Advertisement

Kompetisi Panah Tradisional Haornas Raih Dua Rekor MURI

Redaksi Solopos
Minggu, 01 September 2013 - 14:24 WIB
Nina Atmasari
Kompetisi Panah Tradisional Haornas Raih Dua Rekor MURI

Advertisement

[caption id="attachment_443072" align="alignleft" width="450"]http://www.harianjogja.com/baca/2013/09/01/kompetisi-panah-tradisional-haornas-raih-dua-rekor-muri-443071/panahan-tradisional-mataram-antarafoto-2" rel="attachment wp-att-443072">http://images.harianjogja.com/2013/09/panahan-tradisional-mataram-antarafoto1.jpg" alt="" width="450" height="300" /> Foto ilustrasi panahan tradisional Mataram. (JIBI/Harian Jogja/Antara)[/caption]

Harianjogja.com, JOGJA - http://www.harianjogja.com/baca/2013/09/01/lomba-panah-tradisional-buka-haornas-2013-443065">Kompetisi Gladhen Hageng Jemparingan atau lomba panahan tradisional di Alun-alun Selatan Jogja yang menjadi pembuka rangkaian peringatan Hari Olahraga Nasional 2013 di DIY, berhasil meraih dua rekor Museum Rekor Indonesia (MURI).

Advertisement

Vivien Ratnawati dari Museum Rekor Indonesia (Muri) memberikan dua penghargaan untuk kegiatan tersebut yaitu peserta jemparingan dengan menggunakan pakaian trasional terbanyak dan penghargaan sebagai pelopor penggunaan anak panah sendaren saat pembukaan.

Anak panah sendaren adalah anak panah yang dilengkapi sebuah alat khusus sehingga saat dilesakkan berdesing lebih kuat.

Menteri Pemuda dan Olahraga Roy Suryo yang membuka kegiatan tersebut mengatakan, jemparingan merupakan budaya asli Yogyakarta yang perlu terus dilestarikan dan dikembangkan.

"Kegiatan ini bisa dilakukan oleh siapa saja. Ada tiga tujuan yang bisa dicapai melalui kegiatan ini, mulai dari peringatan Hari Olahraga Nasional, pelestarian budaya dan raihan rekor Muri," katanya, di sela kegiatan, Minggu (1/9/2013).

Salah satu peserta jemparingan, Bimo Udara mengatakan, sudah dua tahun terakhir rutin mengikuti jemparingan.

"Biasanya, kami berlatih di Puro Pakualaman atau di Atmajaya. Yang paling sulit karena busur panah tidak dilengkapi dengan alat khusus untuk mengintai sasaran," katanya.

Bimo mengaku menyenangi kegiatan tersebut karena jemparingan bisa menjadi upaya rekreasi dan melatih konsentrasi.

"Saat akan memanah, pikiran dan hati harus tenang. Jika tidak, maka anak panah bisa meleset dari sasaran," katanya yang berharap kegiatan tersebut tidak punah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terkait

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

PBB Sebut Evakuasi Warga Rafah Butuh Waktu 10 Hari

News
| Rabu, 01 Mei 2024, 21:57 WIB

Advertisement

alt

Peringati Hari Pendidikan Nasional dengan Mengunjungi Museum Dewantara Kirti Griya Tamansiswa di Jogja

Wisata
| Rabu, 01 Mei 2024, 14:17 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement