. Itu semua hasil dari usaha saya kumpulkan setiap keuntungan yang dihasilkan," bebernya.
Dia mengakui, meski pun belum seberapa hasil dari merajutnya namun sangat disyukurinya. Sebab karena dari modal yang tidak seberapa kini dapat menjadi penopang perekonomian keluarganya. Omzetnya sekarang baru mencapai sekitar Rp4 jutaan saja dalam sebulan.
Di antara sepatu dan tas yang paling diminati konsumennya ialah sepatu karena memang sangat jarang ditemui. Untuk harga sepatu mulai dari Rp250 ribu sampai Rp600 ribu sedangkan untuk tas rajut yang dijualnya mulai Rp50 ribu sampai Rp400 ribu.
"Konsumen saya paling jauh ke Kalimantan pernah, sama beberapa kota besar di Pulau Jawa seperti Jakarta, Bandung, dan Surabaya sama tentunya DIY," ujarnya.
Jadi Narasumber
Kini selain tas dan sepatu rajut, Sri juga membuat souvenir rajut berupa gelang, gantungan kunci, sama hiasan bunga. Harganya mulai dari Rp10 ribu sampai Rp50 ribu.
Kegiatan merajutnya tidak hanya mengantarkannya pada pembeli yang membayar karyanya. Dirinya sering menjadi narasumber pelatihan merajut yang diadakan instansi pemerintah ataupun kelompok masyarakat. Tidak hanya di lingkungan Kulonprogo saja melainkan pernah sampai di Kota Jogja.
Sri masih memiliki satu anak yang bersekolah sehingga harus tetap ada pemasukan ekonomi untuk keluarganya. Khusus untuk sepatu rajut dia hanya menggunakan benang polyester. Sedangkan untuk tas benangnya bisa beraneka macam tidak hanya polyester saja. "Polyester aman di kulit jadi bagus untuk sepatu sedangkan untuk tas rajut pakai benang katun makrame dan nilon juga bisa," tuturnya.
Menurutnya, dalam pemasarannya hanya melalui Medsos saja dan WhatsApp yang sistemnya pun masih pre order belum berani menyetok. Dia menyadari, kini masih sangat terbatas dalam pemasaran produknya. Seharusnya pemasaran produknya melebarkan sayapnya ke marketplace seperti Shopee.
"Saya buat merajut saja masih kewalahan kadang dibantu buruh rajut juga jadi tidak kepegang admin marketplace. Ke depan akan saya kembangkan lagi agar produk makin dikenal luas," jelasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

KBRI Teheran Minta WNI Tingkatkan Kewaspadaan setelah Israel Serang Iran
Advertisement

Destinasi Wisata Puncak Sosok Bantul Kini Dilengkapi Balkon KAI
Advertisement
Berita Populer
- Bupati Harda Minta Manajemen Upayakan PSS Sleman Hanya Semusim di Liga 2, Segera Balik ke Liga 1
- Bawaslu Bantul Jalin Kerja Sama dengan Fisipol UMY untuk Magang Mahasiswa hingga Penelitian
- Ini 11 Kalurahan di Kulonprogo Rawan Terdampak Tsunami Megathrust, BPBD Siapkan Titik Evakuasi
- Kepesertaan JKN DIY Capai 99,18 Persen, Lampaui Target RPJMN
- DPAD DIY Gelar Bimtek Literasi, Dorong Pustakawan dan Guru Jadi Agen Perubahan Sosial
Advertisement
Advertisement