Advertisement

Warga Prambanan Andalkan Sumur Dalam

Abdul Hamied Razak
Senin, 22 Mei 2017 - 15:55 WIB
Nina Atmasari
Warga Prambanan Andalkan Sumur Dalam JIBI/Harian Jogja/Desi SuryantoHeni Kurniawati, 38, warga Dusun Pulerejo memikul ember berisi air bersih untuk kebutuhan sehari-hari dari bak penampungan air seusai dilakukan droping air bersih oleh PMI kabupaten Sleman dan Rotary Club di Kelurahan Gayamharjo, Prambanan, Sleman , DI. Yogyakarta, Jumat (07/08 - 2015). Warga yang tinggal di perbukitan Prambanan, Sleman, mulai kekurangan air bersih sejak sebulan silam. Tanpa adanya bantuan droping ari bersih warga harus berjalan beberapa kilometer untuk mengam

Advertisement

Wilayah Prambanan memiliki potensi bencana kekeringan paling tinggi di Sleman

 
Harianjogja.com, SLEMAN- Wilayah http://m.harianjogja.com/?p=644839">Prambanan memiliki potensi bencana kekeringan paling tinggi di Sleman. Mengantisipasi musim kemarau tahun ini, Pemkab mengandalkan ketersediaan air bersih dengan sumur-sumur dalam.

Advertisement

Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sleman Heru Saptono mengatakan, potensi kekeringan di Kecamatan Prambanan cukup tinggi selama musim kemarau. Meski begitu, Pemkab sudah mengantisipasi dengan mengoptimalkan keberadaan air sumber dalam di lokasi tersebut.

"Warga tinggal memanfaatkan dam dan sumur-sumur dalam untuk memenuhi kebutuhan air bersih selama kemarau," ujarnya kepada Harianjogja.com, Minggu (21/5/2017).

Penggunaan pompa pada sumur-sumur dalam tersebut, lanjutnya, selama musim kemarau akan diintensifkan untuk memenuhi kebutuhan air bersih bagi warga.

Sumur-sumur tersebut dikelola warga baik di Dusun Gedang, Kikis, Sawo, dan Sembir di Desa Sambirejo, Dusun Pereng (Sumberharjo), Dusun Jontro dan Jali  (Gayamharjo), serta Dusun Mlakan (Madurejo).

Dari hasil pendataan total warga yang terdampak langsung kekeringan sekitar 2.218 KK. Data tersebut berdasarkan sebaran pipa transmisi dan distribusi pipa sumur dalam.

Selain kebutuhan air bersih rumah tangga, lanjutnya, warga juga bisa memenuhi kebutuhan ternak. Hanya saja, kebutuhan air untuk ternak warga harus membelinya. "Semua dikelola oleh warga," ujar Heru.

BPBD sendiri, lanjutnya, sudah memiliki peta rawan bencana kekeringan di Prambanan. Beberapa desa memiliki tingkat atau potensi rawan bencana kekeringan. Meliputi Kumplit (Wukirharjo), Gayam, Kalinongkolor, Rejosari (Gayamharjo), Mlakan, Gunungcilik, Gendang (Sambirejo) dan Dawung (Bokoharjo).

Ketua Forum Pengurangan Resiko Bencana (FPRB) Bandung Bondowoso Prambanan Prawoto Brewok mengatakan, pihaknya sudah memiliki peta wilayah rawan kekeringan.

Beberapa titik awal wilayah potensi rawan kekeringan, lanjutnya, berada di Gedangbawah (Sambisari), Gayam dan Lemahabang (Gayamharjo), dan beberapa titik lainnya. "Antisipasi sudah dilakukan. Bersama Pemdes, kami mengoptimalkan saluran-saluran air yang sudah ada,"ujarnya.

Selain itu, lanjut Prawoto, dilakukan pengeboran titik sumber baru yang dilakukan oleh pihak swasta maupun pemerintah. Pihaknya juga melakukan antisipasi dengan menanam 1500 batang pohon di Gayamharjo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terkait

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Pemerintah Pastikan Tidak Impor Bawang Merah Meski Harga Naik

News
| Kamis, 25 April 2024, 13:57 WIB

Advertisement

alt

Rekomendasi Menyantap Lezatnya Sup Kacang Merah di Jogja

Wisata
| Sabtu, 20 April 2024, 07:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement