Advertisement

Pakar UGM: Kerusakan Hulu Jadi Biang Banjir Besar di Sumatra

Catur Dwi Janati
Rabu, 03 Desember 2025 - 09:37 WIB
Abdul Hamied Razak
Pakar UGM: Kerusakan Hulu Jadi Biang Banjir Besar di Sumatra Kondisi permukiman warga di Desa Blang Meurandeh, Kecamatan Beutong Ateuh Banggalang, Kabupaten Nagan Raya, Aceh, pasca terjangan banjir bandang yang menyebabkan sebagian lahan warga hilang dan berubah menjadi aliran sungai, Jumat (28/11/2025). ANTARA/ist-Dok Warga - Sudirman

Advertisement

Harianjogja.com, SLEMAN— Peneliti Hidrologi Hutan dan Konservasi DAS UGM, Hatma Suryatmojo, menilai banjir besar yang melanda sejumlah wilayah di Sumatra pada akhir November 2025 merupakan kombinasi antara faktor cuaca ekstrem dan kerusakan ekosistem hulu yang sudah berlangsung lama.

Menurut Hatma, hujan ekstrem yang memicu banjir kali itu dipengaruhi dinamika atmosfer yang tidak biasa. BMKG mencatat beberapa wilayah di Sumatra Utara diguyur hujan lebih dari 300 mm per hari pada puncak kejadian, diperkuat oleh keberadaan Siklon Tropis Senyar yang terbentuk di Selat Malaka. Namun ia menegaskan bahwa cuaca ekstrem hanyalah pemicu awal.

Advertisement

“Dampak merusak banjir bandang itu justru diperparah oleh rapuhnya benteng alam di kawasan hulu. Kerusakan ekosistem hutan di hulu DAS membuat daya dukung dan daya tampung kawasan hilang,” ujarnya, Senin (1/12/2025).

Hatma menjelaskan hilangnya tutupan hutan berarti hilangnya fungsi penting dalam siklus hidrologi, mulai dari intersepsi, infiltrasi, hingga evapotranspirasi. Hutan yang sehat, katanya, mampu menahan 15–35% air hujan di tajuk, memasukkan 55% air ke dalam tanah, dan mengembalikan 25–40% ke atmosfer.

Sebaliknya, ketika hutan rusak, tanah kehilangan porositas dan tidak mampu menyerap air sehingga sebagian besar hujan berubah menjadi limpasan permukaan yang langsung mengalir deras ke hilir. Kondisi ini kemudian memicu erosi masif serta longsor.

“Hutan di hulu adalah penyangga hidrologis. Vegetasi rimbun itu ibarat spons raksasa,” tegasnya.

Rangkaian Penyebab Banjir Bandang

Dalam kondisi ekstrem, bahkan hutan yang masih utuh pun memiliki batas kemampuan menahan air. Longsor yang terjadi membawa material tanah, pasir, batu, dan batang pohon ke alur sungai, membentuk bendungan alami yang sewaktu-waktu bisa jebol dan menimbulkan banjir bandang besar.

Tanah yang kehilangan ikatan akar juga mudah tererosi sehingga mendangkalkan sungai. Pendangkalan dan penyempitan alur sungai ini memperbesar risiko luapan air.

“Dengan kata lain, hutan hulu yang hilang berarti hilangnya sabuk pengaman alami bagi kawasan di bawahnya,” ujar Hatma.

Ia menyebut banjir bandang 2025 di Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat mungkin menjadi salah satu yang terbesar dalam beberapa dekade. Kejadian tersebut mencerminkan meningkatnya risiko bencana hidrometeorologi akibat deforestasi dan perubahan iklim.

Hatma mengingatkan bahwa mitigasi bencana harus menyeimbangkan pendekatan struktural seperti tanggul, normalisasi sungai, dan pemulihan sempadan sungai dengan pendekatan ekologis seperti perlindungan hutan dan konservasi DAS.

“Pemerintah perlu menegakkan aturan tata ruang berbasis mitigasi bencana dan menghentikan laju deforestasi di kawasan rawan banjir secara tegas,” ucapnya.

Rehabilitasi lahan kritis serta reforestasi di wilayah tangkapan air dinilai mendesak untuk memulihkan fungsi hutan. Ia juga menekankan pentingnya edukasi serta pelibatan masyarakat lokal sebagai kunci perlindungan lingkungan jangka panjang.

“Pada akhirnya, ketangguhan masyarakat menghadapi bencana bergantung pada keseimbangan antara manusia dan alam,” tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Pilihan

Advertisement

RS Apung PDI Perjuangan Dikerahkan Bantu Korban Banjir Aceh

RS Apung PDI Perjuangan Dikerahkan Bantu Korban Banjir Aceh

News
| Rabu, 03 Desember 2025, 10:27 WIB

Advertisement

KA Panoramic Kian Diminati, Jalur Selatan Jadi Primadona

KA Panoramic Kian Diminati, Jalur Selatan Jadi Primadona

Wisata
| Minggu, 30 November 2025, 19:07 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement