Advertisement

GUNUNG MERAPI : Antara Reboisasi atau Pariwisata

Redaksi Solopos
Selasa, 31 Maret 2015 - 22:20 WIB
Mediani Dyah Natalia
GUNUNG MERAPI : Antara Reboisasi atau Pariwisata HARIANJOGJA/GIGIH M. HANAFILava jeep tour bergantian menggunakan jalan dengan truk pengangkut material saat melintasi kawasan Kaliadem, Desa Kepuharjo, Kec. Cangkringan, Sleman, Rabu (5 - 11). Empat tahun lalu 5 NOvember 2010 Gunung Merapi mengalami puncak letusan besar yang menelan ratusan korban jiwa. Sekitar 150 juta meter kubik material di keluarkan Merapi pada saat itu.

Advertisement

Gunung Merapi, terutama ekosistem hutan di lereng kawasan tersebut masih mengalami kerusakan.

Harianjogja.com, BANTUL - Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X mengatakan upaya reboisasi atau penanaman pohon kembali di kawasan lereng Gunung Merapi Kabupaten Sleman sangat problematis.

Advertisement

"Bagi saya itu (reboisasi) di lereng Merapi itu penting, namun sampai sekarang memang sangat problematis di lereng Merapi itu," kata Sultan disela acara pencanangan program penanaman 5.000 pohon di Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS) wilayah Kabupaten Bantul, Senin (30/3/2015).

Menurut Sultan, upaya reboisasi lereng Merapi penting dilakukan karena pihaknya butuh sumber-sumber mata air baru, sebab masyarakat di Sleman, Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul dirugikan dengan kerusakan ekosistem hutan di lereng Merapi.

Kerusakan ekosistem hutan di lereng Gunung Merapi sendiri terjadi karena terkena awan panas saat erupsi gunung tersebut pada 2010, namun, menurut Sultan, bencana itu membawa berkah bagi masyarakat setempat karena memunculkan wisata baru yakni 'lava tour Merapi'.

"Memang kehendak masyarakat juga berbeda, karena dengan 'lava tour' memang mendapatkan peningkatan kesejahteraan, akan tetapi di satu pihak sulit bagi kami wilayah itu (lereng Merapi) untuk direboisasi," katanya.

Hanya saja, Sultan mengkhawatirkan bencana erupsi Merapi yang masih mungkin terjadi, sebab menurutnya gunung tersebut mempunyai aktivitas rutin dalam empat tahun sekali yakni memuntahkan lava seperti pada 2010.

"Kami khawatir, karena kalau lava itu turun lagi 'ya' seperti lewat jalan tol, karena sudah pasir semua tidak ada hutan tidak ada penghalang apapun, jadi batu juga akan meluncur dengan kecepatan yang jauh lebih cepat dari 2010 lalu," katanya.

Namun demikian, Sultan berharap kepada warga yang mempunyai lahan dan tempat tinggal di kawasan lereng Merapi dan telah diberikan sertifikat dari pemerintah setempat mempunyai kesediaan untuk melakukan penanaman berbagai pohon.

"Sehingga pohon tersebut bisa menghambat lava maupun batu dari aktivitas Merapi dan menahan agar tidak terlalu jauh turun ke bawah (pemukiman padat penduduk)," kata Sultan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terkait

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Kemenkopolkam: Berantas Premanisme Berkedok Ormas Lewat Penindakan Hukum

News
| Minggu, 11 Mei 2025, 11:47 WIB

Advertisement

alt

Amerika Serikat Keluarkan Peringatan Perjalanan untuk Warganya ke Indonesia, Hati-Hati Terorisme dan Bencana Alam

Wisata
| Sabtu, 10 Mei 2025, 20:57 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement