Advertisement
EKONOMI KREATIF : Jadi Pelopor Martabak Tanpa Dilipat
Advertisement
Ekonomi kreatif kali ini mengenai dunia kuliner
Harianjogja.com, JOGJA-Variasi bisnis kuliner di Jogja semakin beragam. Tak hanya makanan berat berbahan dasar nasi, camilan dan kudapan harian pun dijajakan dengan sentuhan modern khas anak muda.
Advertisement
Markobar salah satunya. Martabak khas Kota Barat, Solo, ini dipasarkan dengan toping yang beragam. Markobar tak hanya menyajikan rasa cokelat, kacang, dan keju layaknya martabak manis pada umumnya, tetapi lebih menggunakan aneka rasa modern seperti toblerone, kitkat, cadburry, silverqueen, delfie, dan nutella.
Bisnis martabak yang segera mendunia ini salah satunya dimiliki oleh putra Presiden RI Joko Widodo yaitu Gibran Rakabuming Raka. Markobar sendiri sudah hadir di Solo sejak 1996. Namun tiga tahun belakangan ini, ia bersama tim berusaha membuat terobosan martabak manis yang lain dengan yang lain. Selain dari variasi toping, ia juga mengenalkan martabak manis tanpa dilipat."Jadi pakai toping saja. Satu loyang sudah ada delapan potong, delapan rasa," tuturnya pada Harian Jogja, belum lama ini.
Satu loyang martabak berdiameter 20 cm dijual dengan harga Rp70.000. Namun harga di satu wilayah dengan wilayah lain berbeda, tergantung kondisi ekonomi di wilayah tersebut. Di Jakarta misalnya, satu loyang bisa dijual Rp100.000 per porsi.
Gibran mengatakan, jika dilihat dari tampilan, rasa, dan harga, produk ini memang premium. Namun kalangan muda khususnya mahasiswa bisa membeli dan menyantap bersama-sama dengan teman-temannya agar tidak merasa terlalu mahal.
Menu martabak yang dihadirkan di Jogja masih sebatas martabak manis. Sementara di Solo, ia sudah menawarkan martabak manis berbagai ukuran dan juga martabak asin. Ia berencana menghadirkan menu lengkap seperti yang tersaji di Solo.
Di Jogja sendiri, Gibran sudah memiliki dua gerai Markobar yang terletak di daerah seturan dan Indomaret Point Kolombo. Dalam sehari, ia bisa menjual 70-80 loyang per hari per gerai. Dua gerai tersebut menawarkan konsep bisnis yang berbeda. Di Seturan, Markobar hadir dengan konsep cafe, sementara di Indomaret Point Kolombo hadir dengan konsep kontainer. "Kita punya tiga konsep. Satunya lagi foodtruck," katanya. Menurut Gibran, konsep kontainer dan foodtruck bisa meminimalisir biaya operasional yang dikeluarkan.
Selain untuk anak muda, Markobar juga cocok dinikmati kalangan keluarga. Gibran mengatakan, prospek Markobar di Jogja cukup baik karena bentuk dan rasa yang disajikan bisa sesuai untuk selera mahasiswa. Ia juga melihat bahwa Jogja sangat cocok untuk mengembangkan bisnis kuliner. Hal ini disebabkan Jogja memiliki banyak mahasiswa dari berbagai daerah. Mereka dianggap sebagai pasar yang potensial.
Dalam mempromosikan produknya, Gibran dan tim mengandalkan sosial media. Hampir 80% promosi dilakukan di sosial media, seperti Facebook dan Instagram. Ia juga aktif melakukan promosi di radio.
Markobar sudah tersebar di seluruh Indonesia dengan total 21 gerai. Di setiap gerai, Markobar mempekerjakan anak-anak muda yang dinamis dan produktif. Mereka berusia sektar 20-30 tahun. Sebelum bekerja, mereka wajib mengikuti training di Markobar Solo. Manajemen juga menerapkan SOP dalam produksi martabak. "Jadi bisa dipastikan rasa di Markobar yang satu dengan yang lain akan tetap sama," tuturnya.
Sebagai enterpreneur, ia mengajak anak muda untuk tidak takut memulai usaha. "Jalani saja, mengalir," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Penetapan Pilpres oleh KPU, Gibran: Nanti Ada Beberapa Pertemuan
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Dukung Program Desentralisasi Sampah, Ini Harapan DPRD Jogja
- Viral Sampah Menumpuk Selama Seminggu di Pasar Beringharjo Timur, Sudah Diangkut Sisakan Bau Menyengat
- MPBI DIY Bakal Mengawal Penyaluran THR Lebaran yang Belum Tuntas
- 391 Jamaah Haji Kota Jogja Akan Berangkat Dalam 3 Kloter
- Januari-April, Belasan Anak di Jogja Terpapar Kasus Flu Singapur, Berikut Gejalanya
Advertisement
Advertisement