Advertisement
Hadapi Cuaca Ekstrem, Wisata Potrobayan di Bantul Tutup Sementara
Debit air Sungai Oyo dan Sungai Opak yang terus naik turun memaksa pengelola menutup kawasan tersebut untuk sementara, terutama untuk kegiatan berisiko seperti camping. Dok Pengelola Wisata Potrobayan
Advertisement
Harianjogja.com, BANTUL—Cuaca ekstrem yang melanda wilayah Bantul dalam beberapa pekan terakhir berdampak langsung pada operasional wisata Potrobayan di Kalurahan Sriharjo, Kapanewon Imogiri.
Debit air Sungai Oyo dan Sungai Opak yang terus naik turun memaksa pengelola menutup kawasan tersebut untuk sementara, terutama untuk kegiatan berisiko seperti camping.
Advertisement
Tomeet salah pengelola wisata Potrobayan, mengungkapkan pihaknya mengambil keputusan itu demi keselamatan pengunjung. Selain debit air yang tidak stabil, kawasan wisata juga terdampak pohon tumbang akibat hujan intensitas tinggi.
“Depit airnya itu naik turun. Sekarang memang agak turun, tapi masih banjir. Jadi sementara masih tutup, tergantung cuaca dan kondisi air,” ujarnya, Jumat (21/11).
BACA JUGA
Penutupan ini sudah berlangsung sejak awal Oktober, mengikuti masuknya musim penghujan. Kegiatan camping ditutup total, sedangkan kunjungan siang untuk bermain masih dibuka sewaktu-waktu ketika kondisi dianggap aman.
“Kalau kunjungan jelas berpengaruh. Udah dari beberapa minggu yang lalu sih kita tutup, demi keamanan,” jelasnya.
Menurut Tomeet, pendapatan wisata sangat bergantung pada pengunjung yang berkemah. Tanpa aktivitas itu, pemasukan praktis hampir tidak ada. Sebelum cuaca ekstrem, dalam satu pekan mereka bisa menerima hingga sekitar 500 pengunjung.
“Kalau pas kemarau jumlahnya bisa 200 sampai 300 orang dalam seminggu, kadang lebih. Tapi kalau musim hujan seperti ini ya tidak ada pemasukan sama sekali,” ucapnya.
Ia menyebut tarif retribusi berada di kisaran Rp10.000 per orang dan tarif parkir Rp5.000 untuk sepeda motor serta Rp10.000 untuk mobil.
Selain air tinggi dan pohon tumbang, banjir juga selalu membawa tumpukan sampah dari hulu dua sungai yang bertemu di Potrobayan. Kondisi itu membuat pembersihan area menjadi pekerjaan berat yang harus dilakukan hampir setiap kali banjir surut.
“Banjir identik dengan sampah. Setiap musim hujan pasti transitnya di sini. Jadi bersih-bersihnya yang lama,” katanya.
Walau tutup, seluruh pengelola tetap berjaga dan fokus melakukan pembersihan bertahap agar lokasi tidak makin menumpuk sampah.
Tomeet berharap kondisi cuaca segera membaik agar pariwisata Potrobayan kembali menggeliat. Pasalnya, selama ini pengelolaan dilakukan secara mandiri tanpa sokongan dana khusus dari pemerintah maupun badan usaha wisata.
“Kita cuma berharap tetap aman. Wisata Potrobayan masih wisata mandiri, jadi kalau sepi pengunjung ya imbasnya langsung ke pendapatan,” imbuhnya.
Ia juga berharap fasilitas wisata ke depan bisa mendapatkan perhatian lebih, sehingga ketika situasi kembali normal, pelayanan kepada wisatawan menjadi lebih baik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
KPK Tegaskan Uang Rp300 M Terkait Korupsi Taspen Bukan Pinjaman Bank
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
Advertisement
Advertisement




