Advertisement
Penambahan Becak Listrik 50 Unit Ditarget Rampung pada 2026
Becak listrik.
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Dinas Perhubungan DIY menargetkan penambahan becak listrik pada 2026 setidaknya 50 unit. Hal ini untuk mendukung terwujudnya low emission zone di Malioboro, dengan mengkonversi becak motor (bentor) ke becak listrik.
Kepala Dinas Perhubungan DIY, Chrestina Erni Widyastuti, menjelaskan low emission zone Malioboro terus diupayakan, salah satunya dengan penambahan jam pedestrian. Dari yang sebelumnya tiga jam pada pukul 18.00-21.00 menjadi lima jam, yakni pukul 17.00-22.00.
Advertisement
“Sekarang jam operasionalnya sudah mulai diperpanjang, dengan harapan aktivitas kendaraan bermotor di kawasan itu bisa semakin berkurang setiap harinya. Saat ini memang area tersebut ditujukan untuk kendaraan non-motor,” ujarnya, Jumat (24/10/2025).
Dalam konsep low emission zone, kendaraan yang diizinkan beroperasi di Malioboro sebenarnya hanya becak kayuh, andong dan becak listrik. Sedangkan bentor tidak diperbolehkan karena masih menggunakan bahan bakar fosil.
BACA JUGA
“Namun memang masih ada beberapa yang belum patuh, seperti pengendara bentor. Hal ini terjadi karena masyarakat belum sepenuhnya memahami tujuan kebijakan pemerintah untuk mengurangi polusi di kawasan tersebut,” katanya.
Ia mengakui populasi bentor sekarang masih banyak, jauh lebih banyak dibanding becak listrik yang baru ada 90 unit. Pihaknya pun berupaya menata bentor di Malioboro, namun secara bertahap. “Kalau tidak dilakukan penataan, nanti pengaturannya jadi tidak terarah. Jadi memang harus ada langkah-langkah penertiban,” ungkapnya.
Untuk itu penambahan becak listrik pun terus diupayakan, yang targetnya pada 2026 besok akan ada penambahan sebanyak 50 unit. “2026 nanti ada rencana penambahan unit becak listrik. Pemerintah daerah, seperti yang sudah disampaikan Sekda DIY, memang berencana untuk menambah jumlah becak listrik dengan bekerja sama dengan pihak swasta maupun BUMN,” kata dia.
50 unit tersebut akan didanai oleh APBD baik Pemda DIY maupun Pemkot Jogja. Di luar itu, penambahan becak listrik juga diupayakan melalui kerja sama dengan pihak lain termasuk pihak internasional. “Perencanaannya sekitar 50 unit. Tapi karena dana terbatas, kita berupaya menggandeng mitra agar jumlahnya bisa lebih banyak lagi,” ujarnya.
Kemudian Pemda DIY juga berupaya menambah bus listrik, yang usulannya pada tahun depan ditambah sebanyak dua unit, sehingga totalnya dengan yang sudah ada jadi empat unit. “Tinggal nanti kita lihat hasil kerja sama dengan pihak swasta seperti apa, karena keputusan finalnya akan ditentukan tahun depan,” paparnya.
Ia berharap penambahan becak listrik dan bus listrik bisa berjalan beriringan untuk mewujudkan Malioboro sebagai low emission zone. “Semua sedang diupayakan, meskipun dari sisi anggaran termasuk Dana Keistimewaan saat ini menurun, jadi kemungkinan belum bisa terealisasi seluruhnya. Karena masih banyak program lain yang juga menjadi prioritas,” katanya.
Ia juga memastikan tetap ada anggaran untuk pemeliharaan termasuk Stasiun Pengisian i Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) untuk becak listrik. “Untuk SPKLU memang ada pemeliharaannya. Tapi kalau becak listriknya menjadi tanggung jawab masing-masing koperasi,” ungkapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Advertisement
Desa Wisata Adat Osing Kemiren Banyuwangi Masuk Jaringan Terbaik Dunia
Advertisement
Berita Populer
Advertisement
Advertisement




