Advertisement
DONOR DARAH : Kisah Sukarelawan Pendonor Darah, 100 Kali Donor, 100 Kali Selamatkan Orang

Advertisement
Donor darah menjadi kisah tersendiri bagi sebagian orang dalam menyelamatkan nyawa orang lain
Harianjogja.com, JOGJA- Tilya Sujiyanto masih ingat betul kala pertama kali menyisihkan darahnya untuk membantu pasien. Saat itu sang ibu yang membutuhkan pertolongan. Pengalaman pertama itu pun mengantarkannya menjadi pendonor sukarela yang rutin mengeluarkan darah setiap 75 hari sekali.
Advertisement
Saat peristiwa itu Tilya masih merupakan siswa kelas 2 SMA, sekitar tahun 1971. Ibunya menderita peradangan usus buntu dan memerlukan pembedahan segera. Pasokan darah yang cocok pun diperlukan demi menggantikan darah yang terbuang selama proses operasi.
Pria 57 tahun yang memiliki golongan darah sama dengan sang ibu tak perlu berpikir dua kali. Dia pun menyodorkan diri untuk menjadi donor. Beberapa mililiter darah B+ yang dimilikinya dikeluarkan untuk diolah dan ditransfusikan ke tubuh sang ibu. Pengorbanannya tak sia-sia karena berkat darahnya ibu yang dicintainya mampu melewati proses operasi dengan selamat.
“Saya menangis waktu itu dan bertekad melanjutkan donor darah. Orangtua pun mendukung karena bisa bermanfaat bagi orang lain,” kata dia.
Meskipun sempat vakum selama empat tahun karena tempat kerjanya jauh dari lokasi PMI, warga Canden, Jetis, Bantul ini akhirnya bisa kembali rutin mendonorkan darahnya sekembalinya ke DIY. Sejak saat itu dia tak pernah absen berdonor sampai saat ini dan sudah membukukan lebih dair 75 kali donor. Kebiasaan ini bahkan menular ke saudara dan keluarganya. Adik kandung Tilya bahkan sudah lebih dari 60 kali mendonor darah ke PMI.
“Saya enggak pernah sakit selama jadi donor. Justru lama berhenti donor kepala jadi senut-senut. Dokter sampai bercanda, katanya darah saya sudah kepenuhan,” tuturnya sambil tersenyum.
Pengalaman berbeda dialami Sapar Sayudi, 60. Warga Banguntapan, Bantul ini sudah lebih dari 100 kali menyumbangkan darahnya lewat PMI. Tak ada alasan khusus mengapa ia melakukannya. Sapar mengatakan dirinya hanya senang saja bila darahnya masih terus bisa dimanfaatkan untuk membantu orang lain.
“Jadi untuk rasa kemanusiaan saja. Sejak tahun 1978 rutin ke PMI, sempat berhenti karena sakit tapi setelahnya lanjut lagi,” ujar ayah lima anak ini.
Prestasi yang fantastis itu pun membuahkan berbagai penghargaan bagi dirinya. Termasuk sebuah lencana penghargaan khusus dari PMI yang tersemat di dada kirinya.
Kesukarelaan Tilya dan Sapar itu pun mendapatkan penghargaan dari PMI. Sapar sudah terlebih dahulu mendapatkan penghargaan tahun lalu. Sementara Tilya menerima penghargaan dari PMI DIY di Bangsal Kepatihan Kamis (14/1/2016). Penghargaan ini bagi mereka bukan menjadi akhir namun menjadi motivasi untuk terus berdonor lebih banyak.
“Menyumbangkan darah 100 kali berarti menyelamatkan 100 nyawa orang lain, jadi saya akan tetap berdonor,” tegas Sapar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Menteri PU Targetkan 66 Sekolah rakyat Dapat Diresmikan Prabowo Juli 2025
Advertisement

Jembatan Kaca Seruni Point Perkuat Daya Tarik Wisata di Kawasan Bromo
Advertisement
Berita Populer
- Viral Video Kritik Layanan Uji Kir Bantul, Dishub Bantah dan Ungkap Fakta Lapangan
- Kenaikan Suhu Bumi Memperparah Kondisi Penderita Lupus
- Frekuensi Perjalanan Kereta Api Lebih Padat pada Libur Waisak, KAI Daop 6 Jogja Himbau Masyarakat Berhati-hati
- Warga Tangkap Terduga Pelaku Pelecehan Seksual Anak di Semin Gunungkidul
- Petugas BPBD Bantul Evakuasi Pekerja yang Tersengat Listrik di Banguntapan
Advertisement