Advertisement

Mengenang Serbuan Kotabaru

Abdul Hamied Razak
Kamis, 12 April 2018 - 21:50 WIB
Bhekti Suryani
Mengenang Serbuan Kotabaru Sejumlah siswa saat mengikuti napak tilas sejarah Serbuan Kotabaru./Harian Jogja - Abdul Hamied Razak

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA- Mengenang aksi heroik Serbuan Kotabaru pada 7 Oktober 1945 silang, puluhan guru, pelajar, mahasiswa dan komunitas mengikuti jelajah budaya, Kamis (12/4/2018). Mereka melakukan napak tilas ke lokasi-lokasi bersejarah di kawasan Kotabaru.

Selama napak tilas peserta diajak melihat spot-spot yang memiliki nilai historis terkait peristiwa tersebut. Dimulai dari Museum Sandi, peserta kemudian berjalan kaki menuju Kantor Asuransi Jiwasraya, SMPN 5 Jogja, Rumah Sakit dr. Soetarto, hingga SMA Bopkri I Jogja. Jelajah Budaya Serbuan Kotabaru ini berakhir di Soetarto, SMA Bopkri I hingga Monumen Tetengger Serbuan Kotabaru.

Di Museum Sandi misalnya, selain diperkenalkan sejarah berdirinya museum peserta juga mendapat penjelasan koleksi museum. Mulai dari barang asli atau replika mesin/peratan sandi, barang keseharian pelaku sandi, slide system, sistem sandi, buku kode, hingga fasilitas teknologi pendukung kegiatan persandian.

Di SMPN 5 Jogja, peserta jelajah budaya juga mempelajari bangunan yang berdiri di era Belanda ini. Sebagian peserta baru mengetahui jika bangunan tersebut dahulu merupakan sekolah guru. Alhasil, selama napak tilas peserta diajak memahami bangunan bersejarah di kawasan Kotabaru sekaligus mempelajari alur peristiwa penyerangan Kotabaru.

Menurut Darto Harnoko dari Balai Pelestarian Nilai Budaya DIY walaupun tidak sedahsyat peristiwa Serangan Oemoem 1 Maret 1949 namun Serbuan Kotabaru dinilai tidak kalah sengitnya. Penyerangan Kotabaru juga bagian penting dari tonggak sejarah berdirinya Republik Indonesia karena mampu menumpas markas Tentara Jepang.

"Para pemuda dan pejuang saat itu tidak rela Jepang masih ada di Jogja. Mereka tidak rela jika Jepang yang sudah menyerah kepada Sekutu masih berkuasa di Indonesia. Mulailah Serbuan Kotabaru dilakukan," katanya saat seminar sejarah Mengenang Kembali Serbuan Kotabaru di Museum Sasmitaloka Jendral Soedirman, Rabu lusa.

Menurutnya keberhasilan serbuan Kotabaru itu bukanlah hasil dari kelompok perjuangan saja akan tetapi juga melibatkan perjuangan rakyat Jogja. Peran rakyat Jogja pada peristiwa itu dibuktikan dengan keterlibatan langsung melawan tentara Jepang. Rakyat bergabung dalam wadah-wadah perjuangan mulai Badan Keamanan Rakyat (BKR), BPU, Polisi Istimewa dan laskar-laskar perjuangan lainnya.

Dia menjelaskan, serbuan Kotabaru meski merenggut 21  jiwa pejuang dan puluhan lainnya terluka memiliki semangat kuat untuk mempertahankan dan menegakkan kemerdekaan. "Serangan Kotabaru menjadi titik tolak rakyat untuk mempertahankan proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia," katanya.

Letkol Caj Aris Harliadi menerangkan, pecahnya serangan ke Kotabaru tidak terlepas dari arogansi para tentara Jepang yang ingin melucuti senjata-senjata para pejuang. Termasuk senjata-senjata milik Polisi Istimewa. Padahal mereka sudah menyerah kepada Sekutu. "Berita pelucutan senjata itu menyulut amarah rakyat Jogja. Karena hanya Polisi Istimewa saja yang saat itu memiliki senjata," katanya.

Dengan semangat juang tinggi dan untuk mempertahankan proklamasi kemerdekaan, rakyat dari berbagai golongan dan ras bersatu. Dengan peralatan sederhana rakyat  menyerbu markas Jepang di Kotabaru dan memenangkan pertempuran itu. "Perjuangan untuk mempertahankan kemerdekaan saat itu cukup berat. Sebab dari segi persenjataan yang dimiliki tidak seimbang," katanya.

Namun semangat dan keberanian para pejuang dan rakyat saat itu begitu tinggi sehingga perjuangan untuk mempertahankan tanah air dan mengusir tentara Jepang berhasil. "Keberanan,  taktik, semangat tinggi dan rasa memiliki inilah yang akhirnya  berhasil memenangkan  perjuangan," kata Aris.

Samdhy, salah seorang pelaku yang ikut dalam Serbuan Kotabaru menceritakan meski tentara Jepang didukung peralatan perang yang lebih canggih namun para pejuang yang saat itu berusia muda mampu memukul mundur pasukan Jepang. Saat itu usia Samdhy sekitar 10 tahun. "Saya dan para pejuang lainnya ikut berjuang. Kami tidak gentar untuk mengusir tentara Jepang dari markasnya di Kotabaru," katanya.

Menurutnya, awal peristiwa Serbuan Kotabaru diawali pada 22 September 1945. Saat itu tentara Jepang berupaya melucuti senjata-senjata milik Polisi Istimewa. Atas inisiatif dari para senior di Ikatan Pelajar Indonesia saat itu, senjata milik Polisi Istimewa dibagikan ke pemuda-pemuda dan laskar-laskar pejuang. "Taktik ini dilakukan agar saat tentara Jepang melucuti senjata Polisi Istimewa, rakyat bisa bergerak untuk melakukan perlawanan," katanya.

Samdhy berharap para generasi muda saat ini untuk tidak mudah menyerah pada bentuk penjajahan. Apalagi saat ini penjajahan bukan lagi dalam bentuk peperangan. Generasi muda harus tetap berpegang pada rasa patriotisme dan menjunjung nasionalisme untuk mempertahankan kemerdekaan bangsa ini. "Bentuk penjajahan sekarang lebih modern. Generasi muda harus lebih hati-hati terhadap bentuk penjajahan baru. Jaga nasionalisme Indonesia," harapnya.

Sejarahwan UNY Sudirman AM mengatakan, perjuangan perebutan senjata dan kekuasaan dari Jepang setelah proklamasi RI tidak terlepas dari nilai-nilai disiplin dan tanggungjawab. Para pejuang dan rakyat melakukan serbuan itu ada yang dipimpin dan yang memimpin. Menjalankan rambu-rambu bagaimana harus melakukan gerakan. "Nilai-nilai yang lain masih banyak yang perlu digali di balik peristiwa itu untuk referensi perbaikan kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia," katanya.

Advertisement

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

KPK Bidik LHKPN 2 Pejabat Pemilik Kripto Miliaran Rupiah

News
| Rabu, 24 April 2024, 01:17 WIB

Advertisement

alt

Rekomendasi Menyantap Lezatnya Sup Kacang Merah di Jogja

Wisata
| Sabtu, 20 April 2024, 07:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement