Advertisement
BUAH IMPOR BERFORMALIN : Pengawet Mayat Bikin Buah Lebih Mengkilap

Advertisement
[caption id="attachment_401347" align="alignleft" width="370"]http://www.harianjogja.com/baca/2013/04/29/buah-impor-berformalin-pengawet-mayat-bikin-buah-lebih-mengkilap-401346/buah-impor-mengkilap-ilustrasi-bisnis-indonesia-rachman" rel="attachment wp-att-401347">http://images.harianjogja.com/2013/04/buah-impor-mengkilap-ilustrasi-BISNIS-INDONESIA-Rachman-370x227.jpg" alt="" width="370" height="227" /> Foto Ilustrasi Buah Impor
JIBI/Bisnis Indonesia/Rachman[/caption]
JOGJA—Temuan baru buah mengandung formalin setelah mi kuning, tentu makin membuat konsumen begitu riskan posisinya. Sebenarnya untuk apa formalin yang sehari-hari digunakan untuk pengawet mayat diterapkan pada buah?
Advertisement
Ahli Farmakologi dan Toksikologi Fakultas Kedokteran UGM, Iwan Dwi Prahasto mengatakan FK UGM pernah mencoba melakukan riset kecil mengenai kandungan formalin dalam buah. Dalam penelitian itu diketahui buah lokal maupun impor di Jogja ada yang berpengawet.
Penggunaan formalin pada buah selama ini dimaksudkan untuk mengawetkan dan mempercantik penampilan. Sebab formalin dapat membuat buah menjadi mengkilap.
Agar menjadi mengkilap, awalnya buah hanya dicelupkan sebentar ke dalam cairan formalin. Namun saat ini, justru perendaman dilakukan berlebihan karena dilakukan sepanjang pengiriman buah ke lokasi penjualan.
Dia menjelaskan efek penggunaan formalin tidak tergantung pada kadar tetapi dosis secara kumulatif.
“Kalau dikonsumsi secara kumulatif, risiko dari efek formalin pasti terjadi. Diawali dengan mual-mual, muntah, nyeri kepala sampai pingsan. Yang terberat bisa sebabkan kanker,” jelas Dosen Fakultas Kedokteran (FK) UGM ini kepada Harian Jogja, akhir pekan lalu.
“Walau sedikit, kalau proses perendalam lama, tidak akan butuh waktu lama bagi manusia merasakan dampaknya. Mungkin sekitar seminggu gejala seperti yang saya sebutkan tadi akan terasa,” terangnya.
Adapun ciri-ciri buah berformalin tersebut seperti tampak mengkilap, tidak mudah kusut dan bertahan lebih dari lima hari. Bila sudah seperti ini, Iwan mengimbau masyarakat untuk mengupas buah sebelum mengkonsumsi.
Seperti yang dikatakan Yanti, Iwan juga mengatakan pencucian buah pada air keran tidak berguna, karena air hanya berfungsi menghilangkan debu atau kotoran. Akan lebih membantu, jika buah dicuci menggunakan air hangat. Hanya, cara seperti ini masih jarang dilakukan.
Namun, tegas dia, jika warna daging pada buah terlihat berubah dan ada bau pasir, sebaiknya buah tersebut tidak dikonsumsi. Sebab formalin sudah masuk ke dalam daging buah.
Sampai saat ini, ia belum mendengar adanya pasien yang dirawat karena buah berformalin. Pasalnya gejala yang ditujukan orang yang mengkonsumsi buah berformalin sama dengan sakit lain. Kendati demikian masyarakat diminta untuk berhati-hati atau cermat saat mengkonsumsi buah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Gunung Marapi Erupsi, Tinggi Kolom Abu Mencapai 1,6 Km dari Atas Puncak
Advertisement

Destinasi Kepulauan Seribu Ramai Dikunjungi Wisatawan, Ini Tarif Penyeberangannya
Advertisement
Berita Populer
- 77 Anak di Gunungkidul Berminat Masuk Sekolah Rakyat, Tahapan Seleksi Tinggal Tunggu Pengumuman
- Ketua DPP PDIP Djarot Syaiful Hidayat Gembleng Kader 3 Pilar PDI Perjuangan Kota Yogyakarta
- Serap Gabah 111 Ribu Ton, Bulog Kanwil Jogja Sewa Gudang Tambahan
- Libur Waisak, DIY Diserbu Ratusan Ribu Kendaraan
- Dua Ekor Sapi Kurban untuk Presiden Prabowo Dipasok dari Bantul
Advertisement