Advertisement
Akademisi UGM : Butuh Waktu 50 Tahun Ciptakan Vaksin MR Baru
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA- Staf Pengajar di Fakultas Kedokteran Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FKKMK) UGM Mei Neni Sitaresmi mengatakan, waktu yang dibutuhkan untuk menciptakan vaksin baru bisa mencapai 50 tahun atau bahkan lebih lama. Karena waktu penciptaan yang lama, masyarakat diminta tidak menolak vaksin campak dan rubella (MR), karena yang dipertaruhkan adalah nyawa anak.
"Lama sekali [waktu yang dibutuhkan untuk membuat vaksin baru]. Karena tergantung masing-masing vaksin. Prinsipnya vaksin itu prosesnya rumit dan lama, karena vaksin diberikan pada orang sehat sehingga diantara produksi obat, syarat keamanan vaksin adalah paling tinggi dan melalui berbagai fase," jelas Mei melalui sambungan telepon, Jumat (24/8/2018).
Advertisement
Vaksin MR yang digunakan di Indonesia dan negara-negara lainnya diimpor dari India. Penggunaan vaksin MR menuai polemik karena dinyatakan mengandung enzim babi. Meski demikian, Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyatakan, vaksin MR boleh digunakan sebelum ditemukan vaksin yang halal.
Mei mengatakan, anak yang tidak diimunisasi MR akan memiliki peluang lebih tinggi kena campak dan rubella. Jika anak kena campak, maka peluang ia kena radang paru-paru dan berbagai komplikasi lainnya akan meningkat. Sementara rubella, jika menjangkiti ibu hamil, maka anak yang dilahirkan berpeluang cacat.
"Ini kondisi darurat [jadi harus diberikan vaksin MR]. Kalau tidak berikan berarti akan banyak ada wabah campak dan anak-anak yang cacat. Tapi di sisi lain Pemerintah, dalam hal ini biofarma mesti didorong untuk menghasilkan vaksin sendiri yang tidak bersinggungan dengan hewan," terang Mei.
Mei mengatakan, harus ada langkah pararel yang harus dilakukan. Ketika Biofarma belum berhasil menciptakan vaksin, masyarakat mau tidak mau harus berkompromi dengan vaksin MR. Terlebih lagi, negara-negara Arab dan Malaysia juga menggunakan vaksin MR, meski mereka juga dikenal sebagai negara dengan penduduk muslim.
Ia yakin, biofarma sudah mulai melakukan proses pembuatan vaksin baru yang tidak bersinggungan dengan hewan. Meski demikian, pengembangan vaksin baru tidak mudah karena standar keamanan yang tinggi dan waktu yang dibutuhkan cukup lama. "Saya yakin kalau itu berhasil mesti akan sangat laris."
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
- Kiprah Mooryati Soedibyo, Putri Keraton Solo yang Sukses di Bisnis Kecantikan
- Hadiri Penetapan Presiden-Wapres Terpilih, Anies-Cak Imin: Hargai Proses Pemilu
- Prabowo dan Gibran Kompak ke KPU Hadiri Penetapan Presiden-Wapres Terpilih
- Desa Wisata Sangiran Sragen Tawarkan 3 Paket Menarik, Harga Mulai Rp60.000
Berita Pilihan
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Pemkot Jogja Dampingi Pengusaha Muda, Inkonsistensi Menjadi Kendala
- Imunisasi Serentak IBI DIY untuk Memperluas Cakupan
- Pilkada 2024, PDIP DIY Tegaskan Terbuka Bekerja Sama dengan Partai Lain
- Golkar DIY Bakal Terima Nama Calon yang Dijaring di Pilkada 2024, Berikut Nama-nama Kandidatnya
- Harga Bawang Merah di Jogja Masih Stabil Tinggi, Ini Penyebabnya
Advertisement
Advertisement