Advertisement
BPS Gunungkidul Yakin Inflasi 2025 Terkendali di Bawah 3 Persen
Inflasi / Ilustrasi Freepik
Advertisement
Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL—Badan Pusat Statistik (BPS) Gunungkidul menyatakan inflasi kumulatif Januari–November 2025 mencapai 2,17%. Meski masih ada bulan Desember, mereka optimistis laju inflasi akhir tahun tak melewati batas aman 3%.
Kepala BPS Gunungkidul, Joko Prayitno, mengatakan perhitungan inflasi memang masih tersisa satu bulan (Desember). Namun, pihaknya yakin laju inflasi di Gunungkidul masih bisa terkendali dan berada dalam rentang aman.
Advertisement
“Batas aman inflasi [seharusnya] 1,5% hingga 3,5%. Untuk saat ini [sepanjang 2025] di posisi 2,17% jadi masih aman. Kalau untuk November, inflasinya 0,31%,” katanya, Senin (1/12/2025).
Joko memprediksi pada Desember ini masih akan terjadi inflasi. Hal tersebut tak lepas dari pengalaman tahun-tahun sebelumnya, di mana libur akhir tahun selalu memicu peningkatan permintaan, yang kemudian ikut mendorong inflasi.
BACA JUGA
Meskipun demikian, besaran inflasi Desember masih harus dihitung secara riil di lapangan. “Kalau mengacu tahun lalu, inflasi Desember 2024 mencapai 0,45%. Jadi, kalau menggunakan patokan ini, maka secara akumulasi sepanjang 2025 di angka 2,6% sehingga lajunya masih terkendali,” jelasnya.
Joko mengimbau Pemerintah Kabupaten (Pemkab) agar sigap dalam mengantisipasi kenaikan harga, terutama terhadap komoditas yang rentan mengalami kelangkaan dan lonjakan saat perayaan.
“Harus ada antisipasi terhadap komoditas yang rentan terjadi kenaikan, sehingga ketika permintaan naik barang pun ada. Jadi bisa menekan inflasi,” tegasnya.
Pengaruh Deflasi dan Kebijakan Pusat
Joko menambahkan, dari Januari hingga November 2025, laju harga tidak melulu menunjukkan inflasi. Ia mencatat ada lima bulan yang justru terjadi deflasi, yaitu pada Januari, Februari, Mei, Juli, dan Agustus.
“Harga di pasaran sangat berpengaruh. Apalagi di awal-awal tahun ada subsidi listrik sehingga ikut berdampak terhadap terjadinya deflasi di Gunungkidul,” katanya.
Statistik Ahli Pertama BPS Gunungkidul, Ardiyas Munsyianta, menambahkan bahwa perhitungan inflasi terus dilakukan setiap bulan, yang bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi di masyarakat.
“Pasti tiap bulannya ada perhitungan inflasi mengacu pada indikator yang telah ditentukan dari pusat,” katanya.
Menurut Ardiyas, hasil perhitungan inflasi bersifat fluktuatif dan kebijakan dari pemerintah pusat juga bisa berdampak pada terjadinya deflasi atau inflasi di daerah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Kapal Terbalik di Sungai Kongo, 37 Orang Dinyatakan Hilang
Advertisement
KA Panoramic Kian Diminati, Jalur Selatan Jadi Primadona
Advertisement
Berita Populer
Advertisement
Advertisement



