Advertisement

Rahasia Gerabah Kasongan Bertahan di Tengah Ketatnya Persaingan

Yosef Leon
Sabtu, 09 Agustus 2025 - 17:17 WIB
Sunartono
Rahasia Gerabah Kasongan Bertahan di Tengah Ketatnya Persaingan Marsinem, salah seorang perajin gerabah saat ditemui di rumahnya kawasan sentra gerabah Kasongan Bangunjiwo, Kasihan, Sabtu (9/8 - 2025). Harian Jogja/Yosef Leon.

Advertisement

Harianjogja.com, BANTUL—Wilayah Kasongan Bantul telah lama dikenal sebagai sentra perajin gerabah. Ribuan pekerja menggantungkan hidup dari aktivitas dan penjualan kerajinan yang telah menembus pasar luar negeri ini. 

Salah satunya Marsinem, perajin gerabah yang sudah menekuni profesi ini sejak usia 10 tahun. Di kediamannya, sebagian sisi samping rumah dibuat menjadi tempat pembuatan produk mulai dari guci, pot bunga dan botol hias yang dipesan pembeli luar negeri.

Advertisement

“Kalau sekarang permintaan lebih banyak yang model modern, seperti vas, pot dekorasi, sampai botol-botol khusus untuk pesanan luar negeri. Kalau dulu kan cuma cobek, kuali, atau alat masak tradisional," katanya, Sabtu (9/8/2025). 

BACA JUGA: Viral Naikkan PBB 250 Persen, Ini Jumlah Harta Kekayaan Bupati Pati

Produksi gerabah di tempatnya tidak dibuat massal. Semua berdasarkan pesanan sehingga stok tidak menumpuk. Dalam sepekan, ia bersama suami dan saudaranya bisa menyelesaikan sebanyak 1.700 produk sesuai target pesanan. Proses pembuatannya tetap mempertahankan standar kualitas, mulai dari pengolahan tanah hingga pembakaran.

Hal itu menjadi kunci gerabah Kasongan tetap bertahan di tengah ketatnya persaingan pasar. “Kalau barangnya ada retak, kami enggak akan jual. Lebih baik dibuang daripada mengecewakan pembeli,” ujarnya.

Marsinem menjelaskan, bahan baku tanah diambil dari tanah merah yang dicampur pasir sungai agar hasilnya lebih kuat. Pengolahannya kini terbantu dengan mesin giling, meski sebagian proses masih dilakukan secara tradisional, terutama untuk produk tertentu.

Setelah dicetak dan dihaluskan, gerabah dikeringkan sempurna sebelum dibakar di tungku hingga berwarna putih pucat tanda siap dipasarkan. "Kalau tanahnya ambil dari Imogiri, Rp100.000 setengah bak mobil kecil," ucapnya. 

Adapun untuk pasar lokal, ia lebih banyak memproduksi pot berbagai ukuran. Sementara pesanan botol hias dan bentuk-bentuk unik mayoritas datang dari pembeli luar negeri. Meski begitu, ia mengakui persaingan harga di Kasongan ketat, sehingga perajin sulit mematok harga tinggi. “Yang penting kualitas tetap terjaga,” ujarnya.

Bupati Bantul Abdul Halim Muslih mengatakan, Kasongan adalah salah satu sentra industri kreatif andalan di wilayah ini. Terdapat sekitar 250 perajin gerabah, masing-masing mempekerjakan minimal 10 orang hingga ratusan pekerja. Jumlah tenaga kerja yang terserap di sektor ini diperkirakan mencapai ribuan orang. “Gerabah Kasongan terkenal tidak hanya di DIY, tapi juga nasional bahkan internasional,” kata Halim.

BACA JUGA: Komunitas Butterflies of Yogyakarta, Mengabadikan Kupu-Kupu Sebelum Punah

Ia menambahkan, Pemkab Bantul terus mendorong penguatan industri kreatif, termasuk batik, kerajinan kayu, dan kuliner, agar mampu bersaing di pasar global.

Menurutnya, keberadaan sentra gerabah seperti Kasongan bukan sekadar ikon wisata, tetapi juga penopang ekonomi ribuan warga. “Kami ingin tercipta ekosistem ekonomi kreatif yang mapan,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

Mandatory Anggaran Pendidikan 20 Persen di APBN Harus Dikawal

Mandatory Anggaran Pendidikan 20 Persen di APBN Harus Dikawal

News
| Sabtu, 09 Agustus 2025, 22:37 WIB

Advertisement

Satu Lagi Kuliner Legendaris di Jogja, Ayam Goreng Tojoyo Buka di Malioboro

Satu Lagi Kuliner Legendaris di Jogja, Ayam Goreng Tojoyo Buka di Malioboro

Wisata
| Jum'at, 08 Agustus 2025, 22:37 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement