Advertisement

Pengamat UGM Sebut Kondisi Sungai di DIY Lebih Baik Dibanding 10 Tahun Lalu

Ariq Fajar Hidayat
Minggu, 21 September 2025 - 06:07 WIB
Abdul Hamied Razak
Pengamat UGM Sebut Kondisi Sungai di DIY Lebih Baik Dibanding 10 Tahun Lalu Aliran Sungai Code di Kemantren Jetis, Kota Jogja yang berada di tengah/tengah pemukiman warga. Foto diambil beberapa waktu lalu. / Harian Jogja / Ariq Fajar Hidayat

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA— Kondisi sungai di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), terutama Sungai Code, Winongo, dan Gajah Wong, dinilai mengalami perbaikan dibanding satu dekade lalu. Namun, persoalan sampah kiriman dari wilayah hulu dan drainase masih menjadi pekerjaan rumah besar.

Pemerhati sungai dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Agus Maryono, mengungkapkan saat dirinya meneliti sekitar tahun 2010, titik-titik kumpul sampah di sepanjang sungai sangat banyak. Kini, kondisi tersebut dinilainya sudah jauh berkurang.

Advertisement

“Dulu itu saya meneliti Sungai Gajah Wong, Winongo, Code kotor banget, ada titik-titik sampah di sepanjang sungai. Tapi sekarang titik kumpul sampah itu sudah tidak ada. Berarti ada peningkatan yang bagus,” ujar Agus saat dihubungi, Sabtu (20/9/2025).

BACA JUGA: Manchester United Tekuk Chelsea di Old Trafford, Skor 2-1

Agus menyebut momentum perbaikan kondisi sungai di DIY dipicu Gerakan Restorasi Sungai pada 2014. Meski demikian, belum berarti kondisi sungai di DIY bisa dibilang sempurna. Pembuangan sampah liar dan sampah kiriman masih menjadi masalah hingga kini.

“Sekarang tinggal satu, dua, tiga orang yang membuang sampah langsung ke sungai. Yang cukup mengganggu justru sampah kiriman dari daerah hulu, melalui saluran drainase. Itu tugas berikutnya yang harus diselesaikan,” paparnya.

Gagasan Sultan

Sebelumnya, Sri Sultan sempat mengusulkan agar rumah-rumah di bantaran sungai dihadapkan ke sungai. Menurutnya, jika ruang tamu menghadap sungai maka warga akan merasa malu membuang sampah sembarangan.

Mengenai usulan Sultan tersebut, Agus menilai bisa dilakukan asalkan tetap memperhatikan aturan sempadan. Menurutnya, sempadan sungai yang ditetapkan sebagai ruang hijau sangat penting untuk menjaga fungsi ekologis, ekonomi, sekaligus sosial.

“Kalau bisa rumah menghadap sungai, tapi jangan melanggar sempadannya. Daerah hijau di sempadan itu penting untuk ekologi, ekonomi, bahkan jika nanti dijadikan wisata sungai,” jelasnya.

“Tapi seperti kondisi sekarang ini sungai sudah terlanjur ya, sungai cuma tinggal punya lebar sempadan yang sedikit. Sehingga menghadap sungai bisa tapi di luar sempadannya,” tandasnya.

Objek Wisata

Dirinya menambahkan, jika kebersihan sungai berhasil dijaga, hal itu bisa lebih dimanfaatkan untuk kegiatan wisata. Agus mencontohkan keberhasilan Sungai Gajah Wong yang disulap menjadi destinasi wisata Bendhung Lepen di Umbulharjo, Kota Jogja.

Inisiatif komunitas lokal, lanjut Agus, bisa memperbanyak lahirnya wisata sungai di tengah kota yang berdampak langsung pada kebersihan sungai. “Kita sudah lihat contohnya. Kalau itu diperbanyak, otomatis sungainya akan bersih, ikannya juga banyak. Jogja akan punya wisata sungai keren,” tambahnya.

Selain itu, ia juga mengapresiasi wisata sungai di Desa Selopamioro, Imogiri, Bantul yang memanfaatkan aliran Sungai Oya. Menurutnya, desa ini bisa menjadi percontohan karena juga mengombinasikan sektor pertanian.

“Selopamioro itu keren juga. Memanfaatkan wisata sungai dengan kombinasi pertanian dan sebagainya,” jelasnya.

Agus menekankan pentingnya kolaborasi lintas pihak untuk menjaga keberlanjutan sungai, mulai dari komunitas sungai, perguruan tinggi, dunia usaha, hingga pemerintah daerah.

“Kalau semua bergerak bersama, hasilnya akan luar biasa. Kegiatan bersih-bersih sungai jangan berhenti di acara seremonial, tapi menjadi rutinitas masyarakat,” tandasnya.

Trash Barrier

Sementara itu, Kepala Bidang Perencanaan dan Pengendalian Lingkungan Hidup, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Jogja, Very Tri Jatmiko tak menampik sungai di wilayahnya memerlukan penanganan khusus mengatasi permasalahan sampah. Ia menyebut salah satu titik yang dinilai sangat membutuhkan perhatian adalah hulu Sungai Winongo.

Sampah di titik tersebut dinilai tinggi terutama ketika memasuki musim hujan. Jenis sampahnya pun bervariasi mulai dari sampah rumah tangga hingga limbah skala besar.

Mengatasi hal tersebut, pihaknya mengupayakan dengan pemasangan trash barrier atau jaring sampah. Trash barrier disebut mampu mengefisiensikan pembersihan sampah sungai.

Saat ini telah terdapat sembilan trash barrier yang terpasang di beberapa titik sungai. Rencana ke depan, jumlah trash barrier masih akan ditambah di bagian tengah dan hulu.

“Adanya trash barrier membuat sampah lebih terkumpul di satu titik, jadi bisa dibersihkan lebih cepat dan efektif,” ucapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terkait

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Pilihan

Advertisement

BMKG Catat Rentetan Gempa 2,3 hingga 4 Magnitudo di Sukabumi dan Bogor

BMKG Catat Rentetan Gempa 2,3 hingga 4 Magnitudo di Sukabumi dan Bogor

News
| Minggu, 21 September 2025, 09:07 WIB

Advertisement

Wisata ke Hanoi Vietnam Paduan Sejarah dan Budaya, Ini Rekomendasinya

Wisata ke Hanoi Vietnam Paduan Sejarah dan Budaya, Ini Rekomendasinya

Wisata
| Sabtu, 20 September 2025, 18:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement