Advertisement

KINCIR AIR : Kincir Air Rakitan Warga Gunungkidul Ini Membantu Irigasi Saat Kemarau

David Kurniawan
Kamis, 10 September 2015 - 00:20 WIB
Nina Atmasari
KINCIR AIR : Kincir Air Rakitan Warga Gunungkidul Ini Membantu Irigasi Saat Kemarau Hadi Winarto saat mengalirkan air yang berasal dari kincir air yang berada di pinggiran Dusun Jamburejo, Sodo Paliyan, Selasa (8/9 - 2015). (Harian Jogja/David Kurniawan)

Advertisement

Kincir air hasil rakitan warga Gunungkidul membantu irigasi saat musim kemarau

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL- Kincir air raksasa didirikan di pinggiran Dusun Jamburejo, Sodo, Paliyan. Keberadaan fasilitas ini sangat membantu warga dalam memelihara tanaman pertanian di kawasan itu.

Advertisement

Pepatah lama mengatakan ora obah ora mamah (tidak bergerak maka tidak makan) menjadi acuan bagi sebagian masyarkat Jawa dalam menjalankan kehidupan sehari-hari.

Pepatah ini juga bisa memicu masyarakat untuk terus berkarya dan berkreativitas sehingga segala kebutuhan bisa tercukupi tanpa adanya kekurangan suatu apapun.

Apa yang dilakukan Hadi Winarto-Sunaryo, duet ayah dan anak asal Dusun Jamburejo, Desa Sodo, Kecamatan Paliyan ini bisa dikatakan sebagai pengejawantahan dari pepatah lama itu. Berkat tangan dingin mereka, petani di Jamburejo bisa menghemat biaya untuk memelihara lahan pertanian di kawasan itu saat musim kemarau.

Sejak tahun lalu, duet ayah-anak ini berinovasi dengan membuat kincir air dengan peralatan sederhana. Namun demikian, manfaat dari keberadaan kincir ini bisa dirasakan masyarakat, untuk menyirami tanaman di sekitarnya. Bahkan air yang dihasilkan sudah bisa disalurkan ke perkampungan warga sejauh 300 meter.

Padahal letak bangunan ini berada jauh dari pemukiman, karena terletak di aliran sungai Kaligede yang ada di pinggiran Dusun Jamburejo. Saking sederhanya, kincir air itu tak bisa permanen, saat musim penghujan akan diturunkan, nanti saat musim kemarau seperti sekarang akan dipasang lagi.

Cara kerja alat ini cukup sederhana, dengan memanfaatkan derasnya aliran sungai. Kincir air berbentuk lingkaran berdiameter sekitar delapan meter. Untuk memutar kincir, Sunaryo memasang lempengan seng sebanyak 20 lembar di seluruh rangka kincir. Jarak satu lempeng dengan lempeng lainnya sekitar 1,25 meter, di mana di masing-masing lempeng terdapat potongan bambu berukuran sedang.

Untuk menggerakan roda, sangat berganting dengan gravitasi pada aliran air. Saat lempengan seng masuk ke dalam air, secara otomatis kincir akan berputar karena terdorong aliran air sungai.

Sementara itu, potongan-potongan bambu berfungsi sebagai pembawa air. Saat posisi berada di puncak tertinggi, perlahan-lahan air yang berada di dalam tumpah di bak penampungan yang disediakan.

Sejurus kemudian air akan mengalir ke pipa-pipa paralon yang tersedia. Dengan metode seperti ini sangat membantu warga sekitar, karena para petani tak harus merogoh kocek yang dalam untuk mengairi lahan.

“Sebelum adanya alat ini, banyak warga yang menggunakan disel untuk menyirami tanamannya,” kata Hadi Winarto saat ditemui awak media, Selasa (8/9/2015).

Dia mengaku berkat inovasi teknologi ini, setidaknya bisa mengaliri 0,5 hektare lahan milik warga. Sebagai dampaknya, tanaman yang ada mulai dari rumput gajah, tembakau dan kacang-kacangan tidak kekurangan air dan terlihat hijau.

Tanda-tanda musim kemarau pun seperti tak terlihat, karena saking hijaunya tanaman disekitar kincir. “Jelas sangat membantu, ke depannya kami ingin air yang dihasilkan bisa dimanfaatkan warga sekitar bukan hanya untuk pertanian saja,” ujar pria berusia 60 tahun ini.

Dia mengungkapkan, kincir air raksasa ini sudah dipasang dua kali. Pemasangan dilakukan setiap musim kemarau sehingga lahan-lahan yang berada di sekitar aliran sungai dapat teraliri air.

Untuk membuat kincir ini, Hadi mengakui, anaknya harus merogok kocek sekitar Rp 2 juta. Dana tersebut digunakan untuk membeli besi as, laher, bambu serta pipa untuk mengalirkan air.

“Meski belum seluruh lahan bisa teraliri, setidaknya bisa menghemat pengeluaran penduduk. Sebab sebelum ada kincir, warga harus membeli bensin sekitar lima liter untuk bisa menghidupkan diesel untuk menyedot air yang kemudian dialirkan ke ladang,” urai pria satu anak itu.

Salah seorang warga, David mengaku merasakan betul manfaat keberadaan kincir air tersebut. para pemilik lahan bisa menggunakan fasilitas ini secara bergantian. “Untuk lahan yang di sisi timur, airnya akan ditampung dulu di sebuah bak penampungan. Tapi yang di sebelah barat bisa langsung dialirkan melalui pipa yang telah disediakan,” ujar dia. (David Kurniawan)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terkait

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Libur Panjang Waisak: Tol Trans Jawa Ramai Lancar

News
| Minggu, 11 Mei 2025, 14:57 WIB

Advertisement

alt

Amerika Serikat Keluarkan Peringatan Perjalanan untuk Warganya ke Indonesia, Hati-Hati Terorisme dan Bencana Alam

Wisata
| Sabtu, 10 Mei 2025, 20:57 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement