Advertisement

GM Sleman City Hall Sebut Rombongan Rojali dan Rohana Sebagai Berkah

Andreas Yuda Pramono
Minggu, 24 Agustus 2025 - 19:17 WIB
Jumali
GM Sleman City Hall Sebut Rombongan Rojali dan Rohana Sebagai Berkah Ilustrasi. - ANTARA FOTO/Feny Selly

Advertisement

Harianjogja.com, SLEMAN—Daya beli masyarakat yang turun belakangan ini memunculkan fenomena rombongan jarang beli (rojali) dan rombongan hanya tanya (rohana) di pusat perbelanjaan, seperti Sleman City Hall (SCH). General Manager SCH, Sebastianus Jony, justru menganggap rojali dan rohana sebagai berkah bagi SCH.

Jony menjelaskan rojali dan rohana dapat dijadikan strategi marketing untuk menarik pengunjung datang. Keramaian menjadi magnet untuk masyarakat. Pengunjung yang datang memang tidak harus selalu berbelanja.

Advertisement

BACA JUGA: Klasemen Akhir Pekan Ketiga Super League 2025/2026

“Sleman City Hall kami fungsikan sebagai ruang publik juga yang inklusif. Siapapun boleh masuk ke mall. Mau ngadem juga kami persilakan, boleh dengan senang hati,” kata Jony ditemui di SCH, Jumat (22/8/2025).

Kendati demikian, Jony mengaku SCH masih menghadapi kendala terkait jumlah kunjungan. Daya beli masyarakat memang rendah, tapi animo masyarakat untuk berkunjung mulai meningkat. Menurut catatannya, rata-rata pengunjung SCH ketika weekday dalam satu hari bisa mencapai sekitar 14.000 – 15.000 orang. Angka kunjungan akan naik ketika weekend, sekitar 20.000 dengan mengasumsikan situasi kondisi normal, tidak seperti ketika Pandemi Covid-19.

Ketika coronavirus disease merebak menjadi pandemi dan Pemerintah Pusat memberlakukan pembatasan, angka kunjungan di SCH jatuh di bawah 5.000 orang per hari. SCH juga tertatih untuk mengembalikan angka kunjungan sebagaimana sebelum ada Pandemi.

Ketua Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) DPD DIY, Surya Ananta, mengatakan aktivitas berjalan-jalan mengisi waktu luang atau leisure tidak mengalami penurunan belakangan ini. Angka kunjungan mall dan kafe tetap tinggi.

“Kalaupun ada sedikit adjustment [penyesuaian pencocokan] juga tidak menyeluruh. Itu adalah value for money. Orang lebih bijak membelanjakan uangnya. Sekarang kalau benar-benar butuh baru belanja,” kata Surya.

Menurut Surya tidak ada pengurangan biaya belanja masyarakat. Sekali lagi, masyarakat saat ini fokus pada value for money.

Ihwal fenomena rojali dan rohana, pengunjung di mall sejak dulu memang datang tidak selalu berbelanja. Ada yang memang nongkrong bareng. Mungkin saja pengunjung hanya membeli makan dan minum tanpa menenteng barang belanjaan pulang.

“Mau ngadem di mall ya tidak apa-apa. Tenant tinggal buat hal-hal yang sifatnya gimmick dan bisa menewarkan benefit. Ini yang perlu dipacu. Niat awal tidak mau belanja berubah jadi belanja,” katanya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

Orang Tua Penderita Campak di Sumenep Terima Santunan Kematian

Orang Tua Penderita Campak di Sumenep Terima Santunan Kematian

News
| Minggu, 24 Agustus 2025, 20:27 WIB

Advertisement

Kebun Bunga Lor JEC Jadi Destinasi Wisata Baru di Banguntapan Bantul

Kebun Bunga Lor JEC Jadi Destinasi Wisata Baru di Banguntapan Bantul

Wisata
| Rabu, 20 Agustus 2025, 07:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement