Advertisement

INOVASI MAHASISWA : Daun Kelor Diproduksi Jadi Minuman Bergizi

Sabtu, 13 Mei 2017 - 21:19 WIB
Nina Atmasari
INOVASI MAHASISWA : Daun Kelor Diproduksi Jadi Minuman Bergizi

Advertisement

Dua mahasiswa kebidanan dari Akademi Kebidanan Yogyakarta (AKBIDYO) berhasil mengembangkan produk minuman dari daun kelor

 
Harianjogja.com, JOGJA - Dua mahasiswa kebidanan dari Akademi Kebidanan Yogyakarta (AKBIDYO) berhasil mengembangkan produk minuman dari daun kelor. Mereka adalah Nimas Arum Saraswati dan Sundari. Produk minuman yang diberi nama Kalokola Healthy Drinks ini merupakan terobosan  inovasi terbaru untuk pengolahan daun kelor.

Advertisement

Menurut Nimas, ide ini muncul karena melihat minat masyarakat yang masih rendah  terhadap produk olahan daun kelor yang dianggap masih monoton sehingga kurang  diminati. Selain itu, masyarakat juga masih belum sadar terhadap manfaat dari daun kelor tersebut.

“Ide ini muncul sebagai inovasi serta gagasan baru untuk memenuhi kebutuhan gizi dan memperbaiki taraf kesehatan masyarakat,” kata Nimas, Kamis (11/5/2017).

Ia menjelaskan secara ilmiah daun kelor berkhasiat untuk mengatasi kekurangan gizi serta mencegah dan menyembuhkan berbagai penyakit. Kelor mengandung protein lebih tinggi daripada protein yang ada pada susu, sedangkan dari segi komposisi asam amino, kelor memiliki kadungan asam amino esensial lebih banyak dari pada susu, seperti asam amino yang berbentuk asam aspartat, asam glutamat, alanin, valin, leusin, isoleusin, histidin, lisin, arginin, venilalanin, triftopan, sistein dan methionin.

“Tidak hanya itu. Kelor juga mengandung banyak vitamin yang diperlukan oleh tubuh antara lain vitamin A, B1, B3, B12 dan vitamin C,” katanya.

Sayangnya, dari berbagai macam manfaat luar biasa dari kelor, tidak semua masyarakat luas mengetahui khasiat kelor yang  sangat menakjubkan tersebut. Kurangnya ketersebaran informasi serta inovasi yang dianggap monoton menjadikan penurunan  minat masyarakat untuk mengonsumsi kelor.

Oleh karena itu, diperlukan inovasi baru untuk menumbuhkan minat masyarakat dalam mengkonsumsi kelor. Salah satu yang mereka lakukan adalah dengan memadukan berbagai macam varian rasa yaitu jaya (jahe soya), kotcha (kelor matcha),Cobi (Coklat Ubi ungu), Vanibi (Vanila  Ubi ungu), coklat, stroberi dan vanila.

Menurut Sundari, perpaduan berbagai rasa ini diharapkan dapat menyamarkan rasa asli dari kelor yang sedikit monoton dan kurang terlalu diminati sehingga tanpa sadar mereka telah mengonsumsi kelor dengan berbagai manfaatnya. Produk olahan kelor ini  diolah dalam bentuk minuman serbuk  kesehatan yang diberi nama Kalokola Healthy  Drinks.

“Harapannya, minuman  ini dapat  menjadi  minuman sehat  untuk  memenuhi setiap kebutuhan nutrisi masyarakat luas mulai dari anak-anak hingga lansia. Dengan demikian, masih terbuka peluang  yang  sangat  besar dalam  pengembangan  produk ini  karena merupakan produk dengan inovasi baru, sehat, serta  dapat dinikmati masyarakat luas,” katanya.

Sundari mengatakan Kalokola Healthy Drinks  terbagi dalam dua kategori, yaitu kategori Klasik dan kategori Premium. Pada kategori Klasik komposisi kelor 20% dan bahan penunjang 80%.

Bahan penunjang ini terdiri dari, bubuk kakao, essens coklat, essens matcha, bubuk coklat putih, perisa stroberi, bubuk vanili, gula, krimer nabati, garam, susus bubuk rendah lemak, pewarna makanan merah jambu, ungu, hijau. Kategori Klasik ini dapat dikosumsi berbagai kalangan, baik remaja, dewasa, dan anak-anak kriterian usia lebih dari dua tahun.

Sementara pada kategori Premium, komposisi kelor 40% dan bahan penunjang 60% yaitu bubuk jahe, bubuk ubi ungu, bubuk susu kedelai, talas bubuk, oats, bubuk kakao, pewarna makanan merah jambu, ungu, krimer nabati, gula, perisa vanila, garam, artinya kandungan kelor akan lebih pekat dari pada kategori Klasik.

Dosen Pembimbing mahasiswa Pri Hastuti menambahkan untuk kategori Premium ini lebih cenderung diperuntukkan ibu hamil, ibu menyusui, serta lansia, karena ketiga golongan ini membutuhkan pemenuhan kebutuhan nutrisi yang lebih banyak.

"Produk ini juga dapat dikonsumsi oleh anak-anak di atas dua tahun, remaja dan dewasa dengan masalah defisiensi gizi sebagai pemenuhan gizi yang efektif," tambah Pri Hastuti.

Ide kreatif Nimas dan Sundari ini sempat masuk 10 besar ajang The Second Bussinesplan Competition yang diadakan oleh Himpunan Mahasiswa Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMY.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terkait

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Bus Terjun dari Jembatan kemudian Terbakar, 45 Orang Dilaporkan Tewas

News
| Jum'at, 29 Maret 2024, 18:57 WIB

Advertisement

alt

Mengenal Pendopo Agung Kedhaton Ambarrukmo, Kediaman Sultan Hamengku Buwono VII

Wisata
| Senin, 25 Maret 2024, 20:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement