Advertisement
RENTENIR DI JOGJA : Miris, Gara-Gara Terjerat Utang Rentenir, Pedagang Pasar Ini Harus Jual Kiosnya
Advertisement
Rentenir di Jogja membuat pedagang pasar terjerat utang
Harianjogja.com, JOGJA- Pada pertengahan 2010 lalu, Djoni Warijan terpaksa harus menjual kios satu-satunya yang dia miliki di Pasar Klitikan, Pakuncen, Wirobrajan. Ia terpaksa menjual kios berukuran 3x2 meter persegi itu untuk menutupi hutangnya yang menumpuk.
Advertisement
Sejak enam tahun lalu sampai sekarang Djoni masih mengontrak kios di Blok III lantai dasar Pasar Klitikan. Pria kelahiran 1957 lalu itu masih tetap berjualan sepatu dan pakaian bekas. Kondisi itu tidak jauh berbeda saat dirinya berjulan di Jalan Mangkubumi (sekarang Jalan Margo Utomo) belasan tahun silam tepatnya sebelum digusur.
Awal direlokasi ke Pasar Pakuncen ia sempat gembira mendapat kios dan pinjaman modal dari salah satu bank. Usahanya saat itu lancar, setidaknya sampai akhir 2009. Namun, pada 2010 kiosnya mulai sepi. Sementara angsuran di bank harus dia bayar rutin.
Djoni pun terpaksa untuk membayar hutang bank dengan cara meminjam kepada rentenir-bank plecit. Lambat laun, ia dipusingkan dengan tagihan rentenir setiap hari, akhirnya ia kembali meminjam uang kepada rentenir lainnya untuk menutupi angsuran rentenir pertama. Setidaknya ayah dari empat anak dan dua cucu ini meminjam uang sampai ke tiga rentenir berbeda.
Djoni pun 'diteror' tagihan setiap hari dari para rentenir. Belum lagi dari bank, "Daripada pusing saya jual kios, selesai semua hutang di bank dan bank pelecit waktu itu," kata dia di kiosnya, Minggu (27/11/2016).
Untuk melanjutkan usahanya, ia mengontrak bekas kiosnya dengan modal usaha sisa hasil penjualan kios. Namun, karena jualannya terus sepi, sementara ia harus menghidupi keluarganya.
Ia mencoba meminjam ke bank dengan jaminan sertifikat rumah. "Sertifikat rumah saya tidak laku katanya karena di pinggir kali. Rumah saya memang pas di pinggir kali," ucap warga bantaran kali Code, Jogoyudan, Gowongan, Jetis ini.
Akhirnya ia pinjam pada rentenir yang setiap hari berkeliaran di sekitar pasar Pakuncen. Namun, kini pinjamannya di rentenir tidak terlalu banyak seperti dulu. Ia meminjam tidak lebih dari lima juta kepada beberapa rentenir. Tiap satu rentenir pinjaman Rp1 juta ia menerima Rp900.000, kemudian angsurannya Rp40.000 setiap hari selama satu bulan.
Ia terpaksa meminjam modal pada rentenir karena sudah tidak punya jalan lain. "Syarat-syaratnya juga tidak ada, tidak seperti pinjam di bank harus ada jaminan," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Dipimpin Nana Sudjana, Ini Sederet Penghargaan Yang Diterima Pemprov Jateng
Advertisement
Sandiaga Tawarkan Ritual Melukat ke Peserta World Water Forum di Bali
Advertisement
Berita Populer
- Prediksi Cuaca Jogja dan Sekitarnya Kamis 25 April 2024: Hujan Lebat Sleman dan Gunungkidul
- Jadwal Terbaru! KRL Jogja-Solo Kamis 25 April 2024, Berangkat dari Stasiun Tugu dan Lempuyangan
- Jadwal Kereta Bandara YIA Xpress Kamis 25 April 2024, Tiket Rp50 Ribu
- Jadwal Kereta Api Prameks Jogja-Kutoarjo Kamis 25 April 2024
- Terbaru! Jadwal KRL Solo-Jogja, Berangkat dari Palur Kamis 25 April 2024
Advertisement
Advertisement