Advertisement
Jemaat Gereja St Albertus Agung Buat Altar dari Barang Bekas
Altar dari barang bekas yang berada di Gereja St. Albertus Agung, Jetis, Kota Jogja. / ist
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Jemaat Gereja St Albertus Agung, Jetis, Kota Jogja, merancang altar dari barang bekas sebagai kampanye kepedulian lingkungan sekaligus rangkaian perayaan ulang tahun ke-60 gereja.
Altar Gereja St Albertus Agung tampil berbeda dengan memanfaatkan aneka barang bekas sebagai bahan utama pembuatannya. Altar tersebut dirancang oleh jemaat sebagai bagian dari kampanye kepedulian lingkungan sekaligus perayaan 60 tahun Gereja St Albertus Agung.
Advertisement
Salah satu penyusun altar dari Lingkungan St. Maria Materdei, Kelurahan Karangwaru, Brigita Wihdi Hastuti, menyebut altar ini disusun dari beragam material bekas pakai, mulai dari galon air minum, sendok plastik, sedotan, hingga jas hujan bekas. Seluruh ornamen dirancang ulang menjadi dekorasi altar yang artistik, termasuk kupu-kupu dan bunga yang menghiasi bagian depan altar.
“Jadi kami dari Kelurahan Karangwaru membuat altar dari barang-barang bekas. Kita buat dari galon bekas, sendok bekas, semuanya murni dari barang bekas, termasuk kupu-kupu dari tas kresek serta bunga dari sedotan dan jas hujan bekas,” kata Brigita, Senin (15/12/2025).
BACA JUGA
Pembuatan altar dari barang bekas ini tidak hanya dimaksudkan sebagai dekorasi perayaan, tetapi juga sarat makna simbolik iman. Salah satu simbol utama yang diangkat adalah pokok anggur yang menjadi bagian penting dalam ornamen altar.
“Itu pokok anggur. Kalau kita melayani sesama dengan sungguh-sungguh dan menjalankan ajaran Tuhan, kita akan berbuah baik seperti anggur yang subur,” jelasnya.
Ia menjelaskan, pokok anggur yang kering dan tidak berbuah melambangkan iman yang mati. Simbol tersebut menjadi pengingat bagi umat agar terus memelihara iman melalui perbuatan nyata dalam kehidupan sehari-hari.
Selain makna iman, penggunaan barang bekas dalam altar ini juga bertujuan menumbuhkan kreativitas masyarakat. Gereja bersama jemaat ingin menunjukkan bahwa barang yang dianggap tidak terpakai masih bisa diolah menjadi sesuatu yang bernilai dan bermakna.
Sementara itu, Kasi Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan Karangwaru, Caecilia Deasy Sandra Anindita, menyebut kegiatan altar dari barang bekas ini sejalan dengan komitmen wilayahnya dalam pengelolaan sampah berbasis partisipasi warga.
“Ini merupakan wujud komitmen Karangwaru yang istikamah dalam olah sampah. Langkah kecil tetapi konsisten lebih berarti daripada langkah besar tetapi jarang dilakukan,” ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
KPK Geledah Rumah Plt Gubernur Riau, Sita Dokumen dan Uang
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
Advertisement
Advertisement




