Advertisement
LAPAS SLEMAN DISERBU: Sipir & Tahanan Perlu Dapat Penanganan Psikologis

Advertisement
[caption id="attachment_390687" align="alignleft" width="370"]http://images.harianjogja.com/2013/03/Lapas-Cebongan22-370x2461.jpg" alt="" width="370" height="246" /> Anggota Polisi berjaga setelah terjadi penyerbuan di Lapas 2B Cebongan, Sleman, Sabtu (23/3). Sejumlah oknum bersenjata menyerbu lapas tersebut pada dini hari dan menyebabkan tewasnya 4 tahanan tersangka pelaku pembunuhan seorang anggota Kopassus yang terjadi pada Selasa (19/3) lalu.
GIGIH M. HANAFI/JIBI/HARIAN JOGJA[/caption]
SLEMAN - Trauma psikologis yang dialami sipir dan tahanan di Lapas Cebongan, Sleman harus segera ditangani. Pasalnya jika tidak akan berdampak pada kualitas kehidupan dan kinerja mereka.
Advertisement
Kepala Lembaga Pemasyarakatan Cebongan Sleman Sukamto Harto menyatakan penyerangan di lapas memang berdampak trauma psikologis pada sipir dan sejumlah tahanan. Ada 10 sipir yang terlibat perkelahian dalam tragedi itu dan puluhan tahanan lain melihat.
"Saya kini tengah memikirkan trauma psikologis para sipir kami. Karena khawatir ada rasa ketakutan secara terus menerus dan berdampak pada kinerjanya," ungkapnya, Sabtu (23/3/2013).
Menanggapi hal itu Psikolog Universitas Mercu Buana Yogyakarta (UMBY), Sriningsih menilai penanganan psikologis sipir dan tahanan penjara harus dilakukan karena jika tidak akan berdampak pada psikologi. Bahkan bisa berimbas terhadap kualitas kerja.
"Coba nanti yang mengalami kekerasan itu enam bulan ke depan. Jika tidak ditangani bisa menyebabkan penurunan pada kerjanya," ucap dosen Fakultas Psikologi ini.
Karena itu salah satu langkah yang perlu dilakukan pihak lapas yakni memberikan psikoterapi kepada mereka terutama sipir yang mendapat perlakuan keras.
"Seberani apapun orang kalau berhadapan dengan situasi seperti tragedi Cebongan pasti menimbulkan stress dan rasa takut berkepanjangan," imbuhnya.
Secara psikologis kasus tersebut juga berdampak pada sipir lain meski tidak terlibat kekerasan. Ia menyarankan agar melakukan relaksasi untuk menghilangkan kecemasan seperti perasaan deg-degan.
Sementara bagi tahanan juga perlu mendapatkan pendampingan psikologis terutama yang melihat atau mendengar secara langsung proses pembantaian terhadap empat tahanan. "Terutama yang ada di sekitar TKP juga bisa menyebabkan trauma dan rasa takut. Karena itu perhatian psikologis juga perlu diberikan kepada tahanan," kata dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Polri Klaim Selesaikan 3.326 Kasus Premanisme dalam Operasi Serentak
Advertisement

Jembatan Kaca Seruni Point Perkuat Daya Tarik Wisata di Kawasan Bromo
Advertisement
Berita Populer
- Soal Kelanjutan Rencana Pengembangan Wisata Malam Parangtritis, Begini Kata Dispar DIY
- Jalan Tegalsari-Klepu Kokap Penghubung YIA-Borobudur Hanya Diperbaiki 4 Kilometer, Ini Alasannya
- Pendaftar Sekolah Rakyat Sonosewu dan Purwomartani Tembus 700 Orang, Dinsos Gelar Verifikasi Lapangan
- Cak Imin Resmikan SPPG BUMDes Tridadi Sleman
- Warga Kasihan Jadi Korban Penipuan Modus Balik Nama Sertifikat
Advertisement