Advertisement

Mahasiswa UGM Manfaatkan Limbah Ternak Jadi Pupuk Organik Plus

Catur Dwi Janati
Senin, 20 Oktober 2025 - 08:07 WIB
Sunartono
Mahasiswa UGM Manfaatkan Limbah Ternak Jadi Pupuk Organik Plus Ilustrasi kompos. - Freepik

Advertisement

Harianjogja.com, SLEMAN—Penggunaan pupuk dan bahan kimia berlebih pada aktivitas pertanian dapat memunculkan dampak serius seperti penurunan kualitas tanah, pencemaran air, hingga berdampak buruk pada kesehatan manusia.  Berangkat dari permasalahan tersebut, Tim PKM-PM Universitas Gadjah Mada bersama Karang Taruna Permadi 13 di Desa Jamblangan, Seyegan, Sleman menginisiasi program Jamblangan Grow+ (JGrow+) 

JGrow+ berfokus pada pemanfaatan limbah ternak seperti feses dan urin hewan yang diolah menjadi Pupuk Organik Plus (POP) dan Biofertilizer.

Advertisement

"Limbah ternak atau farm waste mengandung unsur yang bermanfaat seperti nitrogen yang terkandung dalam urin dan karbon organik yang ada pada feses," kata Ketua Tim, Tsabita Afidati pada Sabtu (18/10/2025). 

Tak hanya limbah hewan ternak, Tsabita mengatakan sampah sisa rumah tangga dan tembakau juga dapat dimanfaatkan guna memperkaya kualitas pupuk yang dibuat. Dia menerangkan perpaduan keduanya membuat hasil pupuk mengandung sembilan jenis mikroorganisme yang dapat mendukung pertumbuhan tanaman. 

"Limbah ternak tersebut memiliki manfaat sebagai nutrisi alami tumbuhan," ungkapnya. 

Limbah ternak ditermentasi sekitar 1-1,5 bulan untuk menghasilkan Pupuk Organik Plus (POP). Selanjutnya biofertilizer dibuat dengan lama waktu fermentasi lebih singkat yakni sekitar 10-14 hari. Menurut Tsabita, ada indikator sederhana yang bisa menjadi tolok ukur dalam menilai kelayakan produk hasil produksi limbah ternak

"Kelayakan produk dapat diuji dengan memperhatikan warna cairan. Pada produk biofertilizer, perubahan warna dan aroma seperti kecap manis," ucapnya. 

Setelah itu, produk bisa disimpan di ruangan tertutup dengan tetap dilakukan pelepasan gas setiap dua pekan sekali untuk menjaga kualitas.

Tsabita mengatakan dari inovasi ini dapat membekali masyarakat dengan pengetahuan tentang pengemasan, strategi promosi, dan manajemen organisasi supaya masyarakat dapat melanjutkan secara berkelanjutan. Agar dampaknya meluas, tim kata Tsabita menerapkan metode Training of Trial (ToT) pada masyarakat agar dapat langsung mempraktikkan teknik pengolahan limbah menjadi pupuk serta membuat video tutorial yang diunggah melalui kanal YouTube.

"Dengan adanya metodeTraining of Trial (ToT) dan unggahan video tutorial pengolahan limbah dapat menjadi sarana penyebarluasan pengetahuan yang menjangkau masyarakat luas," katanya. 

Harapan Tsabita dan timnya, inovasi ini tidak sekadar program teknis dalam pembuatan limbah saja. Dengan adanya dukungan dan pendampingan kepada masyarakat, diharapkan masyarakat mampu mandiri untuk mengelola inovasi Pupuk Organik Plus (POP) dan biofertilizer secara berkelanjutan.

"Dengan pemanfaatan potensi lokal dan sumber daya manusia yang memadai, tidak hanya mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia, tetapi ikut dalam memberdayakan generasi muda sebagai pionir perubahan," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Pilihan

Advertisement

Mengenal Deepavali (Festival Cahaya) Dirayakan pada 20 Oktober 2025

Mengenal Deepavali (Festival Cahaya) Dirayakan pada 20 Oktober 2025

News
| Senin, 20 Oktober 2025, 11:07 WIB

Advertisement

Desa Wisata Adat Osing Kemiren Banyuwangi Masuk Jaringan Terbaik Dunia

Desa Wisata Adat Osing Kemiren Banyuwangi Masuk Jaringan Terbaik Dunia

Wisata
| Minggu, 19 Oktober 2025, 23:37 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement