Advertisement
MASALAH LINGKUNGAN : Ruwatan Code, Beragam Cara Mencintai Sungai

Advertisement
Masalah lingkungan seperti penggunaan plastik perlu diperhatikan.
Harianjogja.com, JOGJA-Mencintai Code diwujudkan dengan berbagai cara. Membuat karya seni hingga menyusuri sungai untuk mengambil sampah menjadi ungkapan kepedulian terhadap sungai yang membelah Kota Jogja tersebut.
Advertisement
Saat tiba di Jogja dua bulan lalu, Vivien Poly dan Alexandra, warga Prancis terkesima dengan banyaknya kantong plastik di Indonesia. Kondisi yang menurut mereka cukup mengecewakan karena Jogja sebenarnya memesona.
Kesempatan untuk menyampaikan ungkapan itu pun tiba saat kenalan yang ditemuinya di Indonesia memberitahukan adanya aksi Ruwatan Code yang dihelat Rabu (30/3/2016). Dalam aksi itu beberapa seniman menorehkan pemikiran mereka tentang Kali Code dalam bentuk mural di dekat Jembatan Kewek. Vivien yang menggeluti dunia fotografi pun tak mau ketinggalan untuk menyampaikan kegundahannya tentang tumpukan plastik di Jogja.
“Masalah ini sebenarnya bukan hanya di Indonesia. Di tempat lain termasuk di Prancis pun sama,” ungkap dia, Rabu.
Karya Vivien berupa foto yang dicetak dalam kertas berukuran besar. Menggambarkan sosok manusia yang kepalanya terbungkus kantong plastik. Poster itu dibuatnya selama dua hari dengan bantuan istrinya dan dicetak dalam format monokrom hitam putih. Seusai ditempel, di bagian bawah poster jumbonya dia menorehkan tulisan “plastic overdose-overdosis plastik” dengan cat semprot warna merah.
“Di Indonesia musim hujan membuat sungai terlihat bersih karena plastik terbawa arus, tapi saat musim kemarau plastik akan terlihat menumpuk dan mengganggu, sudah saatnya kita mengurangi penggunaan plastik,” kata dia menjelaskan maksud karya yang ditempelkannya.
Aksi berbeda tetapi memiliki maksud yang sama dilakukan juga oleh Faradhila Ariani. Mahasiswa UMY yang tergabung dalam Mahasiswa Pecinta Alam (Mapala) ini memilih kegiatan bersih-bersih di sepanjang Code saat Ruwatan Code.
Aksi itu dimulainya sejak pagi dari sekitar Jembatan Gondolayu. Bersama belasan sukarelawan lainnya dia tak risih saat harus berkubang di aliran Code untuk membongkar gundukan sampah untuk dimasukkan ke dalam karung yang sudah disediakan. Selama sekitar satu jam Dhila dan kawan-kawan menyusuri aliran sampai finish di Kewek.
“Lumayan dapat segitu,” katanya sambil menunjuk tumpukan karung berisi sampah.
Perjalanan di sepenggal Code pun meninggalkan kesan bagi Dhila. Tumpukan sampah yang menggunung sampai kandang yang dibuat seadanya di tepi sungai menurutnya menimbulkan masalah tersendiri. Dia pun tak heran bila Code bisa meluap karena banyaknya penghalang yang merintangi arus sungai.
“Pemerintah mestinya jangan tutup mata dengan fenomena ini, masyarakat juga janganlah buang sampah di kali, sayang sekali karena Jogja punya Code yang jadi ikon dan terbilang lancar mengalir,” kata dia.
Selain Vivien dan Dhila, masih banyak lagi sukarelawan dan komunitas yang bergabung dalam aksi Ruwatan Code. Mereka memiliki cara masing-masing untuk menunjukkan kecintaannya pada sungai yang membelah kota Jogja ini. Ada yang menggelar aksi doa bersama hingga menampilkan karya seni tradisional.
Koordinator Ruwatan Code, Anang Nasichudin menyebut langkah mereka sebagai langkah sederhana untuk mengembalikan harmoni kehidupan, baik sesama manusia maupun antara manusia dengan alam.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

4 Anak di Jagakarsa Ditemukan Tewas di Kamar, Pelaku Diduga Orang Tua Kandung
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Jadwal Kereta Bandara YIA Xpress Rabu 6 Desember 2023, Tiket Rp50.000
- Jadwal KRL Solo-Jogja, Berangkat dari Palur Rabu 6 Desember 2023
- Jadwal Bus Damri Trayek Menuju Bandara YIA Rabu 6 Desember 2023
- Jadwal SIM Keliling di Kota Jogja Desember 2023
- Daftar Jalur Trans Jogja Melewati Kampus, Sekolah dan Rumah Sakit
Advertisement
Advertisement