Advertisement
Inovasi Traktor Remote Dorong Regenerasi Petani Kulonprogo
Traktor remote control saat dilakukan uji coba di pematang sawah Wates belum lama ini
Advertisement
Harianjogja.com, KULONPROGO—Regenerasi petani menjadi pekerjaan rumah besar bagi Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kulonprogo. Setiap tahun jumlah petani di Bumi Binangun terus menurun. Baik generasi milenial maupun Gen Z enggan turun ke sawah yang identik dengan pekerjaan berat dan berlumpur.
Faktor prestise pekerjaan hingga besaran pendapatan membuat profesi petani kurang diminati. Bagi banyak anak muda, pekerjaan di bidang start up atau perkantoran dinilai lebih bergengsi dibandingkan menggarap lahan. Profesi petani pun semakin dianggap usang dan kurang menjanjikan.
Advertisement
Namun, di tengah tantangan regenerasi dan kebutuhan efisiensi, inovasi pertanian di Kulonprogo mulai tumbuh. Salah satunya lewat kehadiran traktor berteknologi kendali jarak jauh atau remote control. Alat ini tak hanya membantu mempercepat pengolahan lahan, tetapi juga diharapkan dapat memikat anak muda agar kembali melirik dunia pertanian.
“Ini inovasi untuk menarik petani, terutama petani milenial, agar mau kembali bertani. Teknologi modern ini menghemat tenaga tetapi hasil tetap maksimal,” ujar Kepala Dinas Pertanian dan Pangan (Dispertapang) Kulonprogo, Trenggono Trimulyo, belum lama ini.
BACA JUGA
Ia menyebut Kulonprogo memiliki lahan sawah lebih dari 10.000 hektare. Luasan tersebut membutuhkan banyak tenaga petani agar tidak beralih fungsi karena tidak ada yang menggarapnya. Secara bertahap, pihaknya akan memfasilitasi pengadaan traktor remote control, beserta pembentukan brigade reparasi alat mesin pertanian.
“Traktor remote control ini menyasar Kapanewon Wates dan Temon yang petaninya makin berkurang,” imbuhnya.
Ketua Tim Kerja Sarana Pertanian Bidang Sarana dan Pengembangan Usaha Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan Dispertapang Kulonprogo, Kirmi, mengatakan traktor tersebut dirancang dengan daya jelajah kuat, efisien waktu, dan irit bahan bakar.
“Selain menarik minat petani milenial, traktor remote control ini efisien baik dari sisi bahan bakar maupun waktu,” katanya. Namun, harga jualnya yang berkisar Rp42 juta menjadi tantangan tersendiri. Saat ini baru ada dua unit yang digunakan sebagai percontohan di Temon dan Wates.
Perwakilan Gabungan Kelompok Tani di Wates, Sahadadi Mulyana, menyampaikan traktor remote control dapat menjangkau hingga sekitar 100 meter. Ia menyebut alat tersebut membuat pekerjaan lebih ringan dibandingkan cara manual.
“Kalau manual, mengolah satu kotak sawah bisa sangat melelahkan karena harus berjalan bolak-balik hingga 30 putaran. Dengan traktor remote, operator cukup duduk santai di pojok,” tuturnya.
Meski konsumsi bahan bakar relatif sama, efisiensi waktu meningkat signifikan. Saat ini traktor baru menggunakan dua roda, tetapi dapat ditambah menjadi empat. Penambahan roda disebut mampu memperluas cakupan garapan hingga dua kali lipat dalam waktu yang sama.
“Ini salah satu cara menarik generasi muda agar tertarik bertani karena sudah menggunakan teknologi modern,” lanjut Sahadadi. Ia menekankan bahwa pengoperasiannya dibuat sangat mudah dan ramah pengguna.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
119 Juta Orang Diprediksi Bepergian Saat Natal-Tahun Baru
Advertisement
KA Panoramic Kian Diminati, Jalur Selatan Jadi Primadona
Advertisement
Berita Populer
- Pemkab Gunungkidul Percepat Penanganan RTLH Lewat APBKal
- Dua Dekade Pemulihan Paliyan, Hutan di Gunungkidul DIY Kembali Lebat
- Karyawan Pabrik Rokok Terima DBHCHT, Diminta Tak Pakai Judol
- Gangguan Air Tidak Terjadwal, Seluruh Pelanggan Depok Sleman Terdampak
- Pemkot Jogja Fokus Pelestarian, 18 Objek Direkomendasikan Cagar Budaya
Advertisement
Advertisement



