Advertisement
SABDA RAJA : Ini Alasan Warga Pasang Spanduk "Kembalikan Paugeran"
Advertisement
Sabda Raja yang direspon negatif juga datang dari masyarakat awam.
Harianjogja.com, JOGJA-Respon negatif Sabda Raja tidak hanya dari rayi dalem. Masyarakat awam juga ada yang menentang kebijakan tersebut. Sebagai bentuk protes spanduk berukuran 1x4 meter di pasang di sejumlah titik di Jogja, Sleman dan Bantul.
Advertisement
"Ada 200 spanduk yang sudah dipersiapkan untuk di pasang di jalan-jalan utama," kata warga DIY, Muhammad Muslih yang memasang spanduk itu saat ditemui di Alun-alun Utara, Jumat (8/5/2015).
Muslih mengatakan pemasangan spanduk itu bukan hanya atas inisiatif warga Kauman, melainkan warga Jogja yang tidak setuju dengan keputusan Sultan mengganti gelar Raja Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Muslih juga mengklaim tindakannya juga didukung oleh beberapa pengasuh pondok pesantren di DIY.
"Kami sebagai warga Jogja prihatin dengan kondisi di Kraton, kami ingin elingke Sultan," kata Muslih.
Menurut Muslih, keputusan Sultan dalam Sabda Raja sangat mengagetkan warga, khususnya umat Islam karena Sultan akan menghilangkan gelar khalifatullah. Padahal, kata dia, gelar itu selama ini melekat dalam diri Sultan sejak zaman dahulu.
Muslih menegaskan, apa yang ia lakukan bersama warga Jogja lainnya murni atas dasar kecintaan terhadap Jogja. Ia mengatakan tidak ingin Jogja pecah dan kehilangan keistimewaan hanya karena sikap Sultan yang terlalu cepat mengambil keputusan.
"Sultan harus mendengarkan suara rakyat Jogja," ucap Muslih.
Sebelumnya Sultan mengeluarkan Sabda Raja, Kamis (30/4/2015) di Siti Hinggil, Komplek Kraton. Dari informasi yang beredar poin sabda raja tersebut di antaranya adalah menghilangkan klausul khalifatullah, mengganti kalusul Buwono menjadi Bawono, mengubah perjanjian pendiri Mataram Ki Ageng Pemanahan dengan Ki Ageng Giring, dan Sultan juga akan menyempurnakan keris Kanjeng Kyai Ageng Kopek dengan Kanjeng Kyai Joko Piturun.
Meski akhirnya Sultan membantah isi Sabda Raja tersebut. Namun kerabat Kraton yang ikut dalam Sabda Raja membenarkan poin Sabda Raja yang tertulis di media. Kemudian pada Selasa (5/5/2015), Sultan kembali mengeluarkan Sabda Raja (Dawuh Raja). Dalam Dawuh Raja itu Sultan mengganti gelar putri sulungnya GKR Pembayun menjadi GKR Mangkubumi Hamemayu Hayuning Bawono Langgeng Ing Mataram.
Atas keluarnya Sabda Raja ini menimbulkan polemik di internal Kraton. Bahkan sejumlah rayi dalem atau adik-adik Sultan HB X datang ke Jogja menemui langsung Sultan. Sampai Jumat (8/5) sore belum diketahui pasti isi dari pertemuan Sultan dan saudara-saudaranya itu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Kerugian Negara Akibat Kasus yang Menjerat Tom Lembong Rp194 Miliar
Advertisement

Taman Kyai Langgeng Magelang Kini Sediakan Wisata Jeep untuk Berpetualang
Advertisement
Berita Populer
- Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting di Gunungkidul, Warga Diberikan Bantuan Indukan Ayam Petelur
- Jalur dan Titik Keberangkatan Trans Jogja Melewati Kampus, Sekolah, Rumah Sakit, dan Malioboro
- Ubur-ubur Sudah Bermunculan di Sejumlah Pantai Kulonprogo, Wisatawan Diminta Waspada
- Disnakertrans Bantul Alokasikan Anggaran JKK dan JKM untuk Masyarakat Miskin Esktrem
- Sekolah Rakyat di DIY Masih Kekurangan Guru, DPRD Nilai Terlalu Terburu-Buru
Advertisement
Advertisement