Advertisement
Puluhan Kasus Leptospirosis Ditemukan di Sleman, 8 Orang Meninggal Dunia

Advertisement
Harianjogja.com, SLEMAN—Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Sleman menyampaikan ada 46 kasus positif leptospirosis dengan delapan orang meninggal dunia sejak awal tahun hingga Juni 2025. Leptospirosis disebabkan bakteri leptospira yang disebarkan melalui hewan tikus.
Atas kejadian ini, Dinkes meminta agar masyarakat menjaga lingkungan agar tetap bersih hingga membasmi tikus di sekitar.
Advertisement
Kepala Dinkes Sleman, Cahya Purnama, mengatakan ada tiga kapanewon/ kecamatan yang menjadi lokus persebaran kasus leptospirosis. Tiga kapanewon tersebut adalah Ngemplak, Prambanan, dan Moyudan.
Kata Cahya, apabila seseorang mengidap penyakit leptospirosis maka perlu pengobatan melalui pemberian antibiotik dan terapi cairan. Gejala yang timbul pasca terjangkit juga perlu diobati secara cepat dan tepat.
Kepala Bidang Penanggulangan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinkes Sleman, Khamidah Yuliati, juga mengatakan perlu terapi dengan antibiotik dan obat-obatan lain untuk membunuh bakteri leptospira.
BACA JUGA: Siswa Bakal Tetap Dapat MBG Selama Libur Sekolah, BGN Menyusun Petunjuk Teknis
“Kalau penyakti leptospirosis dapat diketahui sejak dini, biasanya dapat diatasi dengan baik karena biasanya belum ada komplikasi multi organ. Bisa disembuhkan,” kata Yuliati dihubungi, Minggu (22/6/2025).
Yuliati menegaskan apabila terjadi komplikasi multi organ penanganan menjadi lebih berat. Organ yang paling berpotensi rusak adalah ginjal yang mengarah pada gagal ginjal. Pasien gagal ginjal perlu melakukan cuci darah secara rutin.
Kata dia, gangguan mult organ tingkat lanjut dapat berujung kematian. Adapun Dinkes Sleman juga telah mengeluarkan surat edaran (SE) ihwal penyebaran penyakit leptospirosis. SE Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman tentang Kewaspadaan terhadap Leptospirosis dan Demam Berdarah Dengue No. 443/1119 tanggal 5 februari 2025 disebarkan ke setiap puskesmas dan rumah sakit, serta perangkat daerah terkait seperti Dinas Pertanian.
“Kami ada juga pertemuan lintas sektor dalam wadah Tim Koordinasi Daerah zoonosis dan penyakit infeksi baru atau emerging disease. Disiapkan juga SE Bupati untuk kewaspadaan dini masyarakat dalam mengantisipasi peningkatan kejadian Leptospirosis ini,” katanya.
Menurut Yuliati, kolaborasi lintas perangkat daerah, utamanya Dinas Pertanian akan sangat membantuk dalam memutus vektor pembawa penyakit, yaitu tikus yang biasanya banyak ditemukan di area persawahan.
“Makanya kebanyakan korban itu petani. Kolaborasi menjadi sangat penting untuk mengedukasi dan sosialisasi tentang penyakit zoonosis,” ucapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

KPK Nilai RUU KUHP Berpotensi Mengurangi Fungsi Pemberantasan korupsi
Advertisement

Taman Kyai Langgeng Magelang Kini Sediakan Wisata Jeep untuk Berpetualang
Advertisement
Berita Populer
- Tarif Impor ke AS Tak Jadi 32 Persen, Pelaku Ekspor Bantul Bernapas Lega
- Bupati Kulonprogo Salurkan Bantuan Bagi Warga Miskin di Kalurahan Wates
- Pemkab dan DPRD Sleman Bakal Hidupkan Kembali Aktivitas Perdagangan di Pasar Godean
- 1.000 KK Peserta PKH di DIY Graduasi, Mensos: Penghasilan di Atas UMR, Tak Lagi Menerima Bansos
- Batas Waktu Berakhir, Satpol PP Gunungkidul Minta Bangunan Liar di Pantai Drini Segera Dibongkar
Advertisement
Advertisement