Advertisement
17 Jabatan Kepala Sekolah SD dan SMP di Kulonprogo Masih Kosong
Seragam sekolah SD dan SMP / Ilustrasi Freepik
Advertisement
Harianjogja.com, KULONPROGO—Sebanyak 17 jabatan kepala sekolah SD dan SMP di Kabupaten Kulonprogo masih mengalami kekosongan hingga pertengahan Desember 2025, sementara proses pengisian jabatan menunggu hasil Balai Penjaminan Mutu Pendidikan (BPMP) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Sejumlah jabatan kepala sekolah (kepsek) SD dan SMP di Kabupaten Kulonprogo masih mengalami kekosongan, sehingga terpaksa ada kepala sekolah yang merangkap jabatan karena tidak boleh terjadi kekosongan jabatan kepsek.
Advertisement
Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Kulonprogo saat ini masih menunggu rekomendasi dari Balai Penjaminan Mutu Pendidikan (BPMP) DIY untuk proses pengisian jabatan kepala sekolah.
Sekretaris Disdikpora Kulonprogo, Nur Hadiyanto, mengatakan, terhitung mulai tanggal (TMT) saat ini terdapat kekurangan 15 jabatan kepala sekolah tingkat SD dan dua jabatan kepala sekolah tingkat SMP. Menurutnya, instansinya telah mengirim guru-guru yang memenuhi syarat untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan (diklat) Bakal Calon Kepala Sekolah (BCKS).
BACA JUGA
“Diklat BCKS sudah selesai, kami mengirim 38 orang, tetapi belum mengetahui berapa yang dinyatakan lulus,” ujar pria yang akrab disapa Nurhady saat dikonfirmasi, Selasa (16/12/2025).
Menurut Nurhady, Disdikpora Kulonprogo masih menunggu pengumuman hasil Diklat BCKS dari BPMP DIY. Nantinya, setelah pengumuman keluar, pengisian jabatan kepala sekolah SD dan SMP di Kulonprogo dapat segera dilakukan. Dari 38 guru yang mengikuti diklat, hasil seleksi dari BPMP DIY akan menjadi dasar pengusulan kepala sekolah definitif.
“Sementara sekolah yang masih kosong jabatan kepseknya diisi oleh pelaksana tugas (Plt),” ucapnya. Sejumlah kepala sekolah yang merangkap jabatan pun berharap agar pengisian jabatan kepala sekolah definitif dapat segera direalisasikan. Hal ini penting agar kepala sekolah yang menjabat di dua sekolah dapat lebih fokus dan tidak terbagi perhatiannya.
Pasalnya, ketika menjabat sebagai kepala sekolah di dua sekolah, fokus kerja menjadi terbagi. “Kadang acara berlangsung bersamaan antara sekolah definitif dan sekolah Plt, sehingga saya tidak selalu bisa mendampingi karena jadwalnya bersamaan,” ujar Kepala SMP Negeri 1 Sentolo, Margiyanto, yang saat ini merangkap jabatan di SMP Negeri 3 Sentolo. Ia berharap sekolah-sekolah yang belum memiliki kepala sekolah definitif dapat segera diisi.
Margiyanto mengaku, menjadi kepala sekolah di dua sekolah memang merepotkan karena harus membagi waktu dan perhatian. Namun, sebagai profesional, ia berupaya menjalani tugas tersebut dengan penuh tanggung jawab. “Alhamdulillah tidak ada masalah,” jelasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Korban Bencana Aceh Dapat 1.000 Rumah dari Yayasan Buddha Tzu Chi
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
Advertisement
Advertisement




