Advertisement
Berkah Harga Cabai, Petani Kulonprogo Untung Bersih Rp60 Juta
Pertanian cabai lahan pasir milik Gunawan berlokasi di Padukuhan Sidorejo Kalurahan Banaran Kapanewon Galur Kulonprogo, Minggu (14/12/2025) sudah banyak cabai yang membusuk tetapi tetap untung. - Harian Jogja/Khairul Ma'arif
Advertisement
Harianjogja.com, KULONPROGO—Harga cabai yang melambung tinggi membuat petani cabai lahan pasir di Kulonprogo tetap meraup keuntungan besar meski produksi menurun akibat hujan.
Petani cabai lahan pasir di Padukuhan Sidorejo, Kalurahan Banaran, Galur, bernama Gunawan, mengakui bahwa cuaca hujan adalah momok bagi tanaman cabai. Selain hasil panen yang tidak maksimal, hujan ekstrem juga memicu busuk batang dan serangan patek yang membuat kondisi cabai buruk.
Advertisement
“Beruntungnya harga cabai di pasaran tinggi, jadi walaupun panennya tidak maksimal masih tetap untung,” kata Gunawan saat ditemui di rumahnya, Minggu (14/12/2025).
Gunawan membeberkan, harga cabai yang dijual petani di pasar lelang mencapai sekitar Rp50.000 per kilogram, meskipun harga tersebut fluktuatif setiap harinya.
BACA JUGA
“Untuk masa panen sekarang, tiga hari lalu sudah dijual di pasar lelang. Alhamdulillah saya dapat untung bersih sampai sekitar Rp60 juta,” tambah Gunawan.
Pria berusia 41 tahun ini menceritakan, untung bersih Rp60 juta itu didapatkan dari total tiga titik lahan pertanian cabai lahan pasir yang dikelolanya. Total luasan lahannya mencapai 9.000 meter persegi yang mampu menampung sekitar belasan ribu benih pohon cabai.
Gunawan mengungkapkan, keuntungan kotor dari masa panen kali ini sebenarnya sebesar Rp115 juta. Namun, jumlah tersebut dipotong modal menanam sebesar Rp30 juta dan biaya membayar upah buruh tani saat masa panen.
“Rp60 juta itu untung dari hasil 2 ton cabai yang dipanen. Hasil panennya itu sangat sedikit karena cuaca ekstrem, batang busuk, dan kena patek,” ungkapnya.
Hasil panen yang hanya 2 ton itu bahkan jauh lebih sedikit dibandingkan yang gagal panen, yang mencapai lebih dari 4 ton. Gunawan tak menampik, keuntungan signifikan ini murni karena harga cabai di pasaran yang sedang mahal.
Pengalaman Rugi Besar Saat Harga Anjlok
Gunawan mengakui bahwa menjadi petani cabai tidak selamanya mendatangkan untung besar. Bapak satu anak ini menceritakan, pada masa panen Juni lalu, ia justru mengalami kerugian besar dan tidak mendapatkan untung sepeser pun.
Padahal, pada masa panen Juni, ia menghasilkan cabai lebih banyak dari panen sekarang, mencapai 7 ton. “Modal awal masa tanam tetap sama Rp30 juta, tetapi karena saat itu harga cabai hanya Rp7.000 per kilogram, hasilnya saya hanya dapat Rp15 juta dari 7 ton. Balik modal saja tidak,” tuturnya.
Di Sidorejo, terdapat Paguyuban Kelompok Tani (Poktan) Sidodadi yang menjadi sarana rembug bersama bagi para petani. Gunawan berujar, Poktan Sidodadi terkadang juga menjadi penolong untuk menambah modal awal ketika petani mengalami kerugian besar.
Ketua Poktan Sidodadi Padukuhan Sidorejo, Ngatimin, menambahkan bahwa paguyuban yang dipimpinnya terdapat sekitar 150 petani cabai lahan pasir dengan total luasan pertanian mencapai sekitar 80 hektare.
“Total dari Sidodadi saja, masa panen kali ini mencapai 17 ton. Tetapi itu jumlahnya kecil, kalau cuaca bagus bisa sampai 40 ton,” ungkapnya.
Ngatimin membenarkan bahwa meskipun banyak cabai yang gagal panen, petani di Poktan Sidodadi tetap mendapat untung sampai puluhan juta rupiah. Ia menuturkan, biasanya ketika masa panen tidak terganggu cuaca hujan, pemetikan bisa dilakukan hingga 15 kali. Namun, disaat seperti sekarang, pemetikan hanya maksimal lima kali saja.
“Keuntungan petani perorangan bisa sampai puluhan juta saat ini,” jelas Ngatimin.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
Advertisement
Advertisement





